Kisah Lama Kejayaan Blok Rokan Riau Pernah Hasilkan 1 Juta Barel Minyak Per Hari, Kini Cuma Tinggal 162 Ribu Barel Tapi Dibanggakan Jokowi
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Presiden Jokowi membanggakan produksi minyak Blok Rokan di Riau yang menghasilkan 162 ribu barel per hari (bph). Ia menyebut produksi tersebut setara dengan 25 persen produksi minyak nasional tahun ini.
Kebanggaan Jokowi dikaitkan dengan keputusan politik-ekonomi yang diambilnya saat merebut pengelolaan Blok Rokan dari tangan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) berlaku efektif sejak 9 Agustus 2021 silam. Pemerintah kala itu tidak memperpanjang kontrak CPI karena nilai penawaran yang diajukan lebih kecil dibanding tawaran PT Pertamina.
BACA JUGA: 4 Masalah Pelik di Blok Minyak Rokan yang Dikelola PT PHR Jelang Kedatangan Presiden Jokowi ke Riau
Presiden Jokowi dalam pidatonya saat menjadi Inspektur Upacara Peringatan Hari Lahir (Harlah) Pancasila 1 Juni di Lapangan Garuda Blok Rokan, Dumai menyebut produksi minyak oleh PT Pertamina Hulu Rokan sebesar 162 ribu bph itu, lebih tinggi saat transisi pengelolaan dari CPI. Faktanya, pada kuartal I tahun 2018 silam, Blok Rokan yang saat itu masih dikelola PT Chevron Pacific Indonesia (CPI), mampu mengeruk minyak sebanyak 210 ribu bph.
"Setelah saham mayoritas Freeport kita ambil alih, kemudian kita ambil alih Blok Rokan yang merupakan blok migas paling produktif dalam sejarah perminyakan Indonesia yang sudah dikelola perusahaan asing Caltex dan Chevron selama 97 tahun," kata Jokowi dalam pidatonya dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (1/6/2024).
Presiden Joko Widodo juga sempat menjelaskan alasan mengapa Lapangan Garuda Pertamina di Hulu Rokan, Dumai, Riau, menjadi lokasi upacara peringatan Hari Lahir Pancasila 2024 pada Sabtu (1/6/2024). Menurut Jokowi, ada pesan kemandirian ekonomi yang ingin ditegaskan pemerintah.
"Kita harus menjamin kekayaan negara sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat. Kita juga harus aktif mengambil alih kembali aset-aset strategis bangsa. Kita kelola dan manfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat, kesejahteraan masyarakat," ujar Jokowi.
"Salah satunya adalah Blok Rokan di Riau ini, tempat yang kita pakai untuk upacara peringatan Hari Lahir Pancasila," tandasnya lagi.
BERITA TERKAIT: Puan Maharani Tak Hadiri Upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Blok Rokan Riau, Jokowi Gunakan Pakaian Adat Melayu Riau
Klaim keberhasilan pengelolaan dan produksi minyak ini sebenarnya masih bisa diperdebatkan dan jauh dari faktanya. Terlebih, angka-angka mutahir produksi minyak nasional justru makin anjlok saat ini.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat, produksi minyak siap jual atau lifting sampai April 2024 baru mencapai 576 ribu barel per hari (bph). Itu artinya jauh di bawah target yang ditetapkan tahun 2024 mencapai sebesar 635 ribu bph.
Realisasi lifting minyak sampai April ini bisa dibilang terus mengalami anjlok jika dibandingkan dari tahun ke tahun. Bahkan, target tahun 2024 ini juga lebih rendah dari tahun 2023 lalu yang dipatok sebesar 660 ribu barel per hari. Tahun lalu, realisasi produksi minyak nasional juga tak mencapai target 605,5 ribu bph.
Realisasi produksi minyak nasional ini bahkan lebih parah, jika dibandingkan dengan target produksi 1 juta barel per hari (bph) yang ditetapkan oleh SKK Migas.
Kebanggaan atas pengelolaan Blok Rokan ini, tampaknya masih sekadar ekspresi atas nasionalisme dalam kedaulatan pengelolaan sumber daya alam migas. Namun, dari segi produksi minyak yang dihasilkan, justru mengalami penurunan yang cukup signifikan, meski investasi telah dikucurkan cukup besar.
Kejayaan Blok Rokan di Era Caltex
Blok Rokan memang pernah menorehkan kisah sejarah yang monumental. Pada puncaknya, sekitar tahun 1973, Blok Rokan mencetak rekor produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari (bph). Saat itu, Blok Rokan masih dikelola oleh PT Caltex Pacific Indonesia. Era ini populer dengan sebutan booming minyak atau dollar hitam.
Bahkan, dari perut bumi Riau, Caltex yang kemudian dilanjutkan oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) tercatat telah menyedot lebih dari 12 miliar barel minyak.
PT Chevron Pasific Indonesia (CPI) telah mengakhiri sejarah panjang sebagai pengelola lapangan minyak bumi di Blok Rokan, Riau pada Minggu (8/8/2021) lalu. Per Senin (9/8/2021) pengelolaan Blok Rokan telah beralih ke PT Pertamina (Persero) melalui cucu perusahannya, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR).
Chevron memiliki perjalanan panjang dalam mengelola Blok Rokan. Meski lapangan minyak di wilayah kerja tersebut baru berproduksi pada 1951, namun jejak awal Chevron di Blok Rokan sudah dimulai pada 1924 atau 97 tahun yang lalu.
Berdasarkan catatan sejarah, hampir seabad yang lalu atau tepatnya pada Maret 1924 kehadiran Chevron di Indonesia diawali dengan kedatangan 4 ahli geologi dari Standard Oil Company of California (Socal). Tujuannya mencari lapangan migas di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Pencarian berbuah hasil dengan ditemukannya lapangan Duri pada Maret 1941, kemudian disusul penemuan Lapangan Minas pada Desember 1944. Kedua lapangan minyak ini merupakan yang terbesar dari total 115 lapangan produksi di Blok Rokan saat ini yang seluas 6.453 kilometer persegi.
Penemuan itu pun membuat Socal membangun anak usaha bernama Nederlandsche Pasific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada 1930 di Indonesia. Lalu pada 1936, Socal bekerja sama dengan Texaco mengelola perusahaan dengan nama baru yaitu California Texas Oil Company (Caltex).
Kemudian pada 1963 resmi dibentuk PT Caltex Pasific Indonesia untuk menggantikan perusahan sebelumnya, yang sekaligus menjadi cikal bakal perusahaan Chevron Pasific Indonesia.
Sejak berproduksi pertama kali pada 1951, Blok Rokan merupakan salah satu wilayah kerja strategis yang telah menghasilkan 11,69 miliar barel minyak hingga 2018 lalu. Blok Rokan pernah mencetak produksi tertinggi menyentuh angka hampir 1 juta barel per hari pada Mei 1973. (R-03)