Sosok Ruby Mulyawan yang Kembali ke Blok Rokan, Kini Duduki Kursi Panas Dirut PT Pertamina Hulu Rokan
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kursi panas Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) kini resmi dipegang oleh pejabat baru. Dirut PHR yang sebelumnya Chalid Said Salim telah bergeser menjadi Dirut PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang merupakan Subholding Upstream Pertamina pada Jumat (16/2/2024) lalu.
Chalid hanya menjabat singkat sebagai orang nomor satu di wilayah kerja Rokan. Ia hanya duduk menjabat selama hampir 9 bulan lamanya, sejak dilantik pada Senin (22/5/2023) silam, menggantikan Jaffee Arizon Suardin.
Adapun pengganti Chalid sudah ditunjuk yakni Ruby Mulyawan. Sosok ini sesungguhnya bukan merupakan wajah baru di industri migas Tanah Air, secara khusus di Blok Rokan.
Penelusuran SabangMerauke News, pada 2021 silam, Ruby sebenarnya telah menduduki kursi Executive Vice President (EVP) Upstream Business di PHR. Namun, entah apa sebabnya mendadak ia dimutasi. Kursinya digantikan oleh Feri Sri Wibowo.
Belakangan, Feri Sri Wibowo pun dicopot. Pada Maret 2023 lalu, Feri digantikan oleh Edwil Suzandi. Pencopotan Feri dilakukan menyusul terbitnya Surat Direktur Utama PT Pertamina (Persero) No: Kpts-0606/C00000/2022-S0 tanggal 15 Maret 2022 tentang Penguatan Aspek HSSE di Lingkungan PT Pertamina (Persero).
Santer beredar, pencopotan Feri lantaran maraknya kasus kecelakaan kerja di lingkungan Blok Rokan, sejak PHR mengelola ladang minyak ini pada 9 Agustus 2021 silam menggantikan PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Setidaknya lebih dari 11 pekerja migas di Blok Rokan tewas dalam sejumlah rangkaian kecelakaan kerja. Kasus ini sempat membuat heboh karena demonstrasi berjilid-jilid yang pecah di Pekanbaru menuntut pertanggungjawaban PHR atas hilangnya nyawa pekerja di industri strategis ini.
Selain kasus kecelakaan kerja, gelombang protes kala itu juga ditujukan ke PHR karena dominasi anak cucu cicit Pertamina dan perusahaan BUMN dalam menggarap proyek di lingkungan Blok Rokan.
Ekspansi massif perusahaan pelat merah ke Blok Rokan memicu matinya pelaku usaha migas lokal yang sudah bermain lama sejak era PT Chevron Pacific Indonesia. Didepaknya Feri saat itu lantas diikuti pula dengan pencopotan Direktur Utama PHR, Jaffee Arizon Suardin.
Kembali ke sosok Ruby Mulyawan. Pria ini sudah berpengalaman panjang dalam dunia migas. Ia adalah salah satu senior di PT Chevron Pacific Indonesia (CPI).
Alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini memulai karirnya di CPI. Karirnya terus melejit di perusahaan migas milik negeri Paman Sam tersebut.
Diketahui, Ruby Mulyawan pernah menjabat sebagai General Manager Gas Project Jambaran-Tiung Biru (JTB)-KKKS Pertamina EP Cepu (PEPC). JTB sempat diproyeksikan menjadi salah satu calon penghasil gas terbesar di Indonesia, dengan produksi sales gasnya yang mencapai 192 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Kini, kursi panas Dirut PT PHR resmi telah diduduki oleh Ruby Mulyawan. Banyak harapan agar Ruby mampu segera membenahi ekosistem supply chain bisnis di Blok Rokan. Dominasi sejumlah anak cucu cicit PT Pertamina dan perusahaan plat merah lain dalam proyek di lingkungan Blok Rokan makin dalam terjadi.
Dengan dalih jargon 'Sinergi BUMN' yang dikampanyekan Menteri BUMN Erick Thohir, membuat proyek-proyek di lingkungan Blok Rokan banyak 'dimakan' perusahaan plat merah.
Selain itu, tentunya jaminan keselamatan kerja juga harus menjadi prioritasnya. Kasus kematian pekerja migas di Blok Rokan harus mengingatkan Ruby tentang mahalnya harga nyawa anak bangsa, lebih dari sekedar ratusan ribu barel minyak yang diisap dari perut bumi Riau.
Apalagi, sebagai mantan senior Chevron, Ruby harus mampu mengadopsi nilai-nilai positif perusahaan pada perlindungan tenaga kerja. Agar ibu kandung tidak lebih kejam dibanding ibu tiri. (*)