BBKSDA Riau Relokasi Empat Siamang ke Pusat Rehabilitasi di Sumatera Selatan
SABANGMERAUKE NEWS, Riau — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau merelokasi empat siamang (Symphalangus syndactylus).
Siamang itu direlokasi dari Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) di Riau menuju Pusat Rehabilitasi Siamang Punti Kayu, Sumatera Selatan.
Relokasi ini berlangsung selama dua hari, 27-28 Oktober 2024, melalui perjalanan darat sejauh 27 jam.
Langkah ini dilakukan untuk membantu memulihkan kondisi para siamang yang selama ini berada dalam perawatan intensif di PPS.
Adapun relokasi ini, didukung Yayasan Arsari Djojohadikusumo, bekerja sama dengan Pusat Konservasi Riau (PKR) Arsari, yang turut mengawal proses rehabilitasi para siamang hingga siap kembali ke habitat alami.
Dalam perjalanan menuju Sumatera Selatan, siamang-siamang ini dikawal tim profesional dari BBKSDA Riau, dokter hewan, serta polisi hutan.
Keempat siamang tersebut terdiri dari dua individu dewasa jantan bernama Micky dan Mungi, masing-masing berusia 28 tahun, serta dua individu betina remaja bernama Baby (12 tahun) dan Junior (13 tahun).
Para siamang ini telah menjalani pemeriksaan kesehatan dan dinyatakan sehat serta bebas dari penyakit menular sebelum keberangkatan.
Kepala BBKSDA Riau, Genman Suhefti Hasibuan, mengatakan relokasi dilakukan sesuai prosedur operasional standar yang ketat untuk memastikan keamanan dan kenyamanan satwa selama perjalanan.
“Sebelum relokasi, seluruh primata telah menjalani pemeriksaan kesehatan, termasuk tes penyakit menular seperti herpes, pneumonia, dan hepatitis, untuk memastikan mereka dalam kondisi sehat,” ungkapnya, Kamis (31/10/2024).
Site Manager PKR Arsari, Ponco Prabowo, mengatakan keempat siamang tersebut awalnya merupakan serahan dari masyarakat.
Setelah menjalani perawatan di PPS, mereka menunjukkan penurunan sifat alami yang penting untuk kelangsungan hidup di alam liar. Oleh karena itu, rehabilitasi di Punti Kayu bertujuan untuk mengembalikan insting liar mereka.
Genman berharap, setelah menjalani rehabilitasi, para siamang ini dapat segera menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di alam liar dan berkontribusi pada pelestarian ekosistem hutan.
“Semoga mereka dapat kembali ke habitat aslinya dalam keadaan siap,” katanya. (R-05)