Pendapatan Bunga BNI 2023 Turun, Direksi Ungkap Penyebabnya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Di tengah tren suku bunga tinggi, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memang tetap mampu mencatatkan pertumbuhan laba sepanjang 2023. Namun, tak bisa dipungkiri, efek bunga tinggi menggerus kemampuan BNI meningkatkan pendapatan bunga bersih.
Sepanjang 2023, BNI mencatatkan pendapatan bunga bersih senilai Rp 41,27 triliun atau terkoreksi 0,1% secara tahunan (YoY). Hal tersebut terdampak oleh beban bunga yang membengkak hingga 51,4% YoY menjadi Rp 20,1 triliun.
Jika dilihat secara kuartalan, pendapatan bunga bersih justru terkoreksi lebih dalam hingga 3,8%. Pada kuartal 3/2023, pendapatan bunga bersih BNI senilai Rp 10,53 triliun menjadi Rp 10,14 triliun di kuartal akhir 2023.
Direktur Finance BNI Novita Widya Anggraini menyadari bahwa adanya tren kenaikan suku bunga acuan telah mempengaruhi biaya bunga dana (CoF) yang memang tengah mengalami tren peningkatan. Ia melihat fenomena ini terjadi merata di industri perbankan.
"Namun di tengah kondisi tersebut, CoF dapat dijaga di kisaran 2,2%, secara struktural masih lebih rendah dibandingkan sebelum pandemi di atas 3%," ujar Novita dalam konferensi pers, Jumat (26/1/2024).
Ia bilang di tengah berbagai tantangan eksternal di tahun 2023, terutama terkait dengan peningkatan risiko geopolitik, tingginya inflasi dan suku bunga global khususnya di Amerika Serikat, dan perlambatan ekonomi di Tiongkok.
Novita melanjutkan pihaknya telah mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga kinerja tetap solid dan memberikan return yang optimal bagi para shareholders.
Meskipun demikian, penurunan Net Interest Margin (NIM) milik BNI yang menjadi salah satu rasio profitabilitas BNI tak bisa dihindarkan. Di mana, bank pelat merah ini mencatatkan NIM 4,6% dari tahun sebelumnya 4,8%.
Untungnya, pendapatan non-bunga bisa memberikan dorongan positif pada profitabilitas sepanjang 2023. Pencapaian pendapatan non bunga satu tahun penuh sebesar Rp 21,47 triliun atau tumbuh 6,6% YoY.
Novita bilang capaian tersebut ditopang oleh kebutuhan transaksi dari segmen business banking dan consumer yang dapat dijawab oleh berbagai channel digital. Alhasil, kondisi tersebut dapat memberikan kontribusi pendapatan yang konsisten bagi BNI.
"Alhasil, laba bersih BNI pada tahun buku 2023 tercatat sebesar Rp 20,9 triliun, atau tumbuh 14,2% YoY," ujarnya.
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja mengungkapkan bahwa di tahun 2024 ada sentimen positif untuk menurunkan beban bunga. Di mana, ada potensi penurunan suku bunga pada 2024.
Hanya saja, ia mengingatkan bahwa saat ini posisi likuiditas BNI yang tergolong ketat. Itu tercermin dari rasio LDR BNI yang ada di posisi 85,8%, naik dari posisi akhir 2022 di level 84,2%.
"Ini membuat potensi pertumbuhan kredit pada 2024 akan menjadi lebih terbatas. Di saat, manajemen BBNI sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9%—11% pada 2024," ujarnya dalam risetnya, Jumat (26/1/2024). (*)