Gawat! Ilmuwan Prediksi Beras dan Kentang Terancam Punah, Ini Penyebabnya
SABANGMERAUKE - Siapa sangka kalau bahan makanan akan terancam punah karena perubahan iklim yang kian ekstrem. Setelah sebelumnya peneliti menyebutkan dampak iklim untuk pertumbuhan tanaman kopi, kini disebut-sebut juga akan memengaruhi produksi beras dan kentang, lho. Makanan pokok manusia di seluruh dunia itu terancam punah di masa yang akan datang.
Perubahan iklim telah menjadi salah satu masalah serius bagi seluruh dunia. Dampak perubahan iklim ini mungkin bisa saja lebih mengkhawatirkan dari yang kita bayangkan. Terutama sangat berdampak pada nasib kebutuhan makanan di masa depan.
Mengutip AFP, makanan yang kita anggap remeh dapat hilang seluruhnya atau menjadi langka karena dampak perubahan iklim. Para ilmuwan mengatakan bahwa hal ini mengacu pada produksi pertanian makanan atau bagaimana cara tanaman itu dibudidayakan.
Meskipun pembiakan selektif mungkin telah terbukti memberikan banyak keuntungan pada tanaman. Namun nyatanya, hal itu justru bisa membuat tanaman menjadi sangat rentan terhadap perubahan kondisi iklim. Seperti kekeringan, hujan lebat, dan masih banyak lagi.
"Kami kehilangan keragaman genetik selama sejarah domestikasi, oleh karena itu potensi tanaman elite untuk lebih beradaptasi dengan masa depan, terhadap perubahan iklim dan tantangan lainnya --terbatas," ujar Benjamin Kilian, pemimpin proyek untuk Proyek Crop Wild Relatives di Crop Trust dikutip dari Food NDTV.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada bulan Mei, risiko pemanasan global menggeser hampir sepertiga dari produksi pertanian di luar iklim ideal untuk budidaya. Dengan demikian, kopi serta makanan pokok seperti kentang dan beras dapat terpengaruh secara negatif oleh perubahan iklim.
Selanjutnya, Pusat Kentang Internasional di Peru memperkirakan bahwa akan terjadi penurunan sebanyak 32 persen dalam panen kentang dan ubi jalar pada tahun 2060 mendatang. Demikian pula dengan kopi, petani kopi diperkirakan akan kehilangan setengah dari lahan yang diadaptasi pada tahun 2050.
Tak hanya itu, hal yang sama juga terjadi pada beras yang merupakan makanan pokok paling penting di dunia, termasuk di Indonesia, ternyata memberikan kontribusi besar terhadap pemanasan global. Hal ini dikarenakan budidaya padi semakin terancam oleh naiknya air laut; yang mana dapat mengakibatkan terlalu banyaknya garam yang masuk ke dalam air yang digunakan untuk irigasi padi.
Tak hanya itu, para ilmuwan kini sedang mencoba membudidayakan spesies liar dari 28 tanaman prioritas; seperti gandum, beras, ubi jalar, pisang, dan apel. Mereka pun percaya bahwa tanaman yang lebih tua ini, lebih mungkin memiliki ketahanan yang lebih tinggi. Serta, memiliki kemampuan yang meningkat untuk beradaptasi dengan kondisi cuaca ekstrem. Meski begitu, upaya menanam tanaman liar ini bukanlah satu-satunya solusi untuk krisis pangan yang akan datang.
Menurut Food and Agricultural Organisation (FAO) beras, jagung, dan gandum menyediakan 60 persen dari asupan energi pangan dunia. Tetapi Ini hanyalah tiga dari 50.000 tanaman yang dapat dimakan di dunia, banyak di antaranya mungkin telah hilang seluruhnya atau menjadi semakin langka. (*)