Ini Seruan dan Harapan PGLII untuk Pemerintahan Baru Prabowo-Gibran
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Persekutuan Gereja-Gereja dan Lembaga-Lembaga Injili Indonesia (PGLII) menyampaikan pandangan dan harapan mereka terhadap pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Sejumlah isi nasional dan dunia menjadi sorotan.
Dalam keterangan tertulis diterima SabangMerauke News, Selasa (22/10/2024), PGLII menyampaikan bahwa masa pergantian pemerintahan ini merupakan saat yang penuh harapan dan doa, khususnya bagi umat Kristen di Indonesia. Mereka berharap agar pemerintahan baru yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto dapat menjalankan tugasnya dengan adil dan efektif, mengingat jumlah kementerian yang bertambah secara signifikan. Sebanyak 48 menteri dan 56 wakil menteri telah dilantik, serta lembaga-lembaga baru yang juga memerlukan perhatian khusus.
PGLII juga menaruh keprihatinan terkait politik praktis yang begitu masif saat pemilihan presiden lalu. Kini, dengan adanya pemimpin baru, organisasi ini berharap narasi kebangsaan bisa dibangun secara matang, menciptakan masyarakat yang lebih sadar dan kritis terhadap isu-isu politik.
Lebih dari itu, PGLII menegaskan perlunya pemimpin yang mampu menyatukan bangsa dalam keragaman, menggerakkan seluruh elemen masyarakat untuk mencapai kemajuan bersama.
Selain soal politik, isu intoleransi juga menjadi sorotan penting bagi PGLII. Berbagai peristiwa penolakan terhadap kebebasan beragama masih terjadi di beberapa wilayah Indonesia, termasuk pelarangan ibadah di beberapa gereja dan kasus-kasus intoleransi lainnya.
PGLII berharap agar pemerintahan Prabowo dapat konsisten dalam menegakkan hukum dan memastikan kebebasan beragama terjamin. Kejadian seperti di Tangsel, Batam, Bekasi, dan Parepare dianggap sebagai contoh puncak gunung es dari tantangan yang dihadapi terkait intoleransi di Indonesia.
PGLII juga menekankan pentingnya program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan, khususnya melalui pemberian makanan bergizi kepada anak-anak. Mereka percaya bahwa pemenuhan gizi anak-anak adalah salah satu kunci untuk menciptakan generasi emas Indonesia pada tahun 2045, generasi yang diharapkan menjadi berkat bagi bangsa, bukan beban.
PGLII menekankan bahwa untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan di berbagai daerah, diperlukan kerjasama semua elemen bangsa. Papua, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Utara masih menghadapi tantangan kemiskinan yang signifikan, dan gereja diharapkan dapat berperan dalam mengatasi hal tersebut.
Masalah Papua, yang dianggap kompleks, juga disinggung dalam konferensi pers ini. PGLII menegaskan bahwa penyelesaian masalah Papua hanya dapat tercapai melalui dialog jujur antara pemerintah dan masyarakat Papua. PGLII siap menjadi jembatan antara keduanya demi menciptakan perdamaian yang sejati.
Selain isu domestik, PGLII juga menyoroti sikap politik luar negeri Indonesia, khususnya terkait konflik Israel dan Palestina. PGLII menegaskan bahwa konflik ini bersifat politis dan tidak berkaitan dengan agama, dan berharap agar pemerintahan baru Indonesia dapat bersikap objektif dalam menghadapi isu-isu global, menghindari sentimen-sentimen yang memecah belah masyarakat.
PGLII berharap dapat bertemu dengan Presiden Prabowo untuk menyampaikan aspirasi mereka, mengingat pentingnya kontribusi gereja dalam mendukung pembangunan bangsa yang lebih adil, damai, dan sejahtera. (R-03)