Lapas Kelas II A Bengkalis Maksimalkan Pelayanan Kesehatan Untuk Warga Binaan
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Dalam upaya memaksimalkan peningkatan pelayanan kesehatan menuju Wilayah Birokasi Bersih Melayani (WBBM), Lapas Kelas IIA Bengkalis terus melakukan pembenahan dalam sektor kesehatan.
Menurut Kalapas Bengkalis Kriston Napitupulu pihaknya dalam peningkatan pelayanan kesehatan terhadap para warga binaan tidak dapat bekerja ekstra sendirian. Ia harus tetap berkolaborasi dengan pihak terkait, termasuk Pemerintah Kabupaten Bengkalis.
"Apalagi dengan kondisi penghuni Lapas Bengkalis yang telah over kapasitas mencapai 500 persen dengan kapasitas setiap kamar yang seharusnya rata-rata diisi 10 orang, namun dipaksa harus diisi 30-40 orang. Dengan kondisi ini jelas sangat rentan dengan terjangkit penyakit menular," terangnya, Selasa (28/01/2025).
Menurutnya, petugas kesehatan di Lapas Bengkalis hanya satu dokter dan satu perawat melayani 1.790 orang warga binaan.
"Hal ini memang kita akui cukup kewalahan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga berkolaborasi dengan Pemkab Bengkalis untuk menghadirkan dokter dan perawat sangat dibutuhkan. Setidaknya ada sejumlah dokter dan perawat yang memang ditugaskan oleh Pemkab Bengkalis untuk melayani para warga binaan," imbuh Kriston.
Rencananya, dalam waktu dekat pihaknya akan bertemu Bupati Bengkalis Kasmarni. Ia ingin membicarakan berbagai hal untuk perkembangan Lapas termasuk tentang kesehatan para Napi.
Dijelaskan, dalam kurun waktu bulan Oktober-Desember 2024, ada sekitar 12 warga binaan yang meninggal terdampak berbagai macam penyakit. Diantaranya 4 orang terkena Demam Berdarah Dengue (DBD), 2 orang gagal ginjal, tipe X 3 orang, diabetes 1 orang, dan perito ITS 1 orang.
Untuk kasus wabah DBD sendiri, sesuai data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bengkalis di tahun 2024, jumlah terjangkit DPD mencapai 693 kasus. Angka ini terjadi peningkatan secara drastis dibanding tahun 2023 lalu yang hanya 148 kasus.
Dengan rincian bulan Januari 31 kasus, Februari 49 kasus, Maret 27 kasus, April 13 kasus, Mei 21 kasus, Juni 57 kasus, Juli 29 kasus, Agustus 57 kasus, September 108 kasus, Oktober 141 kasus, November 71 kasus, dan Desember 54 kasus.
Di Kecamatan Bengkalis sendiri merupakan angka tertinggi yang mencapai 639 kasus, disusul kecamatan Mandau 94 kasus, dan kemudian Kecamatan Bantan 60 kasus. Berdasarkan kelompok anak-anak usia 5-14 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 277 kasus, diikuti usia di atas 15 tahun 194 kasus, usia 1-4 tahun 95 kasus, dan bayi di bawah 1 tahun 27 kasus. (R-03)