Merawat Kualitas Pendidikan: Guru Harus Belajar!
SabangMerauke News, Tangerang - Pendidikan merupakan salah satu pondasi yang kuat dalam kemajuan suatu bangsa. Semakin baik kualitas pendidikan, maka akan semakin baik juga kualitas bangsa tersebut.
"Pendidikan itu memang harus dirawat, karena pendidikan bukan merupakan event atau seperti perlombaan 17 Agustus. Tetapi pendidikan itu adalah kontinuitas, berkelanjutan dan terus-menerus dirawat sampai ajal tiba," kata pengamat pendidikan, Gurgur Manurung dalam tayangan perdana 'Edukasi Anak Negeri' di Tirta TV pada Selasa (22/3/2022).
Dalam tema diskusi yakni "Merawat Kualitas Pendidikan” diarahkan oleh host Ashiong P. Munthe. Adapun narasumbernya yakni Marianna Radjawane M.Si, Gurgur Manurung, Roselly Simanjuntak SPd, M.Si, dan Rusmina Sirait.
Marianna menjelaskan, jika berbicara tentang elemen dasar dalam kurikulum, maka pendidikan itu harus holistik, tidak memisahkan satu bagian dengan bagian yang lain. Tetapi kalau berbicara tentang lintas mata pelajaran, maka semua mata pelajaran itu terintegrasi tidak ada satu mata pelajaran pun yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang lain.
"Semua mata pelajaran yang diajarkan sebenarnya saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya," kata Marianna.
Berbicara tentang merawat kualitas pendidikan sebenarnya ini bukan hanya merupakan tugas dari guru, tetapi harus adanya sinergisitas antara antara pemilik modal atau pihak swasta dengan pemerintah.
Menurut Gurgur, saat ini sepertinya ada yang mulai hilang dalam pendidikan. Terkesan bahwa ilmu eksakta lebih keren daripada ilmu sastra atau juga IPS.
"Misalnya ahli matematika lebih keren daripada ahli sastra, atau juga lebih keren dari seniman. Untuk itu sangat penting mengubah konsep berpikir stakeholder bahwa setiap apa yang dipelajari memiliki kepentingannya masing-masing dan juga saling melengkapi," jelasnya.
Sebagai daerah yang merupakan kawasan urban, DKI Jakarta dikenal dengan budaya Betawi, juga merupakan pusat pendidikan dan budaya.
"Justru di situlah kita mewarnai di mana kita berada. Nilai-nilai yang dipegang perlu ditrasformasikan, sebab itu juga merupakan kekayaan nusantara. Membuka diri, saling mengasihi satu dengan yang lainnya itulah pendidikan yang sebenarnya," jelasnya.
Roselly menyatakan bahwa untuk merawat kualitas pendidikan harus memiliki komitmen yang kuat dan juga membuat suatu kesepakatan yang harus dicapai ke depan. Sebagai contoh di YBS, setiap guru memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.
"Jadi masing-masing guru bertanggung jawab untuk merawat dan mengembangkan kemampuan siswa, baik itu di bidang IPA, seni, olah raga, dan bidang yang lainnya. Yang perlu dilakukan oleh guru-guru ialah melakukan tes bakat dan minat dari setiap siswa, supaya guru-guru dapat mengetahui bakat dan minat dari masing-masing siswa tersebut," kata Roselly.
Dalam merawat kualitas pendidikan, Marianna menyatakan kita harus memiliki empati terhadap orang yang diajar, dibimbing, dan dibina. Ia pun menjelaskan bahwa dasar pendidikan pada masa lalu itu sebenarnya urusan spiritual terlepas dari keyakinan atau iman seseorang.
Pendidikan dikatakan sebagai urusan spiritual karena ujung dari pendidikan itu adalah terjadinya transformasi perubahan dalam diri setiap siswa.
"Yang kedua adalah visi dalam mempersiapkan baik itu materi, proses mengajar, soal ujian atau apapun yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sebagai guru harus memperhatikan beberapa tahun ke depan siswa yang diajar akan jadi seperti apa atau karakternya akan seperti apa atau keterampilan apa yang akan dimilikinya," tegasnya.
“Oleh karena itu, visi itu sangat penting kalau kita mau merawat kualitas pendidikan, karena kalau kita mempunya visi, maka pasti kita mempunyai empati. Akan tetapi, empati tidak cukup bagi seorang guru, guru harus suka belajar. Kalau guru tidak suka belajar, maka berhenti untuk menjadi seorang guru, karena pengetahuan itu dinamis dan perlu untuk terus belajar”, tegas Marianna.
Menurutnya, jika visi merupakan akar dari merawat kualitas pendidikan diperluka upaya agar dapat menyatukan visi tersebut dan semua pihak di sekolah memiliki satu visi?
“Menyatukan visi memang merupakan suatu hal yang paling sulit dilakukan, karena tanpa satu visi atau satu tujuan, maka tidak akan pernah mencapai target. Namun, untuk merawat kualitas pendidikan ini harus adanya komitmen untuk menyatukan visi. Jadi, membuat visi ke depan itu seperti apa, lalu kemudian perkenalkan visi tersebut itu kepada semua pihak bahwa ini visi yang perlu kita capai”, jelas Roselly.
Ia juga menurutkan kalau menjadi guru tentunya tidak berarti bahwa tidak perlu untuk belajar lagi. Akan tetapi, menjadi seorang guru juga dituntut untuk terus-menerus belajar.
"Kalau tidak mau belajar, maka berhentilah menjadi guru," jelasnya.
Untuk memastikan bahwa setiap guru yang ada di sekolah tersebut terus-menerus belajar, maka proses yang yang harus dilakukan menurut Rusmina ialah harus banyak membaca dan melihat situasi dan kondisi yang terjadi saat ini. Lalu kemudian disesuaikan dengan situasi tersebut.
Roselly juga menambahkan bahwa cara meng-upgrade kemampuan setiap guru yang ada di sekolah dengan mengadakan pelatihan kepada guru-guru, mengadakan pertemuan sekali dalam seminggu untuk berdiskusi sesuai dengan kelompok belajar tersebut.
Gurgur menyatakan bahwa semangat dan cinta merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap guru agar kualitas pendidikan di Indonesia tetap terawat.
“Merawat identik dengan semangat dan cinta. Nah, ini yang harus ditularkan terlebih dahulu kepada para stakeholder dan juga kepada setiap guru di tingkat desa. Kalau guru-guru di tingkat desa mempunyai roh pendidikan yang mau belajar terus-menerus, maka Indonesia tidak lama untuk berkembang”, tegas Gurgur.
Marianna menjelaskan kemampuan yang hendak dicapai dalam pendidikan adalah 3H, meliputi head, heart, and hand.
"Maksudnya bahwa pendidikan itu menyangkut hati, otak, dan tangan (keterampilan). Pendidikan itu tidak boleh hanya berbicara tentang hati saja, tetap ketiga hal tersebut harus menjadi menjadi satu kesatuan," ungkap Marianna. (R-05)