SF Hariyanto Sentil Dividen PT SPR Langgak Cuma Rp 2 Miliar Tapi Berkantor di Jakarta: Mending Jual Bensin Eceran!
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Di tengah proses hukum yang membelitnya pimpinannya, PT Sarana Pembangunan Riau (SPR) Langgak melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hasilnya, direktur dan komisaris anak perusahaan BUMD PT SPR tersebut diganti.
RUPS memutuskan memberhentikan Direktur PT SPR Langgak Ikin Faizal dan Komisaris Said Usman Abdullah. Ikin saat ini berstatus tersangka dan ditahan Bareskrim Polri terkait kerjasama perusahaan dengan PT Kingswood Capital Ltd (KCL) berbasis di Singapura.
Sebagai gantinya, RUPS telah mengangkat Ahmad Sabidi sebagai Direktur PT SPR Langgak dan Komisaris baru Yan Dharmadi. Yan saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Hukum Setdaprov Riau.
PT SPR Langgak merupakan operator dari Blok Migas Langgak yang terletak di Kabupaten Rokan Hulu dan Kabupaten Kampar dengan luasan wilayah kerja mencapai 79,65 km2.
PT SPR Langgak menggantikan PT Chevron Pacific sejak 20 April 2010 lalu dengan masa kontrak selama 20 tahun. Pada saat handover dari Chevron, terdapat sejumlah 28 sumur minyak, termasuk 6 sumur plag and abbandon dengan jumlah produksi bulanan sebesar 329 BOPD (barrel oil per day).
Kemudian SPR Langgak melakukan pengembangan sebanyak 5 sumur sampai tahun 2014. Saat ini, jumlah sumur yang aktif di lapangan minyak Langgak sebanyak 27 sumur dengan rata-rata jumlah produksi harian tahun 2023 sebesar 526 BOPD.
Sentil Dividen PT SPR Langgak
Penjabat (Pj) Gubernur Riau (Gubri) SF Hariyanto membenarkan telah dilaksanakannya RUPS PT SPR Langgak di Jakarta, Rabu (24/7/2024). Ia meminta agar direktur dan komisaris baru PT SPR Langgak segera bergerak cepat untuk menuntaskan persoalan di perusahaan, sekaligus meningkatkan performance keuangan.
"Saya kasih tujuh bulan untuk menyelesaikan semuanya," kata SF Hariyanto kepada media, Rabu (24/7/2024).
SF Hariyanto juga memerintahkan agar kantor PT SPR Langgak di Jakarta segera ditutup dan dipindahkan ke Pekanbaru. Menurutnya, keberadaan kantor PT SPR Langgak di Jakarta telah membuat biaya operasional perusahaan tinggi.
Ia juga menyinggung dividen perusahaan yang hanya sebesar Rp 2 miliar dari bisnis migas yang dilakukan. Terkesan menyentil, SF Hariyanto membandingkan dividen itu dengan jualan bensin eceran.
"Masak perusahaan minyak dividen cuma Rp 2 miliar. Ngapain aja itu. Kalau cuma Rp 2 miliar, mendingan jual bensin eceran, lebih bagus lagi," kata SF Hariyanto.
Ia juga menyinggung soal fasilitas yang diterima para pengurus perusahaan, yang tak sebanding dengan kinerja dan dividen yang diterima pemegang saham.
"Gaji besar, tantiem besar, duduk di pesawat bisnis, hotel bintang lima. Masa penghasilan cuma segitu, kan tak cocok. Saya terus bergerak cepat membenahi semua BUMD Riau," kata SF Hariyanto. (R-03)