FKPMR-PPMR Tolak Nasir Jadi Cagub Riau, Tokoh Muda Ini Beri Komentar Menohok: Itu Cuma Kegenitan Politik!
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Terbitnya surat dua organisasi masyarakat Riau yang menolak Muhammad Nasir dicalonkan sebagai calon Gubernur Riau 2024 mendapat reaksi menohok dari kalangan tokoh pemuda di Riau. Penolakan tersebut dinilai sebagai upaya pembunuhan karakter (character assassination) terhadap Nasir yang menggandeng HM Wardan sebagai calon Wakil Gubernur Riau di Pilkada 2024.
Mantan Sekretaris DPD Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Provinsi Riau, Pahrijal menegaskan, pencalonan duet Nasir-Wardan dalam Pilkada Riau 2014 merupakan kewenangan setiap partai sebagaimana amanat undang-undang. Partai adalah institusi dimana masyarakat yang sadar politik berhimpun untuk mewujudkan gagasan politik pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.
"Partai itukan institusi politik yang mendapat legasi dari konstitusi dan undang-undang sebagai wadah politik tempat rakyat berhimpun. Satu-satunya organisasi politik yang bisa mengusung kepala daerah dalam Pilkada adalah partai politik. Setiap parpol mengusung paslon kepala daerah juga dengan mencermati aspirasi masyarakat dan pertimbangan-pertimbangan terukur," kata Pahrijal kepada media, Selasa (23/7/2024).
Sebelumnya, beredar surat pernyataan bersama dari Forum Komunikasi Pemuka Masyarakat Riau (FKPMR) dan Persebatian Pemuka Masyarakat Riau (PPMR) yang menolak Nasir dicalonkan sebagai calon Gubernur Riau 2024. Salah satu alasannya, karena FKPMR-PPMR menuding Nasir tidak memiliki hubungan historis dan ikatan emosional secara langsung dengan Riau.
Kedua organisasi dalam surat pernyataannya tersebut juga menulis "sudah menjadi rahasia umum bahwa yang bersangkutan (Nasir) juga memiliki rekam jejak yang tidak terpuji, sangat jauh dari kriteria dan persyaratan kepemimpinan Melayu Riau. Namun, FKPMR-PPMR tidak menjelaskan secara terbuka soal 'rahasia umum' yang dimaksud.
Selain itu, FKPMR-PPMR juga menuding selama 3 periode Nasir duduk sebagai anggota DPR RI Daerah Pemilihan Riau, tidak pernah memberikan kontribusi yang nyata dan berarti bagi pembangunan daerah Riau. Surat tersebut ditandatangani oleh Chaidir selalu Ketua Umum FKPMR dan Nasrun Effendi selalu Ketua Umum PPMR.
Pahrijal menegaskan, dirinya menghormati aspirasi yang disampaikan oleh setiap pihak, termasuk FKPMR-PPMR tersebut. Namun, ia mengingatkan agar setiap aspirasi yang disampaikan tidak menciderai nilai-nilai kemanusiaan dan hak politik setiap warga negara yang dilindungi konstitusi.
"Sebaiknya setiap pihak harus menghormati keputusan partai politik apapun. Boleh saja memberi penilaian, tapi jangan sampai membunuh karakter seseorang," kata Pahrijal, tokoh muda kelahiran Concong Luar, Indragiri Hilir ini.
Pahrijal menilai, tudingan yang disampaikan kepada Nasir tersebut hanyalah kegenitan politik dari oknum tertentu, dan bukan representasi dari sikap masyarakat. Namun ia menyayangkan pernyataan itu justru disampaikan oleh seorang tokoh politik senior.
"Apa yang dilakukan ini kan hanya kegenitan politik. Semoga saja insyaf," terang Pahrijal.
Sebaliknya, Pahrijal menyebut tudingan terhadap Nasir tersebut akan berlalu begitu saja. Karena publik dan masyarakat Riau yang akan menilai dan memutuskan siapa pemimpin Riau lima tahun ke depan.
"Ada pepatah lama mengatakan 'Anjing menggonggong kafilah berlalu'," kata Pahrijal bertamsil.
Ia juga mengajak segenap elemen masyarakat dan para elit daerah untuk menjaga situasi politik yang sedang memanas ini tetap kondusif.
"Kita tonjolkan adu gagasan, adu visi dan adu program di Pilkada Riau 2024 ini. Semua kontestan yang akan bertanding punya niat mengabdi untuk masyarakat. Jadi, jangan kita tonjolkan perbedaan, apalagi sampai menimbulkan pembelahan sosial," pungkas Pahrijal. (R-03)