Pesan Natal 2023 dari Paus Fransiskus: Dalam Keagungan-Nya, Ia Memilih Menjadi Kecil!
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Pemimpin Gereja Katolik Sedunia, Paus Fransiskus menyampaikan homili ketika memimpin Misa Malam Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Minggu (24/12/2023) waktu setempat atau Senin (25/12/2023) waktu Indonesia.
Pada kesempatan itu, Paus Fransiskus menekankan "keajaiban Natal" bahwa Tuhan yang tidak terbatas "menjadi terbatas demi kita."
Sebagai konteks, pada perayaan malam Natal, bacaan injil diambil dari Lukas 2:1-14. Bacaan ini berkisah perihal sensus penduduk pada zaman Kaisar Agustus, sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
Dilansir Vaticannews, Paus Fransiskus memulai homilinya dengan menyoroti sensus seluruh bumi. Kisah sensus penduduk itu, katanya, disebut sepintas lalu oleh penginjil.
Namun, kata Paus, hal yang kontras muncul. Ketika kaisar menghitung penduduk dunia, Tuhan datang ke dunia secara sembunyi-sembunyi. Sementara kekuasaan berusaha mengambil tempat di antara masyarakat, Raja sejarah memilih jalan yang kecil.
"Tak satu pun penguasa memperhatikannya. Hanya segelintir gembala, yang terpinggirkan dalam kehidupan sosial," kata pemimpin umat Katolik ini.
Paus lantas menekankan peristiwa inkarnasi. Yesus yang datang, bukan tuhan dengan sejumlah pencapaian, melainkan Tuhan inkarnasi.
Kata Paus, Tuhan yang mahakuasa tidak menghilangkan ketidakadilan dari atas dengan menunjukkan kekuatannya, tetapi dari bawah dengan menunjukkan kasih.
“Dia tidak datang dengan kuasa yang tak terbatas, tetapi turun ke batas-batas sempit hidup kita," kata Paus.
Paus Fransiskus menegaskan, Tuhan sangat ingin merangkul kehidupan kita. Meskipun dia tidak terbatas, dia menjadi terbatas demi kita.
"Dalam keagungan-Nya, dia memilih menjadi kecil, dalam kebenarannya, dia tunduk pada ketidakadilan kita. Ini adalah keajaiban Natal," tegas Paus.
Paus asal Argentina ini kemudian secara khusus menyoroti perang di Tanah Suci atau konflik Israel-Palestina, khususnya Betlehem, kota kelahiran Yesus.
“Malam ini, hati kita ada di Betlehem di mana Pangeran Perdamaian sekali lagi ditolak oleh logika perang yang sia-sia, oleh bentrokan senjata yang menghalanginya untuk menemukan ruang di dunia," katanya. (*)