Ternyata 7 Tempat Ini Menyimpan Cerita Sejarah dari Provinsi Riau Loh!
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Provinsi Riau merupakan salah satu daerah yang memiliki sejarah yang cukup panjang. Seiring berjalannya waktu sejarah-sejarah itu mulai terlupakan karena digerus perkembangan zaman.
Jika ingin mengetahui terkait sejarah-sejarah dari Provinsi Riau, anda bisa mengunjungi beberapa lokasi yang sangat kental dengan sejarahnya.
1. Rumah Tinggi
Rumah Tinggi adalah tempat yang digunakan untuk memproduksi kain tenun Melayu yang terkenal dengan hiasan benang sutra warna emas. Kain tenun ini dibuat dengan menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang dioperasikan secara manual.
Di sini, Anda bisa melihat proses pembuatan kain tenun secara langsung, mulai dari pemintalan benang, pewarnaan, hingga penenunan. Anda juga bisa melihat koleksi kain tenun yang sudah jadi, yang dibuat menjadi berbagai benda pakai seperti sarung, syal, atau selendang.
Rumah Tinggi juga memiliki nilai sejarah yang tinggi, karena menjadi tempat perjuangan rakyat Riau dalam merebut kemerdekaan dari penjajahan Belanda dan Jepang. Rumah Tinggi pernah dijadikan sebagai dapur umum, gudang logistik, dan basis pejuang Fisabilillah.
Rumah Tinggi juga pernah ditinggali oleh KH Muhammad Syech, yang merupakan menantu dari pemilik rumah sekaligus imam besar Masjid Raya Pekanbaru. Rumah Tinggi juga menjadi tempat mengaji anak-anak dan menyimpan banyak kitab-kitab kuno.
Rumah Tinggi dibangun pada tahun 1887 oleh H. Yahya, yang merupakan seorang tauke getah terkemuka di masa itu. Rumah Tinggi memiliki arsitektur yang unik, dengan tinggi mencapai 12 meter dan memiliki 99 tiang penyangga. Rumah Tinggi juga dilengkapi dengan ukiran-ukiran kayu yang indah dan halaman yang luas.
2. Masjid Raya Pekanbaru
Masjid Raya Pekanbaru adalah salah satu masjid tertua dan terbesar di Riau. Masjid ini dibangun pada tahun 1762 dengan nama Masjid Senapelan. Masjid ini memiliki arsitektur yang megah dan indah, dengan sentuhan seni Melayu dan Arab. Masjid ini memiliki lima kubah besar dan empat menara tinggi yang menjulang. Masjid ini juga memiliki mihrab yang terbuat dari marmer putih dan mimbar yang terbuat dari kayu jati.
Masjid Raya Pekanbaru juga menjadi pusat kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Riau. Masjid ini sering digunakan untuk shalat berjamaah, pengajian, ceramah, hingga pernikahan. Masjid ini juga menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan tokoh masyarakat
untuk membahas masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Masjid ini juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa sejarah, seperti penyerangan Belanda pada tahun 1784 dan pemberontakan PRRI pada tahun 1958.
3. Taman Tuan Kadi
Taman Tuan Kadi adalah sebuah taman sejarah yang terletak di Kota Pekanbaru. Taman ini dulunya adalah makam dari Tuan Kadi atau Sultan Siak ke-12, yaitu Sultan Syarif Kasim II. Sultan Syarif Kasim II adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan berjasa dalam membangun Kota Pekanbaru. Ia juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan yang melawan penjajahan Belanda dan Jepang.
Taman Tuan Kadi memiliki luas sekitar 2 hektar dan dikelilingi oleh pagar besi. Di tengah taman, terdapat sebuah makam yang berbentuk kubah dan ditutupi oleh kain hijau. Di sekitar makam, terdapat beberapa pohon rindang dan bunga-bunga yang menambah keindahan taman. Taman ini juga dilengkapi dengan lampu-lampu hias dan bangku-bangku taman untuk pengunjung yang ingin bersantai.
Taman Tuan Kadi menjadi salah satu tempat bersejarah di Riau yang mengingatkan kita akan jasa-jasa Sultan Syarif Kasim II. Taman ini juga menjadi tempat rekreasi dan edukasi bagi masyarakat Riau, khususnya generasi muda. Taman ini sering digunakan untuk berbagai kegiatan, seperti olahraga, seni, budaya, hingga upacara kenegaraan.
4. Benteng Tujuh Lapis
Benteng Tujuh Lapis adalah sebuah benteng pertahanan yang dibangun oleh Kesultanan Siak pada abad ke-18. Benteng ini terletak di Desa Benteng, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak. Benteng ini memiliki luas sekitar 3 hektar dan memiliki tujuh lapis tembok yang terbuat dari tanah liat, batu, kayu, dan bambu. Benteng ini juga memiliki empat pintu masuk dan delapan meriam besar di setiap sudutnya.
Benteng Tujuh Lapis dibangun sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh, khususnya Belanda yang ingin menguasai wilayah Siak. Benteng ini juga menjadi tempat penyimpanan senjata, amunisi, dan barang-barang berharga milik Kesultanan Siak. Benteng ini pernah menjadi saksi dari beberapa pertempuran sengit antara pasukan Siak dengan pasukan Belanda pada tahun 1784, 1821, dan 1858.
Benteng Tujuh Lapis menjadi salah satu tempat bersejarah di Riau yang menunjukkan kekuatan dan kejayaan Kesultanan Siak di masa lalu. Benteng ini juga menjadi bukti dari semangat perjuangan rakyat Siak dalam mempertahankan tanah airnya dari penjajahan asing. Benteng ini kini telah direnovasi dan dijadikan sebagai objek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.
5. Istana Hinggap
Istana Hinggap adalah sebuah istana yang dibangun oleh Sultan Siak ke-11, yaitu Sultan Syarif Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1899. Istana ini terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru. Istana ini memiliki luas sekitar 2 hektar dan memiliki arsitektur yang bergaya Melayu klasik dengan sentuhan Eropa. Istana ini memiliki dua lantai dengan atap limas dan dinding kayu berwarna kuning.
Istana Hinggap dibangun sebagai tempat tinggal sementara Sultan Siak saat berkunjung ke Pekanbaru. Istana ini juga menjadi tempat menerima tamu-tamu penting, seperti pejabat pemerintah, tokoh agama, atau duta besar asing. Istana ini juga menjadi tempat menyelenggarakan berbagai acara kenegaraan atau adat istiadat Melayu.
Istana Hinggap menjadi salah satu tempat bersejarah di Riau yang menggambarkan kemegahan dan kemuliaan Kesultanan Siak di masa lalu. Istana ini juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Riau, seperti penyerahan kedaulatan Siak kepada Republik Indonesia pada tahun 1949 oleh Sultan Syarif Kasim II.
Istana ini kini telah dijadikan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi sejarah dan budaya Siak, seperti pakaian adat, perhiasan, senjata, foto-foto, dan dokumen-dokumen penting.
6. Tugu Nol Kilometer
Tugu Nol Kilometer adalah sebuah tugu yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman, Kota Pekanbaru. Tugu ini dibangun pada tahun 1963 oleh Gubernur Riau pertama, yaitu Raja Muhammad Ali. Tugu ini memiliki bentuk segi empat dengan tinggi sekitar 10 meter dan berwarna putih. Tugu ini juga memiliki empat arah mata angin dengan tulisan “Pekanbaru” di setiap sisinya.
Tugu Nol Kilometer dibangun sebagai tanda awal pembangunan Kota Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau. Tugu ini juga menjadi simbol dari semangat pembangunan dan kemajuan masyarakat Riau. Tugu ini juga menjadi salah satu tempat bersejarah di Riau yang menjadi ikon dan landmark Kota Pekanbaru. Tugu ini sering menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk berbagai kegiatan, seperti olahraga, seni, budaya, hingga demonstrasi.
7. Pelabuhan dan Gudang Pelindo
Pelabuhan dan Gudang Pelindo adalah sebuah kompleks bangunan yang terletak di Jalan Pelabuhan Ujung, Kota Pekanbaru. Kompleks ini terdiri dari sebuah pelabuhan sungai dan beberapa gudang penampungan barang-barang dagang.
Kompleks ini dibangun pada tahun 1918 oleh pemerintah Hindia Belanda dengan nama Handels Haven (Pelabuhan Dagang). Kompleks ini memiliki arsitektur yang bergaya kolonial dengan dinding bata merah dan atap seng.
Pelabuhan dan Gudang Pelindo dibangun sebagai sarana transportasi dan perdagangan antara Riau dengan daerah-daerah lain di Indonesia maupun luar negeri. Pelabuhan ini menjadi tempat bersandarnya kapal-kapal besar yang membawa berbagai barang-barang seperti karet, minyak bumi, kopi, rempah-rempah, dan lain-lain. Gudang-gudang ini menjadi tempat menyimpan barang-barang tersebut sebelum didistribusikan ke berbagai tempat.
Pelabuhan dan Gudang Pelindo menjadi salah satu tempat bersejarah di Riau yang menunjukkan peran penting Riau dalam perekonomian nasional maupun internasional di masa lalu.
Pelabuhan ini juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa sejarah, seperti penyerangan Jepang pada tahun 1942 dan pengeboman sekutu pada tahun 1945. Pelabuhan ini kini masih beroperasi sebagai pelabuhan sungai yang melayani angkutan barang dan penumpang lokal. (R-05)