DPR Sebut SKK Lemah Penyebab Capaian Target Lifting Minyak Terus Anjlok dan Meleset
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Rencana pemerintah untuk mengejar target produksi minyak siap jual atau lifting pada tahun ini dinilai cukup sulit. Apalagi target produksi minyak 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 mendatang.
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto menyadari capaian lifting minyak dari tahun ke tahun selalu tidak mencapai target yang telah ditetapkan di APBN. Adapun lifting minyak pada 2024 dipatok sebesar 635 ribu bph.
Mulyanto menilai, belum tercapainya lifting minyak pada 2023 tak terlepas dari lemahnya pengawasan yang dilakukan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) selama ini. Karena itu, ia meminta peran kelembagaan SKK Migas dapat diperkuat kembali.
"Power SKK Migas ini lemah dalam berkoordinasi, baik dengan kementerian lain maupun dengan Pemda. Belum lagi bentuk kegagalan operasional di tingkat KKKS," kata Mulyanto, Kamis (4/1/2024).
Menurut Mulyanto dalam kondisi industri migas yang semakin merosot karena tekanan program dekarbonisasi, semestinya target produksi migas ke depan harus benar-benar akurat dan terealisasi dengan baik. Ia pun memprediksi produksi minyak di tahun ini hanya akan tercapai 90% dari target yang telah ditentukan.
"Mungkin sekitar 90 persen dari target," ujarnya.
Di sisi lain, SKK Migas menyampaikan produksi minyak mentah di dalam negeri saat ini kondisinya masih cukup menantang. Hal tersebut menyusul dengan tren penurunan produksi yang masih berlangsung dari tahun ke tahun.
Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan meskipun belum mencapai target 2023, namun ia bersyukur penurunan produksi secara alamiah atau natural decline dapat diperkecil. Terutama dari yang sebelumnya sekitar 6-7% kini menjadi 1,2%.
"Kalau minyak masih challenging tapi alhamdulilah 2023 ini kan decline kita ya cuma 1,2% dari sebelumnya 6-7% artinya membaik," ujar Nanang ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Selasa (2/1/2024).
Nanang pun berharap dengan beroperasinya proyek migas yang dioperatori oleh Medco di lapangan Forel-Bronang pada tahun depan bisa menghasilkan tambahan produksi minyak sebesar 10 ribu barel per hari (BPH). Proyek ini diharapkan dapat onstream pada pertengahan tahun 2024.
"Harapannya nambah 10 ribu kita bisa bertahan di 610-615 ribu BPH, atau bahkan naik lagi memang ada juga peluang dari lapangan Hidayah namun Hidayah paling cepat kemungkinan 2025. Harapannya juga dari kondensat kita nambah ya kalau misal Tangguh Train 3 full capacity itu kondesatnya bisa sampai 3000 bph JTB juga sama 4500 bph itu lumayan," tutup Nanang.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat produksi minyak bumi siap jual atau lifting minyak Indonesia hanya 607 ribu barel per hari (bph) pada 2023. Realisasi tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan sebesar 660 ribu bph.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan tak hanya target lifting minyak yang meleset, tapi juga lifting gas yang hanya 964 ribu barel oil equivalent per day (BOEPD) pada 2023. Angka itu di bawah target sebesar 1,1 juta BOEPD.
"Lifting minyak dan gas semua di bawah asumsi 2023 maupun realisasi 2022. Jadi kalau lihat lifting minyak 607 ribu barel lebih rendah dari asumsi 660 ribu bph dan realisasi 612 ribu bph (sepanjang 2022). Lifting gas 964 ribu BOEPD, lebih rendah dari asumsi 1,1 juta BOEPD," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Gedung Djuanda, Kementerian Keuangan, dikutip Rabu (2/1/2024). (*)