Saksi Prabowo Ngaku Politik Gentong Babi Tak Terlalu Berpengaruh di Pilpres, Malah ke Pileg
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Ketua DPD Golkar Jabar, Tubagus Ace Hasan Syadzily, menjadi saksi dari Prabowo-Gibran selaku pihak terkait di sidang sengketa hasil Pilpres 2024.
Ace mengatakan politik gentong babi (pork barrel politics) tidak terlalu berpengaruh di Pilpres 2024 saat memberikan keterangannya dalam sidang sengketa Pilpres di Mahkamah Konstitusi (MK).
Dia mengatakan politik gentong babi itu justru lebih berpengaruh di ranah Pileg.
"Kalau kemarin kita mendengar ada istilah pork barrel politics, justru kecenderungannya lebih banyak terjadi pada pemilihan legislatif, dibandingkan dengan, mohon maaf, dalam konteks pemilihan presiden," kata Ace dalam sidang di Gedung MK, Jakarta, Kamis (4/4/2024).
Ace mengatakan caleg petahana biasanya memanfaatkan politik gentong babi. Mereka ikut menyalurkan bantuan dari instansi pemerintah yang menjadi mitra di komisi masing-masing.
Dengan langkah itu, para caleg petahana mengharap insentif elektoral. Ace menyebutnya sebagai bagian dari penyaluran aspirasi di daerah pemilihan (dapil).
"Sebagai anggota legislatif, tentu kami menginginkan setiap program-program dari mitra kami juga kami ingin memiliki insentif elektoral," ucapnya.
Lebih lanjut, Ace menilai sebenarnya politisasi bansos di pilpres sulit dilakukan karena pengawasan melibatkan berbagai pihak.
"Program ini, proses penyalurannya harus diketahui oleh kita semaua. Rasanya tidak mungkin ada pesan-pesan politik karena langsung diberikan pada penerima bantuan yang mengacu pada DTKS," ujar Ace.
Sebelumnya, ekonom senior Faisal Basri menyinggung praktik politik ‘gentong babi’ hingga mobilisasi pejabat untuk memenangkan pasangan calon (paslon) nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024.
Dia menyampaikan hal tersebut sebagai ahli yang dihadirkan kubu paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam lanjutan sidang perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Pilpres 2024.
“Secara umum pork barrel (gentong babi) ini di negara-negara berkembang wujudnya berbeda, karena pendapatannya masih rendah. Angka kemiskinan tinggi di Indonesia, penduduk miskin ekstrem, nyaris miskin, rentan miskin, itu kira-kira hampir separuh dari penduduk,” katanya di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta Pusat, Senin (1/4/2024).
Menurutnya, hal ini memicu politisi untuk memanfaatkan instrumen seperti bantuan sosial (bansos) dalam meningkatkan suara di pemilu.
Faisal Basri menyebut penggelontoran bansos efektif mempengaruhi hal tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
“Pork barrel itu sebetulnya metafora dari menggelontorkan uang, celengan juga kan simbolnya biasanya babi, gitu. Lebih parah di Indonesia, tidak hanya menggelontorkan uang, tapi juga mobilisasi pejabat sampai ke level bawah,” lanjutnya. (*)