Dekan Fakultas Kedokteran Dicopot karena Tolak Dokter Asing, Dosen Unair Kompak Mogok Mengajar
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya Budi Santoso dicopot tak lama setelah menolak rencana pemerintah mendatangkan dokter asing ke Indonesia.
Budi menolak rencana itu karena menurutnya, hampir semua dari 92 fakultas kedokteran yang ada di Indonesia mampu meluluskan dokter berkualitas yang tak kalah dengan dokter asing.
"Secara pribadi dan institusi, kami dari fakultas kedokteran tidak setuju," kata Budi.
Tak lama setelah pernyataan itu, Budi dipanggil pimpinan kampus hingga akhirnya dipecat sebagai Dekan FK UNAIR. Ia mengonfirmasi pemberhentiannya pada Rabu (3/7).
Budi mengaku sempat dipanggil Rektor UNAIR pada Senin (1/7) untuk dimintai keterangan. Ia menduga, alasan pemberhentiannya bertalian dengan penolakan atas rencana pemerintah mendatangkan dokter asing.
Melalui keterangannya kepada media, Rabu (3/7). Berikut beberapa fakta terkait pemecatan Dekan FK UNAIR dirangkum media sejauh ini.
Rektor UNAIR irit bicara
Rektor UNAIR M. Nasih masih irit bicara ihwal pemecatan tersebut. Ia justru mempertanyakan mengapa media menulis pemecatan itu meski belum mendapatkan salinan Surat Keputusan (SK) Rektor perihal pemecatan Budi.
Kemendikbudristek buka suara
FK UNAIR sendiri berada di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Plt Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek Anang Ristanto menyampaikan, sebagai PTN badan hukum di Indonesia, UNAIR memiliki otonomi dalam mengelola di bidang akademik dan non-akademik. Termasuk juga di antaranya kewenangan untuk mengatur organisasinya sendiri.
"Pengangkatan dan pemberhentian Dekan FK merupakan kebijakan internal dan kewenangan Rektor Unair, serta harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam Statuta Unair," ujar Anang kepada media, Jumat (5/7).
Guru besar FK temui rektor
Buntut polemik pencopotan Budi sebagai Dekan FK itu, perwakilan guru besar dan pengajar FK melakukan pertemuan dengan Rektor UNAIR M. Nasih pada Jumat (5/7).
Salah satu perwakilan Yan Efrata Sembiring menyampaikan beberapa tuntutan. Salah satunya menuntut agar Budi dikembalikan menjadi dekan karena menilai pencopotannyai tak sesuai dengan Statuta UNAIR.
"Semua mempunyai tujuan menyampaikan aspirasi keinginan yaitu untuk mengembalikan Prof BUS (Budi Santoso) sebagai Dekan FK Unair," ucapnya.
Yan mengaku dialog berjalan kondusif dan hangat. Ia menyebut Nasih menerima tuntutan itu dan akan mempertimbangkan ulang pencopotan Budi.
Meski demikian, belum ada keputusan yang diambil dalam dialog kemarin. Rektor, kata dia, masih akan membicarakan masalah ini dengan majelis wali amanat serta senat.
"Respons dari rektor dan jajaran, beliau akan membuka lagi dialog, artinya akan ada pertimbangan-pertimbangan yang akan diambil," ujarnya.
Bajamal mengkritik pimpinan UNAIR yang menjadikan FK bak katak dalam tempurung. Dengan adanya kasus ini, ia ingin sejawat di FK Unair berani berbicara menyampaikan pendapat dan tegas bersikap.
Civitas akademika gelar aksi
Selain mengancam mogok mengajar, ratusan civitas akademika FK UNAIR menggelar aksi solidaritas menyikapi pemecatan Budi pada Kamis (4/7).
Aksi itu dihadiri oleh para guru besar, sejawat dokter, pengajar, alumni, hingga mahasiswa aktif FK UNAIR.
Gedung FK Kampus A UNAIR juga kebanjiran karangan bunga berisi dukungan untuk Budi. Pada Kamis (4/7) kemarin, setidaknya lebih dari 30 rangkaian bunga terpasang di depan gedung FK. Mantan Rektor UNAIR 2001-2006 dr Puruhito turut hadir dalam aksi tersebut.
"Di sini saya berdiri sebagai warga FK UNAIR, selain juga sebagai mantan rektor. Saya hari ini sangat berduka cita mendengar apa yang telah diputuskan Rektor Unair terhadap dekan kita Profesor Bus (Budi Santoso)," kata Puruhito saat orasi. (R-04)