Sosok Gadis Cantik Pembawa Baki Bendera Pertama Kali dalam Sejarah Paskibraka 1946, Putri Dokter Asal Padang
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Pembawa baki menjadi salah satu posisi yang mengambil peran vital dalam formasi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka). Jutaan pasang mata menyaksikan saat-saat pembawa baki mengambil bendera Merah Putih dari presiden kemudian membawanya ke tiang bendera saat upacara pengibaran bendera.
Begitu juga sebaliknya. Ketika upacara penurunan, pembawa baki bertugas mengantar bendera merah putih ke presiden atau inspektur upacara.
Sejarah awal mula pembawa baki bendera Merah Putih pertama kali dilakukan dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1946 di Yogyakarta. Gadis yang pertama kali menjadi pembawa baki bendera merah putih bernama Siti Dewi Sutan Assin.
Kisah Siti Dewi Sutan Assin
Nama Siti Dewi Sutan Assin disebutkan dalam sejarah hadirnya gerakan Paskibraka di laman resmi Paskibraka Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Republik Indonesia (RI). Ia merupakan satu dari lima orang pemuda-pemudi yang terlibat dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan pertama Indonesia di Yogyakarta.
Menurut sejarahnya, kala itu Bapak Paskibraka Indonesia sekaligus ajudan Presiden Soekarno, Husein Mutahar diminta untuk menyiapkan upacara hari kemerdekaan pertama. Awalnya, ia ingin pengibaran bendera harus dilakukan oleh para pemuda dan pemudi seluruh Indonesia.
Namun, saat itu situasi tidak memungkinkan. Hingga akhirnya ia menunjuk lima anak muda (3 putra dan 2 putri) yang kebetulan ada di Yogyakarta. Salah satunya adalah Siti Dewi Sutan Assin.
Sayangnya jejak tentang kisah Siti Dewi Sutan Assin sangatlah terbatas. Kisah sosok yang akrab dipanggil Titik ini dibagikan oleh salah satu Purna Paskibraka Indonesia tahun 1978, Budiharjo Winarno di laman Paskibraka Community.
Budi menceritakan dirinya kenal dekat dengan alm Mutahar. Suatu ketika ia diberi amanat untuk mencari Siti Dewi bila ingin tahu keadaan upacara peringatan Hari Kemerdekaan ke-1 RI.
"Kamu cari ya yang namanya Titik Dewi, itu kakakmu. Entah nanti ketemu beliau atau makamnya di mana coba kamu cari sehingga menjadi jelas semuanya," cerita Budi.
Sekian tahun Budi mencari, akhirnya ia mendapat pencerahan informasi dari suami Titik Dewi yakni Atmono Suryo. Hingga akhirnya kesempatan itu datang, Budi mendatangi rumah Titik dan Atmono Suryo dan kebenaran terungkap.
"Saya datang ke rumahnya, akhirnya ya ketemu dan benar semuanya," tambahnya.
Titik adalah nama panggilan sehari-hari Siti Dewi yang sangat diingat oleh Husein Mutahar sampai tua. Lahir di Manado, 5 Oktober 1926, Titik adalah putri seorang dokter asal Padang yang telah lama bertugas di Manado dan kemudian pindah ke Yogyakarta.
Sebagai anak dokter, Titik terkenal aktif sebagai relawan di organisasi Palang Merah, dapur umum, dan kepanduan. Melalui organisasi kepanduan, ia akhirnya bisa berkenalan dengan Husein Mutahar.
Tubuhnya semampai, rambut panjang terurai, cerdas, dan wajah ayu (cantik) membuat Mutahar "kepincut" memberikan kepercayaan padanya. Terutama untuk membawa nampan (baki) dan menerima bendera dari Presiden Soekarno.
Selama di Yogyakarta, Titik diketahui tinggal di daerah Lempuyangan. Berasal dari keluarga yang cukup berada membuatnya mampu bersekolah di dekat stadion olahraga Kridosono yang dibangun tahun 1917.
Ketika Mutahar tengah menyiapkan upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI pertama, ajudan Presiden Sukarno ini berpikir pengibaran seharusnya dilakukan oleh pemuda. Karena mereka adalah calon pemimpin di masa depan.
Untuk itu, ia menunjuk lima orang putra dan putri yang kebetulan sedang belajar di Yogyakarta. Mereka dianggap mewakili pemuda dari seluruh Nusantara. Sementara angka 5 dalam pemikiran Mutahar adalah simbol Pancasila.
Akhirnya terpilihlah Titik yang kini namanya terukir abadi dalam sejarah Paskibraka Indonesia. Ketika ibu kota kembali ke Jakarta pada tahun 1950, Titik disekolahkan orang tuanya ke negeri Belanda.
Ia menekuni bidang ilmu keguruan dan pendidikan lantara bercita-cita memajukan pendidikan Indonesia. Ketika pulang ke Indonesia, Titik bertemu dengan kakak kelasnya di sekolah yakni Atmono Suryo.
Setelah saling mengenal, keduanya menikah dan tinggal di Amerika Serikat. Karena kala itu Atmono Suryo adalah seorang diplomat yang juga menjadi duta besar RI di sejumlah negara.
Kini, pembawa baki pertama Indonesia ini diketahui telah wafat tepatnya pada 20 Desember 2000. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Karet, Jakarta.
Hal ini diketahui Budi saat perjalanan Titik Dewi. Ia menemukannya di TPU Karet Jakarta. Dalam tulisan yang dibagikan, Budi menyatakan ia sempat menyampaikan kepada Titik bila Mutahar memberikan amanat kepadanya.
"Di depan makam kak Titik kusampaikan bahwa dahulu kak Mutahar pernah memberikan amanat kepada saya untuk mencari dan menemukan kak Titik. Dan pada tanggal 17 Agustus 2011 Tuhan memperkenankan saya untuk menyelesaikan amanat kak Mutahar," katanya.
"Semoga kak Mutahar dan kak Titik sekarang dapat berbahagia di surga, karena saat itu sudah terlaksana dengan baik. Terima kasih kak Titik karena engkau telah memulai era baru pengibaran bendera pusaka dengan membawa nampan/baki. Sekarang adik-adikmu di seluruh Indonesia meneruskan kiprahmu demi kemuliaan negeri Indonesia," tambah Budi.
Pembicaraan soal Titik juga membuat Budi terbayang masa lalu. Ia menyatakan setelah menemukan makam Titik Dewi, ia ikut melaporkan ke alm Mutahar.
"Saya ke makam Kak Mut (Mutahar) seolah-olah tersenyum aja tuh (beliau). Saya laporan juga (bila) Kak Titik sudah saya temukan. Kalau ke makam Kak Mut itu seolah-olah ngobrol dengan dia," tutupnya.
Pembawa Baki Paskibraka Nasional 2024
Adapun anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) 2024 yang bertugas sebagai pembawa baki dalam upacara Detik-detik Peringatan HUT ke 79 Kemerdekaan RI yang dilaksanakan di Istana Negara, IKN yakni Livenia Evelyn Kurniawan.
Livenia merupakan siswi SMA Katolik Santo Fransiskus Assisi, Samarinda. Ia merupakan urusan dari Provinsi Kalimantan Timur.
Livenia mengaku sangat bangga bisa mewakili provinsinya di tanah kelahirannya yang akan menjadi pusat pemerintahan baru.
Dengan haru, Livenia mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya yang telah mendukungnya hingga sampai di titik ini.
“Aku mau ngucapin makasih buat mama karena mama udah dukung banget aku, mama udah ngebantu aku, papa juga udah nge-support aku,” katanya dengan mata yang berkaca-kaca. (R-03)