Empat Negara Jiran sudah Hidup Berdamai dengan Covid, Indonesia Kapan?
SabangMerauke News - Beberapa negara Asia Tenggara mulai menetapkan status endemi pada Covid-19. Hal ini untuk menormalisasi kegiatan masyarakat untuk pertumbuhan ekonomi.
Berikut rangkumannya:
Malaysia
Pemerintah Malaysia misalnya mengumumkan rencana untuk menjadikan Covid-19 sebagai endemi, Selasa lalu. Status ini akan berlaku pada 1 April mendatang.Dalam sebuah keterangan resmi, Perdana Menteri (PM) Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengungkapkan keputusan ini dilandasi oleh dua hal. Yakni rendahnya angka gejala parah pasca infeksi serta diikuti dengan angka vaksinasi Covid-19 yang sudah mencapai 98,7%.
"Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, melakukan penilaian risiko, memperoleh pandangan dari Kementerian Kesehatan Malaysia (MOH), serta memeriksa rekomendasi dari empat menteri, hari ini saya ingin mengumumkan bahwa negara tersebut akan memasuki fase transisi ke endemik mulai 1 April 2022," ujarnya dalam sebuah pernyataan resmi yang diperoleh CNBC Indonesia.
Thailand
Sementara Thailand mengatakan bahwa negaranya kemungkinan akan menetapkan status endemi pada Juli mendatang. Juru bicara pemerintah Thanakorn Wangboonkongchana mengatakan situasinya sejauh ini membaik sehingga negaranya siap untuk transisi ke endemi.
"Situasinya baik, membuka jalan bagi virus untuk berpindah dari status pandemi ke status endemi pada pertengahan tahun," ujarnya sebagaimana dikutip The Thaiger, Rabu lalu.
Vietnam
Vietnam pun berencana melakukan hal yang sama. Perdana Menteri Pham Minh Chinh mengarahkan pihak Kementerian Kesehatan untuk mulai memperlakukan pandemi Covid-19 sebagai endemi.
Ditulis media seperti Bloomberg, dalam rapat kabinet pada Kamis, Chinh memerintahkan para pejabat untuk mempelajari langkah yang sudah diambil negara-negara lain. Chinh meyakini, pada beberapa bulan mendatang, kondisi akan sulit diprediksi mengingat negara tersebut tengah mengatasi Covid-19 sekaligus memerangi dampak konflik di Ukraina.
Singapura
Pemerintah Singapura sendiri belum mendeklarasikan endemi. Tapi negara itu berencana untuk membuka pintu negara itu kepada semua pelancong internasional tanpa karantina.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Transportasi S. Iswaran. Dalam sebuah wawancara dengan CNBC International, ia mengungkapkan bahwa hal ini menimbang angka vaksinasi yang tinggi dan juga protokol manajemen pandemi yang membaik.
"Selama pelancong itu divaksinasi dan dapat membuktikan bahwa mereka harus dapat memasuki negara itu tanpa karantina," kata Iswaran.
"Pada akhir tahun lalu, lalu lintas penumpang Singapura berada di sekitar 15% dari volume pra-Covid dan kami ingin membangun momentum itu," tambahnya.
Singapura sendiri sebelumnya telah menerapkan jalur masuk tanpa karantina bagi beberapa negara. Persyaratannya adalah pelancong telah divaksin, menaiki penerbangan yang diberi status Vaccinated Travel Lane (VTL), dan menunjukkan hasil tes Covid-19.
Indonesia Bagaimana?
Sementara itu, untuk Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menyusun sejumlah indikator sebelum Indonesia dapat memasuki masa endemi. Salah satunya adalah status PPKM di seluruh kabupaten/kota berada pada level 1.
Hingga saat ini, belum dipastikan kapan Indonesia akan memasuki status endemi. Pemerintah menuturkan hal itu bergantung WHO.
Pemimpin WHO menegaskan bahwa pandemi masih belum selesai. Hal ini diutarakan Direktur Jenderal Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Rabu sore waktu setempat.
"Meskipun kasus dan kematian yang dilaporkan menurun secara global, dan beberapa negara telah mencabut pembatasan, pandemi masih jauh dari selesai. Tidak akan berakhir di mana pun sampai semuanya berakhir."
Ia menegaskan virus corona masih berkembang. Sejumlah hambatan masih tetap ada saat mendistribusikan vaksin, tes, dan perawatan.
"WHO khawatir beberapa negara secara drastis mengurangi pengujian," kata Tedros.
WHO memang mencatat penurunan 5% kasus di seluruh dunia pekan lalu jika dibandingkan minggu sebelumnya. Sementara kematian turun 8%.
Namun, Pimpinan Teknis Covid-19 WHO, Maria Van Kerkhove memberi peringatan. Menurutnya tingkat kasus tentu saja terlalu rendah karena penurunan dramatis dalam pengujian.
"Virus ini masih menyebar pada tingkat yang terlalu intensif, tiga tahun dalam pandemi ini," katanya.
"Meskipun kami melihat tren menurun ... masih ada lebih dari 10 juta kasus yang dilaporkan dilaporkan di tingkat global minggu lalu ... Kita harus tetap waspada. (*)