Hati-hati Kehamilan Kosong, Ini Tanda-tandanya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kehamilan kosong atau yang sering disebut juga dengan blighted ovum, adalah kondisi di mana terdapat kantung kehamilan yang terbentuk, tetapi tidak ditemukan adanya embrio atau janin yang berkembang di dalamnya. Kondisi ini juga dikenal sebagai anembrionik, yaitu kehamilan tanpa embrio.
Gejala yang sering dialami oleh wanita yang mengalami kehamilan kosong antara lain pendarahan vagina yang tidak normal, kram perut dan rasa mual yang kemudian hilang. Pada beberapa kasus, gejala-gejala tersebut dapat disertai dengan peningkatan hormon kehamilan, seperti hormon human chorionic gonadotrophin (hCG), tetapi perkembangannya tidak sebanding dengan usia kehamilan yang seharusnya.
Penyebab utama dari kehamilan kosong saat ini masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa penyebab yang diduga antara lain adalah adanya kelainan genetik pada sel sperma atau sel telur, kelainan struktur rahim, atau masalah hormonal. Selain itu, faktor usia juga dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan kosong, di mana semakin tua usia wanita maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya kehamilan kosong.
Pengobatan untuk kehamilan kosong biasanya meliputi tindakan pengosongan kandungan melalui prosedur medis atau pembedahan. Proses pengosongan kandungan ini dilakukan untuk menghilangkan jaringan yang ada di dalam rahim, sehingga mencegah kemungkinan infeksi yang dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
Berikut ini tanda-tanda kehamilan kosong yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (5/4/2024).
Apa Itu kehamilan Kosong?
Blighted ovum atau yang sering disebut hamil kosong, merupakan salah satu kondisi kehamilan yang mengindikasikan tidak adanya embrio dalam rahim. Secara medis, istilah blighted ovum juga dikenal sebagai anembryonic gestation. Kondisi ini merupakan penyebab sekitar setengah dari total kasus keguguran pada trimester pertama kehamilan.
Pada dasarnya, kehamilan kosong terjadi akibat kelainan genetik atau kromosom. Kelainan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pembelahan sel yang tidak sempurna, serta kualitas rendah dari sel telur dan sperma yang terlibat dalam pembuahan. Dalam kasus hamil kosong, meskipun kantung kehamilan terbentuk, namun embrio tidak terbentuk di dalamnya.
Pentingnya memahami bahwa dalam proses kehamilan normal, gestational sac (kantung kehamilan) terbentuk terlebih dahulu sebelum embrio mulai berkembang. Namun, pada kasus hamil kosong, gestational sac terbentuk tanpa adanya embrio yang berkembang di dalamnya. Hal ini dapat mengakibatkan keterlambatan menstruasi, sehingga tes kehamilan dapat menunjukkan hasil positif meskipun tidak ada embrio yang berkembang.
Gejala hamil kosong dapat bervariasi, mulai dari nyeri perut hingga perdarahan. Namun, diagnosis akurat hanya dapat dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Penting untuk dicatat bahwa beberapa gejala kehamilan seperti mual, muntah, tes kehamilan positif dan perubahan pada payudara juga dapat dialami oleh ibu hamil dengan hamil kosong. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin dan konsultasi dengan profesional medis sangatlah penting untuk mendeteksi dan mengelola kondisi ini secara tepat.
Tanda Janin Tidak Berkembang
1. Muncul Bercak atau Perdarahan dari Vagina
Bercak atau perdarahan dari vagina sering kali menjadi alarm bagi wanita yang sedang hamil. Pada kehamilan kosong, perdarahan ini dapat terjadi karena plasenta mola yang tumbuh di dalam rahim mengalami kerusakan atau perdarahan. Bercak atau perdarahan dapat terjadi secara tiba-tiba atau berkepanjangan.
Namun, penting untuk diingat bahwa perdarahan pada kehamilan tidak selalu menunjukkan kehamilan kosong. Terkadang, perdarahan juga dapat terjadi pada kehamilan normal, seperti implantasi atau tanda-tanda awal keguguran. Oleh karena itu, penting bagi wanita yang mengalami bercak atau perdarahan vagina selama kehamilan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.
2. Perut Kram
Perut Kram adalah salah satu gejala yang dapat dirasakan oleh wanita yang mengalami kehamilan kosong. Kondisi ini terjadi ketika terbentuknya kantung kehamilan di dalam rahim, namun tidak ditemukan adanya embrio yang berkembang di dalamnya.
Perut Kram biasanya terjadi karena rahim yang berkontraksi untuk mengeluarkan kantung kehamilan yang kosong. Sensasi ini dapat dirasakan seperti nyeri perut, atau kram yang sering terjadi pada saat menstruasi. Beberapa wanita juga dapat mengalami pendarahan yang ringan saat mengalami kehamilan kosong.
3. Penurunan Kadar hCG
Kehamilan kosong, atau yang juga sering disebut dengan istilah "mola hidatidosa", adalah kondisi yang cukup jarang terjadi pada wanita hamil. Pada kehamilan kosong, terjadi pembentukan kantung kehamilan pada rahim namun tidak ditemukan adanya embrio atau janin di dalamnya.
Penurunan kadar hCG (human chorionic gonadotropin) merupakan salah satu gejala yang sering terjadi pada kehamilan kosong. hCG adalah hormon yang diproduksi oleh plasenta, saat terjadinya kehamilan. Kadar hCG yang rendah atau tidak naik seperti yang seharusnya, menjadi tanda adanya kehamilan kosong.
Penurunan kadar hCG ini bisa diindikasikan melalui beberapa gejala, seperti pendarahan yang lebih banyak saat menstruasi, nyeri panggul yang tidak wajar, atau mungkin tidak adanya tanda-tanda kehamilan lainnya seperti mual atau pusing. Meski tidak ada embrio yang ditemukan, pada kehamilan kosong, tetap terdapat pembentukan kantung kehamilan yang biasanya terjadi karena masalah genetik, atau kelainan pada plasenta. Kondisi ini membutuhkan penanganan medis untuk mencegah komplikasi yang lebih serius.
3. Detak Jantung Bayi Tidak Terdeteksi
Salah satu tanda utama dari kehamilan kosong, adalah detak jantung bayi yang tidak terdeteksi saat pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan. Deteksi detak jantung bayi merupakan momen yang sangat ditunggu-tunggu oleh calon ibu. Namun, dalam kasus kehamilan kosong, kecewa bisa dirasakan karena tidak adanya detak jantung bayi yang terdengar.
Biasanya, kondisi ini terjadi pada awal usia kehamilan, sekitar 6 hingga 7 minggu. Penyebab utama terjadinya kehamilan kosong ini masih belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor yang diduga berperan antara lain masalah genetik, abnormalitas pada kromosom embrio, atau masalah dalam implantasi embrio pada dinding rahim. Jika detak jantung bayi tidak terdeteksi pada tahap awal kehamilan, dokter akan melakukan pemeriksa
4. Tidak Ada Embrio
Biasanya, kehamilan kosong terjadi karena kelainan kromosom pada embrio yang menyebabkan embrio tidak berkembang dengan benar. Sebagai hasilnya, embrio tidak tumbuh dan hanya terbentuk kantung kehamilan di dalam rahim. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan kosong antara lain usia ibu yang lebih tua, riwayat kehamilan kosong sebelumnya, dan masalah hormonal.
Gejala kehamilan kosong bisa mirip dengan gejala kehamilan normal, seperti mual, kantuk, tidak haid, dan payudara yang lebih sensitif. Namun, ultrasounds akan menunjukkan adanya kantung kehamilan kosong tanpa adanya embrio yang terdeteksi.
Jika terdiagnosis dengan kehamilan kosong, dokter akan memberikan beberapa opsi perawatan. Perawatan dapat meliputi pengeluaran kantung kehamilan melalui prosedur yang disebut kuretas, atau terapi hormon untuk memicu rahim mengeluarkan kantung kehamilan secara alami.
Menunggu Sisa Jaringan Luruh Secara Alami
Sisa jaringan calon janin memiliki kemampuan alami untuk meluruh dari rahim tanpa intervensi medis. Ini merupakan pilihan bagi ibu yang memilih pendekatan yang lebih pasif, dalam penanganan hamil kosong. Proses ini memungkinkan tubuh untuk beradaptasi secara alami dan memulihkan diri tanpa campur tangan dari prosedur medis.
Namun, penting untuk diingat bahwa metode ini membutuhkan kesabaran karena prosesnya dapat memakan waktu yang cukup lama, biasanya beberapa minggu hingga beberapa bulan. Ibu yang memilih opsi ini mungkin perlu mendapatkan dukungan emosional dan medis tambahan selama periode ini.
Melakukan Prosedur Kuret
Proses kuretase, atau dikenal sebagai dilatasi dan kuretase (DC), merupakan prosedur medis yang umum digunakan untuk membersihkan rahim dari sisa-sisa jaringan calon janin setelah keguguran. Proses ini dilakukan oleh dokter dengan mengangkat sisa jaringan dari rahim, melalui dilatasi serviks dan penggunaan instrumen khusus.
Kuretase seringkali dianggap lebih efisien daripada menunggu sisa jaringan luruh secara alami, karena dapat mengurangi risiko infeksi dan mempercepat proses pemulihan. Namun, seperti prosedur medis lainnya, kuretase juga memiliki risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan oleh ibu sebelum memutuskan untuk menjalaninya.
Menggunakan Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti misoprostol adalah opsi lain yang dapat dipertimbangkan, dalam penanganan hamil kosong. Obat ini bekerja dengan merangsang kontraksi rahim dan membantu meluruhkan sisa-sisa jaringan calon janin.
Meskipun lebih non-invasif daripada kuretase, penggunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan efek samping seperti perdarahan yang berat, kram perut, mual dan muntah. Prosesnya juga tidak instan dan mungkin memerlukan waktu beberapa hari untuk melengkapi.
Menghadapi Emosi
Pengalaman hamil kosong dapat menjadi momen emosional yang menantang bagi ibu. Merasa kecewa, sedih, dan bahkan marah adalah respons yang wajar dan alami. Namun, penting bagi ibu untuk mengelola dan mengatasi emosi tersebut dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Mendapatkan dukungan dari pasangan, keluarga, teman, atau bahkan profesional kesehatan mental dapat membantu ibu menghadapi perasaannya dengan lebih baik. Meresapi bahwa hamil kosong bukanlah kesalahan ibu atau ayah juga penting untuk memulihkan diri dan mempersiapkan diri untuk masa depan.
Memulai Program Kehamilan Kembali
Setelah mengalami hamil kosong, banyak ibu yang merasa ingin memulai program kehamilan kembali secepat mungkin. Namun, sebelum melakukannya, penting untuk memberi tubuh waktu untuk pulih sepenuhnya. Biasanya, dokter menyarankan untuk menunggu sekitar 3 bulan sebelum memulai program kehamilan baru.
Hal ini memberi waktu bagi tubuh untuk pulih secara fisik dan emosional serta memastikan bahwa ibu siap secara mental dan fisik untuk menghadapi kehamilan lagi. Konsultasikan dengan dokter kandungan, untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik dan beradaptasi dengan kebutuhan kesehatan individu. (*)