Desa di Ujung Riau Ini Jadi Penghasil Sagu Terbesar di Indonesia, Diganjar Penghargaan Desa Devisa Terbaik 1 Nasional
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Pemerintah Kabupaten Kepulauan Meranti telah menerima undangan untuk pendampingan Program Desa Devisa Special Mission Vehicle (SMV) Icon dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank. Acara tersebut dijadwalkan akan berlangsung pada Senin, 26 Agustus 2024 mendatang dan akan dilakukan secara virtual melalui Zoom Meeting.
Kegiatan tersebut merupakan upaya mendukung program pemerintah memberdayakan koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), dimana LPEI atau Indonesia Eximbank berupaya secara konsisten meningkatkan kapasitas koperasi dan UMKM yang berorientasi ekspor, diantaranya melalui program pengembangan Desa Devisa yaitu kegiatan berbasis pengembangan masyarakat atau komunitas (community development).
Dengan pendampingan dari LPEI, diharapkan program ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pengembangan dan peningkatan potensi ekonomi desa serta meningkatkan daya saing produk lokal Kepulauan Meranti di pasar internasional dengan mengoptimalkan ekspor produk lokal.
Program tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekspor dan pendapatan devisa yang berkelanjutan, dan diharapkan dapat menciptakan peningkatan kesejahteraan serta pendapatan rumah tangga dan petani yang menjadi bagian dalam rantai pasokan ekspor global yang dilaksanakan secara berkesinambungan.
Dalam kegiatan itu, LPEI bersama Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kemenkeu Satu, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan, Riau dan Aceh juga menyelenggarakan peresmian Desa Devisa SMV Icon yang terdiri atas Desa Devisa Tenun Palembang, Desa Devisa Sagu Meranti dan Desa Devisa Kopi Bener Meriah.
Adalah Komara Hadi sebagai SMV Icon pada Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Riau, Sumatera Barat, dan Kepulauan Riau (RSK) yang menyajikan proposal Sagu Desa Sungai Tohor untuk menjadi usulan Desa Devisa. Proposal ini disampaikan dalam rangka mendukung Program Desa Devisa SMV dari Indonesia Eximbank.
Desa Sungai Tohor, yang terletak di Kecamatan Tebing Tinggi Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, dikenal sebagai produsen sagu terbesar di Indonesia. Potensi sagu yang besar ini menjadikan Desa Sungai Tohor sebagai kandidat yang kuat untuk menjadi Desa Devisa, yang dapat memanfaatkan program pendampingan dari LPEI untuk meningkatkan ekspor sagu dan memperkuat ekonomi lokal.
Dengan status sebagai Desa Devisa, Desa Sungai Tohor diharapkan dapat lebih berdaya saing dalam pasar internasional, mempromosikan sagu sebagai komoditas unggulan, serta memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat setempat.
Sebagai informasi, SMV Icon merupakan puncak dari serangkaian kegiatan yang menjadi inisiatif DJKN untuk meningkatkan sinergi dan peran DJKN dan SMV Kementerian Keuangan dalam Regional Chief Economist.
Selain itu dengan dukungan dari Kementerian Perindustrian di Desa Sungai Tohor juga telah didirikan Sentra IKM yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Meranti dengan melibatkan lebih banyak pihak dalam mengolah sagu menjadi berbagai jenis produk.
Berdasarkan data sejak tahun 2018, terlihat bahwa trend ekspor sagu di Kepulauan Meranti mengalami peningkatan, namun masih dalam skala terbatas karena sebagian besar masih untuk konsumsi domestik yang juga masih rendah.
Melimpahnya bahan baku dan tenaga kerja serta tersedianya Sentra IKM di Desa Sungai Tohor serta tingginya permintaan pasar global dan tingginya peluang pengembangan produk turunan sagu. Namun, adanya keterbatasan infrastruktur dasar, permodalan dan investasi serta terbatasnya anggaran Pemerintah, maka diperlukan kehadiran LPEI sebagai salah satu SMV Kemenkeu untuk mengembangkan Desa Sungai Tohor sebagai Desa Devisa.
LPEI juga dapat menyediakan pembiayaan ekspor nasional untuk membantu peningkatan kemampuan produksi nasional yang berdaya saing tinggi dan memiliki keunggulan untuk ekspor dan mendorong pengembangan UMKM.
Devisa dipahami tidak hanya semata-mata untuk ekspor, namun juga dalam rangka substitusi impor, khususnya impor gandum yang permintaannya semakin hari semakin meningkat. Kondisi ini diperparah denga nadanya perang Rusia dan Ukraina yang semakin meningkatkan harga gandum di pasar dunia.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi, dan Usaha Kecil Menengah (Disperindag UKM) Kepulauan Meranti, Marwan, didampingi oleh Sekretaris Miftahulaid, mengungkapkan bahwa Desa Sungai Tohor telah ditetapkan sebagai Desa Devisa terbaik peringkat 1 di Indonesia. Penghargaan bergengsi ini diberikan atas upaya proaktif masyarakat setempat dalam menggali dan memaksimalkan potensi ekonomi lokal, terutama melalui produksi sagu.
"Desa Sungai Tohor, sebagai penghasil sagu, berhasil meraih peringkat pertama terbaik se-Indonesia dalam hal komoditas ekspor. Masyarakat di desa ini sangat proaktif dalam menggali potensi ekonomi lokal, yang kemudian dikembangkan menjadi produk ekspor ke negara tetangga, Malaysia," ujar Marwan, Rabu (21/8/2024) siang.
Pencapaian ini tidak hanya menunjukkan keberhasilan Desa Sungai Tohor dalam meningkatkan ekonomi lokal, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen sagu terkemuka di pasar internasional. Penghargaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi desa-desa lain untuk mengoptimalkan potensi lokal dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah daerah juga berperan penting dalam mendukung petani lokal di Desa Sungai Tohor. Selain pembinaan yang diberikan, keberadaan Sentra Industri Kecil dan Menengah (IKM) turut mendorong harga jual sagu menjadi lebih kompetitif.
"Pemerintah daerah telah melakukan pembinaan kepada petani sagu, yang membuat mereka semakin mandiri. Sebelumnya, harga bahan baku sagu cukup rendah, hanya sekitar Rp 40-45 ribu per tual. Namun, kini harga tersebut telah meningkat menjadi Rp 65 ribu. Selain itu, sejak adanya Sentra IKM, harga tepung sagu basah juga ikut bersaing. Sebelumnya, harganya sekitar Rp 1.400 per kilogram, dan sekarang mencapai Rp 3.000-3.500 per kilogram," jelas Marwan.
Dengan diraihnya penghargaan Desa Devisa terbaik, tidak hanya mendorong pengembangan produk yang berorientasi ekspor, tetapi juga memperkenalkan produk serta layanan dari Program Desa Devisa SMV yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Program ini juga menciptakan ruang komunikasi yang efektif antara SMV dengan para pemangku kepentingan di daerah.
"Dengan adanya program Desa Devisa SMV, desa ini akan mendapatkan pendampingan untuk pelaku usaha yang berorientasi ekspor selama dua tahun. Pendampingan ini bertujuan agar para pelaku usaha mampu menjalankan bisnis ekspor mereka secara efektif dan mandiri," tutupnya.
Sementara itu, Plt Bupati Kepulauan Meranti, H. Asmar, menyatakan bahwa program LPEI atau Indonesia Eximbank ini sejalan dengan visi pemerintahannya dalam memberdayakan masyarakat dan mengembangkan perekonomian lokal.
Selain itu program tersebut diharapkan mampu membuka cakrawala berfikir para pelaku usaha untuk memperluas pasar hasil produksi lainnya hingga pada pasar ekspor internasional.
"Program ini sangat sejalan dengan upaya kita dalam memberdayakan masyarakat dan mengembangkan perekonomian daerah. Dengan dukungan dari LPEI, kita berharap masyarakat Desa Sungai Tohor dan daerah lainnya di Kepulauan Meranti dapat semakin mandiri dan mampu bersaing di pasar ekspor dengan produknya masing-masing," ujar Asmar.
Selanjutnya, Bupati juga mengungkapkan bahwa kualitas hasil produksi para pelaku usaha di Kabupaten Kepulauan Meranti tidak kalah baiknya dengan produksi dari daerah lain. Namun, pelaku usaha di kabupaten ini masih minim kesempatan untuk memperluas pasar.
"Oleh karena itu, program ini diharapkan bisa menjawab tantangan tersebut sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan pada peningkatan sektor perekonomian di Kabupaten Kepulauan Meranti," tambahnya.
Bupati juga menegaskan pentingnya pengembangan dan pengelolaan potensi sumber daya alam di Kabupaten Kepulauan Meranti.
"Potensi sumber daya alam di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat besar. Potensi ini tentunya harus senantiasa dikembangkan dan diolah dengan baik melalui kolaborasi antara pemerintah dan para pelaku usaha,” ujarnya. (R-01)