Inilah 10 Provinsi dengan Penghancuran Hutan Terluas di Indonesia, Riau Ranking 7 Nasional
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Provinsi Riau berada dalam daftar 10 besar provinsi yang mengalami penghancuran hutan (deforestasi) terluas di Indonesia tahun 2023. Bahkan, Riau menjadi satu-satunya provinsi di Pulau Sumatera yang masuk dalam daftar 10 besar kerusakan hutan terluas di Tanah Air.
Peringkat tersebut berdasarkan riset Auriga Nusantara yang memotret total luas deforestasi di Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai 257.384 hektare.
Jumlah tersebut bertambah 26.624 hektare dibanding deforestasi tahun sebelumnya 2022 seluas 230.760 Ha.
Berdasarkan pulau, Kalimantan menjadi pulau dengan deforestasi terparah dengan 124.611 hektare. Strategi Itu berarti, hampir separuh dari total deforestasi di Indonesia terjadi di bumi Borneo.
Ketua Auriga Nusantara Timer Manurung mengatakan, tiga provinsi yang mengalami deforestasi terbanyak juga ada di Kalimantan.
Timer menambahkan, kondisi tersebut menyalakan aram bahaya yang harus menjadi perhatian bagi semua pihak.
“Kalimantan memang menjadi perhatian kita ke depan," kata Timer dalam Rilis Data: Deforestasi Indonesia 2023.
Selain di Kalimantan, deforestasi di daerah lain juga tak kalah parah.
Berikut 10 provinsi dengan deforestasi terparah sepanjang 2023 menurut data Auriga Nusantara.
1. Kalimantan Barat (35.162 Ha)
2. Kalimantan Tengah (30.433 Ha)
3. Kalimantan Timur (28.633 Ha)
4. Sulawesi Tengah (16.679 Ha)
5. Kalimantan Selatan (16.067 Ha)
6. Kalimantan Utara (14.316 Ha)
7. Riau (13.268 Ha)
8. Papua Selatan (12.640 Ha)
9. Papua Tengah (11.336 Ha)
10. Papua Barat (10.990 Ha)
Hutan Konservasi Rusak
Timer mengatakan, dari total hutan yang hilang, hampir separuhnya atau 47,29 persen deforestasi terjadi di area konsesi.
Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) menjadi area konsesi yang paling banyak mengalami deforestasi, masing-masing 36.247 hektare dan 29.941 hektare.
Timer menambahkan, deforestasi Indonesia juga terjadi di kawasan konservasi seluas 12.612 hektare.
“Ini mengkhawatirkan karena kita kehilangan hutan alam di hutan konservasi," ujar Timer.
Direktur Informasi dan Data Auriga Nusantara Dedy P Sukmara mengatakan, analisis yang dilakukan Auriga Nusantara didasarkan pada metodologi yang diterapkan oleh Universitas Maryland di Amerika Serikat (AS).
Data mentah yang didapatkan oleh Auriga Nusantara juga diambil dari data publik yang disediakan oleh Universitas Maryland.
Data deforestasi dari Auriga Nusantara pada 2022 tersebut berbeda dengan versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yakni 104.000 hektare.
Menurut Auriga Nusantara, ada perbedaan besar dalam metodologi analisis menghitung deforestasi dengan KLHK. Sehingga, data deforestasi tahun 2023 juga diyakini mengalami perbedaan dengan KLHK. (*)