Awal Mula Santa Claus Pakai Kostum Warna Merah dan Putih
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Perayaan Natal kerap dikaitkan dengan keberadaan Santa Claus atau Sinterklas.
Dilansir dari Britannica, Santa Claus adalah tokoh legendaris yang merupakan pelindung tradisi Natal di Amerika Serikat dan negara-negara lainnya.
Santa Claus identik dengan kostum berwarna merah dan putih. Dia juga digambarkan memiliki tubuh cukup berisi dan jenggot putih yang panjang.
Hingga saat ini, banyak orang akan memakai kostum dan berdandan layaknya Santa Claus pada perayaan Natal. Mereka kemudian membagikan hadiah untuk anak-anak.
Lantas, mengapa Santa Claus mengenakan kostum berwarna merah putih?
Kostum Santa Claus awalnya berbagai warna
Sosok Sinterklas atau juga disebut Santa Claus awalnya populer dari tradisi yang dikaitkan dengan seorang biarawan bernama St. Nicholas yang berasal dari Myria, Turki, sekitar 280 M.
Orang Belanda dianggap telah membawa legenda Sinterklas ke New Amsterdam yang saat ini adalah Kota New York, Amerika Serikat sekitar tahun 1820-an.
Sosoknya kemudian berkembang dalam literatur puisi, ilustrasi editorial, dan iklan. Pada saat itu, Santa Claus identik dengan seorang pria berjenggot tebal dan jubah berbulu yang ditarik oleh rusa kutub di atas kereta luncur.
Sosok khasnya muncul dalam puisi Clement Clarke Moore berjudul "A Visit from St. Nicholas" atau yang dikenal dengan "Twas the Night Before Christmas".
Sejarawan Gerry Bowler mengatakan, kostum Santa Claus muncul setelah adanya perdebatan panjang tentang rupa Sinterklas dan apa yang dikenakannya . Perdebatan itu terjadi pada abad ke-19.
Penulis Santa Claus: A Biography itu menjelaskan, kira-kira butuh sekitar 80 tahun bagi para seniman Amerika untuk menentukan kostum Sinterklas.
"Selama masa itu, Anda dapat mengenakan kostum Sinterklas dalam berbagai warna, jubah, dan variasinya," kata dia, dikutip dari media, Minggu (22/12/2024).
Versi ilustrasi puisi pada 1864 menggambarkan St Nicholas mengenakan pakaian Uskup dengan setelan kuning dan topi berbulu.
Kemudian sebuah lukisan cat minyak yang dibuat pada 1837 menunjukkan, Santa Claus mengenakan jubah berwarna merah berlapis bulu.
Namun, pada 1850, PT Barnum menampilkan Santa Claus sebagai tokoh era Perang Revolusi yang tidak berjenggot saat mempromosikan penyanyi Jenny Lind.
Sampul buku “The Life and Adventures of Santa Claus” karya L. Frank Baum pada 1902 menunjukkan Santa Claus mengenakan kostum dengan balutan gaun berwarna gelap dan hiasan buku bermotif hewan serta sepatu bot merah.
Perubahan kostum Santa Claus
Kartunis Harper's Weekly, Thomas Nast, yang memberikan ilustrasi keledai untuk Partai Demokrat dan gajah untuk Partai Republik, mungkin memiliki peran yang besar dalam menggambarkan tokoh Santa Claus dan kostum kebanggannya.
Pada 1863 selama Perang Saudara, dia kali pertama menggambarkan sosok Sinterklas mengenakan bintang dan garis-garis saat membagikan hadiah ke tentara Angkatan Darat Union.
Dalam gambarnya itu, Sinterklas mengenakan setelan merah beraksen gesper yang hampir tidak bisa dibedakan dengan kostum Sinterklas saat ini
Meski pesan politik untuk mendukung gaji militer hilang seiring berjalannya waktu, penggambaran Santa Claus versinya kemudian diikuti oleh seniman Norman Rockwell dan J.C. Leyendecker.
Keduanya secara rutin menggambar Sinterklas dengan setelan merah dan putih dan menjadi ikon untuk The Saturday Evening Post pada awal abad ke-20.
Kostum Santa Claus bukan berasal dari iklan Coca-Cola
Bowler mengatakan, selama ini gambar sosok Santa Claus dari para seniman sering kali dibayangi oleh kampanye produk Coca-Cola.
Hal ini sebagaimana diilustrasikan Haddon Sundblom yang menggambarkan sosok Sinterklas pada 1931.
“Saya rasa kebanyakan orang (percaya) bahwa Coca-Cola ada hubungannya dengan pembuatan kostum merah dan putih Sinterklas. Anda pasti melihatnya di internet,” kata Bowler.
“Tapi itu tidak benar. Kostum ikonik Sinterklas telah ditentukan beberapa dekade sebelumnya," imbuh dia.
Menurut Bowler, Coca-Cola bukanlah minuman ringan pertama yang mempromosikan Santa Claus dengan setelan jas berwarna merah.
White Rock Beverages, kata Bowler, juga pernah melakukan hal yang sama selama Perang Dunia I, beberapa tahun sebelum kemunculan Santa Claus untuk produk Coke.
“Tentu saja iklan (Coca-Cola) ada di mana-mana. Iklan tersebut sangat besar selama bertahun-tahun, jadi variasi apa pun yang ada di dalamnya membuat orang sangat kesal,” tandas Bowler. (R-04)