Anjangsana Wali Kota Firdaus ke Mesir, Plesiran di Ujung Masa Jabatan Berakhir?
SabangMerauke News - Walikota Pekanbaru, Firdaus segera akan bertolak ke Mesir. Dijadwalkan, akhir Maret ini, muhibah ke Negeri Firaun segera dimulai. Tak tahu persisnya, kapan ia akan terbang ke ujung utara benua Afrika itu.
Awalnya, berdasarkan pemberitaan media, Firdaus akan membawa rombongan belasan pejabat Kota Pekanbaru ke sana. Surat izin persetujuan sudah diteken Sekdaprov Riau, SF Hariyanto. Surat itu kadung beredar dan bikin heboh.
Gubernur Riau, Syamsuar bahkan menyatakan sudah memberi restu Firdaus cs berangkat ke Mesir. Alasannya, kondisi pandemi di Negeri Piramida sudah membaik. Kemendagri dilaporkan juga sudah mengeluarkan surat izin perjalanan dinas ke luar negeri untuk Firdaus dan rombongannya.
Belakangan, Firdaus sendiri mengonfirmasi hanya mengikutsertakan 5 pejabat anak buahnya dalam muhibah tersebut. Kepada media ia menyatakan tetap akan berangkat ke Mesir akhir bulan ini.
Ia beralasan kalau kunjungan ke Mesir sudah direncanakan pada 2019 lalu. Namun, anjangsana batal dilakukan keburu pandemi Covid-19 meledak.
Kini, niat untuk kembali berangkat itu baru terkabul. Tak jelas apa agenda dan tujuan strategis Firdaus terbang ke sana. Apakah Kairo atau kota-kota provinsi di Mesir, bisa menjadi perbandingan dan rujukan cara membangun Pekanbaru yang lebih baik?
Satu hal yang diketahui lewat media, Firdaus cs akan melakukan pertemuan dengan Duta Besar Indonesia di Kairo, Mesir. Termasuk bertatap muka dengan 10 pemuda yang diklaimnya sosok inspirator dan pelopor pembangunan desa di Mesir.
"Ada 10 pemuda yang merupakan pelopor membangun desa yang ada di Mesir. Mereka bisa membangun pendidikan dan infrastruktur yang sejalan dengan Kota Pekanbaru," kata Firdaus.
Mendapat kritik dan sindiran keras sana sini dari beragam elemen, niat Firdaus ke Mesir tampaknya sudah bulat. Setakad ini, belum ada rencana pembatalan hajatan tersebut.
Kunjungan Firdaus ini bisa disebut kontroversi. Setidaknya ada beragam alasan untuk menyebut itu.
Publik tahu, jabatan Firdaus bersama Ayat Cahyadi akan berakhir pada Mei mendatang. Tak lebih 60 hari lagi, 10 tahun pemerintahan duet Firdaus-Ayat akan tamat.
Itu sebabnya, kunjungan ke Mesir dinilai tak relevan lagi, jika dikaitkan dengan keinginan untuk melakukan percepatan pembangunan Kota Pekanbaru. Di ujung masa jabatan, seyogianya Sang Walikota mulai melakukan aksi beres-beres laporan. Khususnya laporan ke rakyat Pekanbaru yang sudah mengamanahkan dirinya 10 tahun memimpin Kota Bertuah.
Wajar, bila publik dari beragam elemen menilai kunjungan kerja ke Mesir itu sebagai praktik pemborosan anggaran yang tak memiliki nilai tujuan yang jelas.
Di tengah ekonomi rakyat yang sulit, Sang Walikota pergi ke Mesir dengan tujuan yang masih samar-samar. Urusan minyak goreng langka dan mahal, antrean biosolar yang panjang serta jeritan masyarakat lainnya tentunya tak punya kaitan dengan muhibah Firdaus tersebut. Ia bisa dituduh 'bersenang-senang' di tengah rakyat yang banyak mengeluh soal sulitnya ekonomi.
Publik juga menilai, greget pembangunan 10 tahun Firdaus berkuasa di Pekanbaru tidak maksimal. Urusan drainase, kemacetan dan jalan rusak tak selesai-selesai juga. Wajah kota belum berubah banyak, sumpek, kotor dan kerap terjadi genangan banjir.
Itu sebabnya, hati nurani Firdaus perlu digedor. Belum terlambat untuk membatalkan kepergiannya ke Mesir itu.
Jangan sampai ia dicap negatif oleh rakyat. Sang Walikota harus memberi kesan penutup yang bagus. Kan parah kalau kunjungan ke Mesir dinilai sebagai plesiran di ujung jabatan yang akan berakhir. (*)