Sungai Terdalam yang Jadi Saksi Kebesaran Kerajaan Siak Ini Rusak Parah, Jadi Tempat Pembuangan Limbah Sawit
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Sungai Siak di Riau saat ini kualitasnya sangat jauh menurun dari kedalaman 30 meter kini hanya 18 meter, bahkan airnya sudah tidak bisa diminum seperti dahulu.
"Dulu airnya bahkan bisa diminum, kalau dikembalikan seperti dulu sudah tak mungkin. Sekarang kita hanya bisa untuk jangan menambah rusak lagi," kata Japung Perairan Madya Balai Wilayah Sungai III Sumatera, Harlon Sofyan dalm Seminar Sungai Siak, Jumat.
Dia mengatakan penyebabnya karena desakan ekonomi dan industri salah satunya perkebunan kepala sawit. Pupuk kelapa sawit yang semuanya tidak terserap ke tanah, sebagian mengalir ke sungai selain juga menggemburkan tanah.
Selama ini tanah bisa bertahan dengan akar dan tumbuhan beragam. Tapi dengan tumbuhan sejenis tanah tak bertahan lagi dan menjadi gembur sehingga sendimentasi di sungai menjadi tinggi.
Penyebab kedua yakni permukiman masyarakat seperti di Kota Pekanbaru sehingga limbah rumah tangga cukup penyumbang pencemaran. Sekarang diusahakan pengelolaan limbah komunal oleh Kementerian Pekerjaan Umum.
"Kerusakan terjadi mulai hulu sampai ke tengah. Pekanbaru meskipun tak ada kebun sawit dipengaruhi juga oleh pasang sehingga belum limbah yang sampai ke hilir didorong pasang sehingga mengendap," ungkapnya.
Untuk menangani, pihaknya bekerjasama dari hulu ke hilir melibatkan pihak yang menerbitkan izin kehutanan dan perkebunan.
Selain itu dengan Festival sungai Siak diharapkan harus masyarakat bisa peduli sungai.
"Jadi tak boleh tebang pohon dekat sungai. Dengan wisata dan kegiatan seni dapat dipahami sungai itu penting, apalagi Siak didukung situs sejarah dan wisata," ucapnya.
Pembicara lain dalam seminar itu, Anggota Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi Riau, Thomas Irham menyebutkan Sungai Siak jadi saksi bisa perjalanan Kerajaan Siak. Setiap aliran sungai menceritakan peran, peristiwa dan kejadian kerajaan Siak
“Diawali dari Muara Sungai Siak Raja Kecik mendirikan tapak kerajaan di Buantan, perang di Pulau Guntung juga di muara Sungai Siak antara Tengku Buwang Asmara dan VOC. Di hulu kerajaan dibangun di Siak dan Mempura hingga Pekanbaru," ujarnya.
Selanjutnya Siak sebagai jalur perdagangan kapal membawa komoditi ke Singapura dengan Pekanbaru jadi basis perdagangan. Namun tetap kontrol dari Siak dengan meletakkan syahbandar di muara dan bendahara di pedalaman seperti di Tapung dan Petapahan.
"Jalur perdagangan dari Tapung Kiri, Tapung Kanan dan anak sungai di sekitar dengan Pekanbaru simpul dagang besar. Kapal Kayo mengantarkan Sultan ke Batavia menyusuri Sungai Siak sampai Sultan Syarif Kasim II juga diantarkan peti jenazahnya dari Pekanbaru juga melalui Sungai Siak. Dari dulu sampai sekarang sungai Siak berperan penting," kata dia. (*)