Rupiah Makin Terpuruk Dibantai Dollar, Pengusaha Makin Khawatir
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia atau HIPMI menyampaikan keprihatinannya atas melemahnya nilai tukar rupiah yang terperosok di posisi Rp16.475 per dolar AS pada Jumat, (21/6/2024). Rupiah melemah 45 poin atau minus 0,27 persen dari perdagangan sebelumnya.
Sekretaris Jenderal HIPMI Anggawira mengatakan fenomena itu sangat mengkhawatirkan bagi ekonomi nasional. Dia menyebut nilai tukar rupiah Rp16.475 ini terendah sejak April 2020.
“Ini adalah momen yang sangat mengkhawatirkan bagi perekonomian nasional, terutama bagi pelaku usaha,” kata Anggawira dalam keterangan tertulis pada Jumat,(21/6/2024).
Dia menyebut mata uang di kawasan Asia juga bervariasi dengan won Korea Selatan melemah 0,37 persen, peso Filipina melemah 0,10 persen, ringgit Malaysia minus 0,11 persen, dan yen Jepang minus 0,03 persen. Sementara itu, dolar Singapura menguat 0,06 persen dan dolar Hong Kong menguat 0,01 persen. Baht Thailand dan yuan China stabil di level sebelumnya.
Oleh karena itu, Anggawira menyebut HIPMI menyarankan agar pemerintah mengambil sikap dan langkah yang tepat untuk menghadapi fenomena ini. Setidaknya, ada tujuh rekomendasi HIPMI untuk pemerintah dan otoritas moneter dalam menyikapi melemahnya rupiah ini.
1. Perkuat Cadangan Devisa
HIPMI mendorong Bank Indonesia untuk terus memperkuat cadangan devisa melalui berbagai instrumen yang tersedia. Cadangan devisa yang kuat akan memberikan bantalan yang cukup untuk mengatasi gejolak nilai tukar.
2. Fasilitasi Ekspor UMKM
Pemerintah harus memberikan dukungan lebih besar kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menembus pasar ekspor. Dukungan dapat berupa pelatihan, penyediaan informasi pasar, dan fasilitas pembiayaan ekspor yang lebih mudah diakses.
3. Stabilkan Inflasi
Menjaga stabilitas inflasi sangat penting untuk mempertahankan daya beli masyarakat. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu memastikan bahwa kebijakan moneter dan fiskal berjalan selaras untuk mengendalikan inflasi.
4. Perkuat Industri Dalam Negeri
Meningkatkan daya saing industri dalam negeri melalui berbagai insentif dan kebijakan pro-pertumbuhan. Ini termasuk pengembangan infrastruktur, peningkatan kualitas tenaga kerja, dan kemudahan berbisnis.
5. Promosikan Investasi Asing
Menarik investasi asing langsung (FDI) dapat membantu menstabilkan nilai tukar rupiah. Pemerintah perlu terus memperbaiki iklim investasi dengan menyederhanakan regulasi dan memastikan kepastian hukum bagi para investor.
6. Kolaborasi Internasional
HIPMI menyarankan pemerintah untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara mitra dagang dan organisasi internasional. Kolaborasi yang baik dapat membuka peluang baru untuk ekspor dan investasi yang dapat memperkuat ekonomi nasional.
7. Transparansi dan Komunikasi
Menjaga transparansi dalam kebijakan ekonomi dan moneter serta komunikasi yang efektif dengan pelaku pasar dan masyarakat umum. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dan mengurangi spekulasi negatif terhadap rupiah.
Atas rekomendasi itu, Anggawira menyebut HIPMI berharap pemerintah dan Bank Indonesia segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Kolaborasi antara sektor publik dan swasta sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini dan menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“HIPMI siap berkontribusi aktif dalam upaya ini demi terciptanya stabilitas ekonomi yang berkelanjutan,” kata dia. (R-03)