Bikin Resah! Pengungsi Rohingya Tiba di Pekanbaru, Tidur di Pinggir Jalan Protokol hingga Minta Makan ke Warga
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Pengungsi Rohingya menjadi salah satu isu viral di media sosial, baik Instagram, Twitter dan TikTok. Banyak warganet memprotes keberadaan pengungsi ini di Indonesia.
Saat ini, sejumlah warga negara asing yang diduga merupakan pengungsi Rohingya, terlihat berkeliaran di jalanan Kota Pekanbaru, Kamis (14/12/2023).
Para pengungsi itu tiba menggunakan mobil dan diturunkan di wilayah Marpoyan Damai. Akan tetapi sejak pagi tadi belasan pengungsi ini sudah terlihat bergerombolan di pusat kota.
Para pengungsi ini berjumlah 13 orang yang terdiri dari 6 pria dewasa, 6 orang perempuan dan 1 balita. Mereka terlihat di Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru tepatnya di depan Kantor Konsulat Malaysia.
Berbekal minum dan makanan seadanya, mereka diduga sedang menunggu tempat tinggal resmi yang hendak ditempati.
Salah satu warga di Jalan Jenderal Sudirman bernama Adi (29) mengaku resah dengan keberadaan para pengungsi itu. Sebab tidak ada yang memantau.
“Jujur, kami tidak nyaman mereka berkeliaran begini tidak ada yang mengawasi. Kondisinya juga lusuh, tadi minta makan pakai bahasa mereka kami tidak paham. Dia minta pakai bahasa isyarat,” lanjutnya seperti dilansir dari jppn.com, Kamis (14/12/2023).
Seperti diketahui, Indonesia bukan negara penandatangan Konvensi PBB tentang Pengungsi tahun 1951, namun memiliki sejarah menerima pengungsi ketika mereka tiba di wilayah Indonesia.
Selama bertahun-tahun, warga Rohingya telah meninggalkan Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha.
Mereka umumnya dianggap sebagai penyelundup asing dari Asia Selatan, ditolak kewarganegaraannya, dan menjadi sasaran pelecehan.
Hampir satu juta warga Rohingya tinggal di kamp-kamp pengungsi di distrik perbatasan Bangladesh, Cox's Bazar, sebagian besar setelah melarikan diri dari tindakan keras yang dipimpin militer di Myanmar pada tahun 2017.
Dan sejak awal Desember 2023 lalu, ratusan pengungsi Rohingya kembali berlabuh di Indonesia dengan menggunakan kapal tua. (*)