Banjir Tak Kunjung Tuntas, Pengamat Pertanyakan Penegakan Aturan Pendirian Bangunan dan Kinerja Pemko Pekanbaru
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Hujan yang mengguyur wilayah Pekanbaru sepanjang November hingga akhir tahun ini telah menyebabkan sejumlah ruas jalan dan pemukiman kerap dilanda banjir.
Hal ini menimbulkan keresahan di tengah masyarakat Pekanbaru. Apalagi, luapan banjir kerap masuk ke rumah warga hingga mencapai ketinggian setengah meter.
Menanggapi banjir yang kerap terjadi di Pekanbaru, pengamat lingkungan Masnur Putra Halilintar mengatakan, jika dilihat dari perspektif lingkungan hidup, persoalan banjir yang kerap terjadi di Kota Pekanbaru mengindikasikan tata kelola kota yang tidak optimal. Akibatnya, hak dasar masyarakat tidak terpenuhi.
“Penghidupan yang layak tentu menjadi hak masyarakat Pekanbaru, termasuk terhindar dari banjir. Kalau kita melihat dari sudut pandang perspektif lingkungan hidup, tentu banjir mengindikasikan ada tata kelola yang belum optimal dan beres," kata Masnur, Rabu (13/12/2023).
Dosen Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning (Unilak) ini menilai, jika ditilik dari sisi geografis harusnya Kota Pekanbaru tidak mungkin banjir karena terdapat Sungai Siak sebagai buangan air.
Masnur pun membandingkan kondisi Pekanbaru pada era tahun 65-an ketika ia masih kecil. Saat itu, peristiwa banjir seperti saat ini tidak pernah terjadi.
"Karena saya adalah penduduk di daerah Tangkerang, dari tahun 65-an tempat kami main mandi-mandi di Sungai Safa Marwa itu di Simpang Flyover Hotel Grand Tjokro. Dulunya tidak pernah terjadi, kenapa hari ini ada banjir di jalan raya?,” lanjutnya.
Menurut Masnur, genangan air dan banjir terjadi akibat luapan drainase yang selama ini tersumbat sedimen lumpur dan juga sampah yang menghambat aliran air di dalamnya.
“Tentu jawaban sederhananya pasti ada aliran air yang tersumbat atau aliran air yang sudah tidak lancar bisa jadi penyebabnya sampah. Tapi bisa jadi penyebabnya juga bangunan atau gedung-gedung karena terjadi alih fungsi lahan. Ini adalah realitanya kalau kita berbicara banjir dari aspek teknis," ujarnya.
Selain permasalahan tata kelola sampah di Kota Pekanbaru yang amburadul, ia menilai banjir juga berhubungan dengan bangunan atau perubahan fungsi lahan.
"Sederhana saja, kita lihat apakah Amdal itu benar-benar sesuai dengan kaidahnya. Kalau Amdalnya beres, tentu persoalan banjir tidak terjadi, tapi realitanya itu terjadi," tegas Masnur kembali.
Ia menyontohkan daerah di sekitar tempat tinggalnya dimana sebelumnya banjir tidak pernah terjadi.
"Namun ketika bangunan yang berdiri tak sesuai dengan UKL-PKL, banjir sampai masuk ke rumah-rumah warga," tegas Masnur. (KB-09/Malik)