Waspada! Modus Kejahatan Siber Baru, Bobol Rekening dari HP Anak
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Orang tua perlu berhati-hati dengan kemajuan teknologi saat ini. Sebab rekening berisiko dibobol lewat HP yang digunakan oleh anak.
Anak-anak jadi sasaran para pelaku kejahatan siber. Mereka akan menggunakan berbagai modus untuk bisa memperdaya para korbannya.
Para pelaku akan menggunakan teknologi yang belakangan tengah populer Artificial Intelligence (AI). Selain itu juga memanfaatkan teknik rekayasa sosial agar anak-anak bisa tertipu.
Selain itu, ada beberapa tren kejahatan yang mungkin terjadi sepanjang tahun 2024. Khusus orang tua, daftar berikut perlu jadi catatan yang penting untuk diwaspadai.
Berikut daftar tren kejahatan 2024 yang berasal dari para ahli di perusahaan keamanan siber Kaspersky, dikutip Senin (29/1/2024):
Waspada Aplikasi AI
Selama setahun terakhir, kepopuleran AI menanjak dengan cepat. Bahkan penelitian PBB mencatat 80% anak muda berinteraksi dengan teknologi tersebut beberapa kali dalam satu hari.
Salah satu yang sempat viral dan banyak digunakan adalah mengubah foto mirip seperti poster produksi Disney Pixar atau anime. Namun ternyata saat mengunggah gambar ke sebuah aplikasi, tidak diketahui cara platform menyimpan dan bertanggung jawab dengan foto tersebut.
Aplikasi seperti chatbot juga rentan menyediakan konten tanpa memperhatikan usia penggunanya. Misalnya chatbot yang dirancang untuk memberikan pengalaman 'erotis', yang bisa berbahaya untuk anak-anak yang menggunakannya.
Hacker Sasar Gamer Muda
Risiko lain datang dari game online. Sebuah statistik online menyatakan 91% anak berusia 3015 tahun bermain game di perangkat apapun.
Para pelaku akan memanfaatkan kepopuleran ini untuk bisa memperdaya korbannya. Misalnya dengan menjanjikan hadiah agar mendapatkan informasi pribadi.
Mereka akan diminta mengklik tautan phising dan mengunduh file berbahaya yang menyamar sebagai mod Minecraft atau Fortnite. Selain itu juga bisa melakukan grooming.
Ancaman Baru di Dunia Fintech
Banyak layanan keuangan yang telah menyediakan khusus untuk anak-anak. Namun ini juga membuat mereka rentan akan pelaku dengan motif financial dan penipuan konvensional.
Pelaku akan menggunakan teknik rekayasa sosial. Caranya dengan menyamar sebagai teman sebaya untuk bisa meminta rincian kartu atau mengirimkan uang ke rekening mereka.
Ancaman Perangkat Smart Home
Perangkat smart home juga menyimpan bahaya. Salah satunya adalah risiko peretasan, para pelaku bisa membobol perangkat yang digunakan untuk mengawasi anak di rumah.
Setelah berhasil meretas, mereka akan meminta anak-anak menyebutkan informasi seperti nama, alamat dan bahkan rincian kartu kredit milik orang tuanya. Ini semua dilakukan saat orang tua sedang tidak di rumah.
Tuntutan Anak Untuk Ruang Online Dihormati
Anak-anak akan kian sadar soal ruang pribadi, privasi, dan data sensitif mereka. Mereka bisa saja tidak menerima diawasi orang tuanya di dunia maya, bahkan memasang aplikasi digital parenting di dalam perangkat.
Orang tua perlu melakukan komunikasi terbaik untuk menjaga keamanan anak-anak secara online. Tapi ini dilakukan tanpa melupakan ruang pribadi milik anak di internet.
Download Aplikasi Berisi Trojan
Ancaman lainnya adalah aplikasi yang berisi Trojan. Laporan Kaspersky menyebutkan lebih dari 190 aplikasi terinfeksi Harly Trojan di Google Play.
Trojan ini akan mendaftarkan pengguna ke layanan berbayar tanpa sepengetahuan para pengguna. Pakar keamanan dan privasi Kaspersky, Andrey Sidenko mengingatkan orang tua untuk terus mengedukasi keamanan di dunia internet pada anak sedini mungkin.
"Sangat penting untuk mengajarkan anak-anak dasar-dasar keamanan siber sejak usia dini bagaimana agar tidak jatuh ke dalam perangkap penjahat dunia maya, ancaman siber apa saja yang dapat terjadi saat bermain game, dan cara melindungi data pribadi dengan benar," kata Andrey.
"Semua ini kini menjadi pengetahuan yang harus dimiliki tidak hanya oleh orang dewasa, tetapi juga bagi pengguna termuda," imbuhnya. (*)