5 Sorotan Keras Tom Lembong Soal Ekonomi Indonesia Jelang Pilpres
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Nama Thomas Trikasih Lembong atau Tom Lembong menjadi sorotan setelah disebut oleh calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pemilihan Presiden 2024 lalu.
Terbaru, Tom Lembong mengomentari harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan.
Semua masyarakat mengeluh mengenai harga pangan yang melambung, tapi faktanya lebih dari separuh dari hasil pertanian kita dibuang,” kata Tom dalam diskusi Melek APBN X HARSA di kawasan Senayan, Jakarta Jumat (9/2/2024).
Misalnya, hasil panen yang sengaja dibuang lantaran dimakan tikus atau serangga lain. Ia menyebutnya food loss.
"Jadi, investasi dalam pergudangan dan wadah tahan serangga itu akan sangat membantu untuk meningkatkan kuantitas pangan yang tersedia di pasar," kata Tom.
5 Komentar Keras Tom Lembong
1. Mengomentari Luhut
Tom Lembong berkomentar, soal penurunan harga nikel masih belum selesai. Ia menyebut, penurunan harga komoditas ini masih berlanjut. Dia memprediksi hingga tiga tahun ke depan.
“Hati-hati berbicara terlalu dini ya,” kata Tom Lembong.
“Ini kisahnya belum selesai, masih ada beberapa tahun lagi di mana harga nikal akan turun terus melemah,” tegasnya.
Sebelumnya, Luhut menanggapi soal tutupnya perusahaan tambang global. Harga komoditas nikel yang jatuh, penutupan perusahaan itu juga disinyalir karena banjirnya pasokan nikel murah dari Indonesia.
Luhut membantah, bahwa Indonesia menyebabkan harga nikel anjlok. Menurut Luhut, harga komoditas seperti nikel, batu bara dan lain-lain harus dilihat secara kumulatif.
2. Kelas Menengah Tak Berkembang
Tom Lembong mengatakan kelas menengah di Indonesia tak mengalami perkembangan selama 10 tahun.
“Artinya, 10 tahun terakhir ini kelas menengah kita tidak berkembang, minimum paling baik itu stagnan, tidak bertambah, dan ada potensi cukup besar, bahwa kelas menengah kita menciut,” katanya.
Tom Lembong menjelaskan, pandangan itu ditinjau dari data penjualan sepeda motor setiap tahun. Menurut dia, data ini lebih akurat menggambarkan kondisi perekonomian di Indonesia ketimbang data Produk Domestik Bruto (PDB).
3. Menduga Ada Kongkalikong
Tom Lembong menduga ada praktik kongkalikong antara regulator alias pemerintah dengan sektor keuangan.
Sektor keuangan, kata dia, ibarat jantung ekonomi, sedangkan uang juga harus terus beredar dan berputar. Adapun sektor perbankan yang memompa peredaran uang itu. Namun, jantung tersebut tidak berfungsi.
“Kebetulan karena saya bankir, saya tahu banget. Saya tahu bener permainan ini. Saya tahu banget semacam kongkalikong antara regulator dan sektor keuangan,” kata Tom Lembong.
Biasanya, kata dia, oknum menjabat sebagai komisaris di lembaga keuangan setelah pensiun dari regulator. Ia menduga adanya permainan kongkalikong itu lantaran berpengalaman sebagai bankir.
4. UMKM Sulit Mendapat Biaya
Tom menyebut usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) juga sulit mendapat biaya atau kredit dari bank. Oleh sebab itu, kondisi ini perlu dibenahi. Caranya, membuat sektor perbankan dan keuangan lebih banyak saingan.
“Jika ada saingan-saingan baru yang masuk, menawarkan bunga deposito lebih tinggi dan kredit dengan bunga lebih murah, nah itu baru memicu sebuah lingkaran positif. Di mana mereka lebih giat memberikan kredit kepada konsumen, UMKM dan pengusaha muda,” kata Tom Lembong.
5. Sektor Perbankan Dimanjakan
Tom Lembong menyatakan peran sektor perbankan dalam menyalurkan kredit kepada UMKM masih sangat bisa ditingkatkan.
Selama ini, kata dia, pemerintah memanjakan sektor perbankan. Menurut dia, hal ini terutama karena krisis moneter yang terjadi pada sekitar 1997-1998. Kata Tom, bank sengaja dibuat manja demi kestabilan.
“Itu dibikin seperti oligopoli, tujuh bank terbesar hampir menguasai seluruh deposit dan seluruh penerimaan di negara kita,” tutupnya. (*)