Warga Desa Renak Dungun Swadaya Perbaiki Jalan Rusak, Baliho Sindiran untuk Pemimpin Viral
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Warga Desa Renak Dungun, Kecamatan Pulau Merbau, Kabupaten Kepulauan Meranti, memutuskan untuk memperbaiki jalan rusak yang sudah bertahun-tahun terbengkalai secara swadaya. Keputusan ini diambil lantaran mereka merasa pemerintah daerah tak kunjung mengambil langkah untuk memperbaiki akses jalan yang menjadi urat nadi aktivitas warga.
Aksi swadaya ini menunjukkan betapa mendesaknya kebutuhan infrastruktur dasar bagi masyarakat pedesaan. Warga berharap, aksi ini dapat membuka mata pemerintah daerah untuk segera menindaklanjuti kerusakan jalan yang masih banyak terjadi di wilayah lain.
Meskipun demikian, semangat gotong-royong masyarakat Desa Renak Dungun membuktikan bahwa solidaritas bisa menjadi solusi di tengah lambannya birokrasi.
Salah satu warga yang terlibat dalam perbaikan tersebut mengungkapkan bahwa aksi swadaya ini dilakukan karena rasa lelah menunggu perhatian dari pemerintah.
"Kerusakan sudah parah sejak lama. Akhirnya, semua warga sepakat iuran. Tidak ada dana desa atau dana dari pemerintah, ini murni dari sumbangan masyarakat untuk beli semen dan material lainnya," jelasnya.
Warga menduga bahwa usulan perbaikan jalan mungkin sudah diajukan oleh pemerintah desa atau pihak terkait, tetapi belum terealisasi karena berbagai alasan. Namun, karena lamanya proses menunggu, mereka memutuskan untuk bertindak sendiri.
"Ya, mungkin sudah diajukan. Cuma mungkin belum terlaksana. Daripada menunggu tanpa kepastian, lebih baik kami turun tangan," tambahnya.
Selain memperbaiki jalan, warga juga memasang baliho yang viral di media sosial. Baliho tersebut berisi sindiran tajam kepada camat dan kepala desa di Kecamatan Pulau Merbau yang tidak berkontribusi dalam perbaikan jalan rusak Desa Renak Dungun - Batang Meranti.
Isi baliho tersebut berbunyi bahwa camat dan kepala desa yang tidak ikut menyumbang, baik dalam bentuk dana maupun material, tidak diizinkan melewati jalan yang telah diperbaiki dengan dana swadaya masyarakat.
"Atas nama masyarakat Pulau Merbau, kami tidak mengizinkan dunia akhirat nama-nama desa tersebut untuk melewati jalan yang sudah diperbaiki karena ini murni menggunakan dana dari masyarakat," demikian kata salah seorang warga yang menirukan bunyi imbauan dalam baliho.
Baliho sindiran tersebut sontak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Banyak tanggapan dan komentar dari berbagai pihak, mulai dari masyarakat biasa hingga karyawan perusahaan. Ada yang mengapresiasi inisiatif warga, namun ada pula yang mengkritik langkah pemasangan baliho tersebut.
Pesan di baliho itu juga bagian dari mencerminkan kekecewaan warga terhadap minimnya dukungan dari pihak pemerintah setempat dalam menangani infrastruktur desa.
Pemkab Kepulauan Meranti Prioritaskan Infrastruktur dengan Program "Merangkai Pulau"
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti menegaskan komitmennya dalam membenahi infrastruktur dasar di seluruh kecamatan. Meskipun tantangan besar masih membayangi, penanganan infrastruktur dilakukan secara bertahap melalui program "Merangkai Pulau." Program ini berfokus pada konektivitas antarwilayah di kecamatan-kecamatan terisolasi seperti Rangsang, Rangsang Pesisir, dan Rangsang Barat.
"Kami memahami bahwa keterpurukan infrastruktur dasar harus segera dituntaskan. Namun, dengan keterbatasan anggaran, pembangunan dilakukan bertahap dan merata," ujar Plt Bupati Kepulauan Meranti, H. Asmar.
Setelah menyelesaikan penanganan infrastruktur di Pulau Rangsang, fokus kini bergeser ke Pulau Merbau dan Tebingtinggi Timur. Kepala Dinas PUPR Meranti, Fajar Triasmoko, mengungkapkan bahwa tahun ini pembangunan infrastruktur jalan di Pulau Merbau telah mendapat anggaran dari APBN.
Lebih rinci dijelaskan, peningkatan jalan Batang Meranti - Kuala Merbau menggunakan DAU Spesifik senilai Rp 8.860.582.100 dengan pola pengerjaan Base sepanjang 2 kilometer dan peningkatan Jalan Semukut - Kuala Merbau menggunakan DBH sawit 2025 Rp 3.081.927.600 dengan pola pengerjaan Rigid sepanjang 0,3 kilometer.
"Tahun ini pembangunan di Pulau Merbau sudah masuk prioritas dengan total anggaran Rp 13 miliar yang bersumber dari DAU Spesifik dan DBH Sawit. Pengerjaan meliputi base dan rigid, sehingga dapat meningkatkan kualitas jalan di sana," jelas Fajar.
Konsep "Merangkai Pulau" dirancang untuk menciptakan aksesibilitas yang lebih baik antarwilayah di Kepulauan Meranti. Selain meningkatkan konektivitas, program ini juga diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat.
Fajar menambahkan bahwa langkah ini tidak hanya fokus pada perbaikan infrastruktur di satu wilayah, tetapi juga menyasar pembangunan merata di seluruh kecamatan.
"Kami ingin memastikan semua kecamatan mendapatkan perhatian. Untuk kerusakan parah, kami prioritaskan sesuai dengan kebutuhan mendesak," tegasnya.
Meski program ini mendapatkan dukungan dari APBN, pembangunan tetap harus dilakukan bertahap karena keterbatasan dana dan cakupan wilayah yang luas, dimana nantinya program pembangunan juga didukung dari APBD.
Pemerintah daerah berharap masyarakat dapat bersabar dan mendukung pelaksanaan proyek ini.
Dengan langkah-langkah yang sedang dilakukan, Pemkab Kepulauan Meranti optimis bahwa keterpurukan infrastruktur di wilayahnya akan segera teratasi. Program "Merangkai Pulau" bukan hanya soal membangun jalan, tetapi juga membangun harapan dan kemajuan bagi seluruh masyarakat di Kepulauan Meranti. (R-01)