Mengenal Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Kalangan Muslim
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Nama Ibnu Sina tidak hanya terkenal di kalangan muslim, melainkan juga namanya dipuja di Eropa. Ia kemudian dikenal sebagai Bapak Kedokteran.
Meski telah lama wafat, buku-buku karya Ibnu Sina masih menjadi pelajaran wajib bagi mahasiswa kedokteran. Ibnu Sina dikenal telaten merawat pasiennya dan dari hal itulah ilmu kedokteran Ibnu Sina terus berkembang.
Saat sedang mendalami ilmu kedokteran, jalan hidup Ibnu Sina penuh dengan halangan dan rintangan. Namun, Ibnu Sina tetap sabar dan terus berdoa kepada Allah SWT sehingga diberi petunjuk dalam pengobatan.
Metode Pengobatan Ibnu Sina
Merangkum buku Ibnu Sina Bapak Kedokteran Dunia oleh Yoli Hemdi, setelah Kutub Khana (perpustakaan kerajaan) terbakar, banyak pengetahuan baru diperoleh Ibnu Sina dari pasiennya. Obat-obatan yang diberikan pun dianggap paling manjur.
Ibnu Sina percaya bahwa penyakit dari Allah SWT dan obatnya juga dari Allah SWT. Setiap mengobati pasien, dia senantiasa berdoa, sebab meskipun dokter telah berusaha mengobati, tetap Allah-lah yang memberi kesembuhan.
Dokter hebat ini menyadari pentingnya obat yang berasal dari alam. Contohnya, ia mengandalkan kunyit dalam pengobatannya. Ibnu Sina meneliti kunyit dan ternyata memiliki banyak manfaat bagi kesembuhan pasiennya.
Selain berkhasiat meredakan rasa nyeri, Ibnu Sina menemukan manfaat kunyit untuk memperlancar metabolisme dan mampu memperbaiki pencernaan. Kunyit pula bermanfaat dalam menetralisir racun. Ibnu Sina pun menganjurkan kunyit untuk mempercantik kulit.
Pada masa itu teknologi kedokteran belum secanggih sekarang, namun Ibnu Sina memahami kasus patah tulang dengan amat rinci. Dia menulis buku jenis patah tulang dan cara perawatannya, kemudian menjadi rujukan kedokteran sampai sekarang.
Hebatnya, dia juga pernah menjelaskan penyakit tumor dan kanker, padahal penyakit ini banyak terjadi pada zaman modern. Namun, Ibnu Sina yang dikaruniai kecerdasan yang luar biasa mampu menerangkannya berabad-abad lampau.
Karya Ibnu Sina
Ibnu Sina menulis ratusan buku sepanjang hayatnya. Bukan hanya buku mengenai ilmu kedokteran, dia juga menulis agama, sastra, astronomi dan lainnya.
Bangsa Eropa menerjemahkan bukunya, al-Qanun fi at-Tibb (Prinsip-Prinsip Kedokteran) menjadi The Canon of Medicine. Bukunya asy-Syifa juga amat berguna bagi kedokteran modern. Buku-buku Ibnu Sina menjadi pelajaran wajib kedokteran dunia.
Kedokteran dunia semakin terpesona dengan karya-karya Ibnu Sina. Pada 1547, bukunya tentang ginjal diterjemahkan ke bahasa Latin. Sebelumnya, buku pengobatan jantung Ibnu Sina sudah diterjemahkan tahun 1482.
Selain buku mengenai ilmu kedokteran, Ibnu Sina menulis buku al-Inshaf yang menjelaskan tentang keadilan sejati. Uniknya, sang dokter ini pandai juga dibidang musik, dan menulis buku al-Musiqa.
Ibnu Sina juga seorang sastrawan luar biasa. Ia menulis buku Hayy ibn Yaqzhan, Risalah Ath- Thair, Risalah fi Sirr Al-Qadar, Risalah fi Al-'Isyq, dan Tahshil as-Sa'adah. Karya-karya satranya mengandung hikmah kebahagiaan.
Saat bertepatan bulan Ramadhan Juni 1037, Ibnu Sina tengah menunaikan tugas mulia yaitu mengajar di sebuah sekolah. Pada waktu yang amat baik itulah ajal menjemputnya. Ia dimakamkan di hamadan, tempatnya dahulu mengemban ilmu pengetahuan.
Ibnu Sina sangat pantas disebut sebagai Bapak Kedokteran Dunia dan digelari Medicorum Principal alias Raja Diraja Dokter. Uniknya, gelar mulia ini diberikan oleh dunia kedokteran Eropa. (*)