Bantu Sedot Minyak Berat, Anak Usaha Medco Pasok Gas ke Blok Rokan Riau
SABANGMERAUKE NEWS, Sumatera Selatan - Blok Corridor di Lapangan Migas Grissik, Sumatera Selatan menjadi salah satu blok penghasil gas yang cukup besar di Indonesia. Blok ini dikelola oleh Medco E&P Grissik, anak usaha Medco Energi Internasional.
Ternyata hasil produksi gas dari Blok Corridor juga dialirkan langsung ke blok migas penghasil minyak terbesar di Indonesia, Blok Rokan di Riau. Hal ini diungkap langsung oleh VP Corridor Asset Medco E&P Grissik Tri Laksono.
Tri mengatakan pihaknya selama ini sudah banyak menjalin kontrak pembelian gas, salah satunya dengan Blok Rokan. Menurutnya, gas dari Corridor akan digunakan untuk mempermudah pengambilan minyak di Blok Rokan.
Caranya adalah gas dari Blok Corridor akan digunakan untuk menghasilkan uap untuk diinjeksikan ke sumur-sumur di Rokan. Hal itu dilakukan untuk membuat minyak di dalam sumur lebih mencair dan bisa mudah diambil.
"Untuk Rokan bukan gas kita masuk ke sumur. Di Rokan ada lapangan yang minyaknya berat, lapangan berat minyaknya bisa dicairkan dengan cara mengalirkan uap ke dalam sumur, sehingga kalau di bawah dipanaskan mencair maka lebih mudah ditarik ke atas," papar Tri Laksono saat berdiskusi di Grissik Central Gas Plant, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (6/3/2024).
"Nah untuk memanaskan air tadi, butuh gas dari kita.m, jadi gas kita dipakai untuk bahan bakar membuat uap kemudian uapnya dibawa ke sumur," katanya.
Menurut Tri, Blok Rokan sebetulnya bisa mendapatkan gas dari tempat lain. Hanya saja, sejauh ini Blok Corridor menjadi tempat terdekat dan ketersediaan gasnya cukup untuk memenuhi kebutuhan Rokan.
"Rokan bisa beli tempat lain, tapi kan salah satu yang besar dan dekat adalah kita," ungkap Tri.
Ketika ditanya berapa besaran gas yang dialirkan ke Rokan, Tri enggan menjelaskan. Yang jelas, menurutnya gas produksi Corridor juga didistribusikan ke banyak tempat mulai dari Batam, bahkan hingga ke Jawa Barat.
"Gas kita juga kita kirim ke Batam juga, kemudian ke arah Jawa Barat untuk industri keramik, pembangkit listrik, industri latex," kata Tri.
Terakhir, Medco beberapa waktu lalu juga melakukan penandatanganan Perjanjian Jual-Beli Gas (PJBG) dengan PT PGN. Kontrak berjangka waktu 5 tahun diteken kedua belah pihak untuk meneruskan perjanjian sebelumnya yang telah berlangsung selama 20 tahun dan berakhir pada tanggal 30 September 2023.
Dengan adanya kesepakatan baru ini maka PGN akan memperoleh volume sebesar 410 BBTUD sejak jelang akhir Desember 2023 dan selanjutnya volume yang dialirkan akan menyesuaikan kemampuan produksi dari Blok tersebut. Penyaluran gas akan dilakukan ke wilayah Jawa Bagian Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Tengah dan Kepulauan Riau.
Produksi gas di Blok Corridor dilaporkan mencapai sekitar 500 MMSCFD pada 2022. Namun, untuk tahun 2023 Tri belum mau memberikan berapa besarannya. Dia cuma bilang angkanya akan lebih dari target yang dicanangkan pemerintah. Termasuk juga untuk target 2024.
"Kita belum bisa ngomong angkanya di sini, karena kan kita perusahaan terbuka. Intinya untuk 2023 semua akan sesuai target yang disampaikan pemerintah," kata Tri.
Ekspor Gas
Tri juga mengungkapkan pihaknya pun ikut melakukan ekspor gas ke luar negeri. Bukan cuma melakukan pemenuhan kebutuhan di dalam negeri saja.
"Ada juga (gas yang diekspor). Ini bukan karena kita mau ekspor atau tidak, ini karena ada strategi nasional kalau gas bisa diekspor saat kebutuhan dalam negeri terpenuhi," beber Tri.
Tri lagi-lagi tak mau menjelaskan berapa rincinya angka gas yang diekspor dan ke mana saja tujuannya. Namun, dia memaparkan dari skala prioritasnya, pihaknya hanya akan mengekspor gas maksimal 15% saja dari total produksi yang ada.
"Ada (gas yang diekspor tahun 2023). Buat perbandingan aja, angkanya itu 85% untuk domestik dan 12-15% itu diekspor. Jadi nggak terlalu prioritas," pungkas Tri Laksono. (*)