Banjir Bandang Samosir Telan Korban Jiwa, GMKI Desak Pemerintah Tutup PT Toba Pulp Lestari
SABANGMERAUKE NEWS, Sumatera Utara - Peristiwa banjir bandang yang terjadi di Samosir, Sumatera Utara, pada (13/11/2023) mendapatkan perhatian dari berbagai pihak. Salah satunya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) yang menyatakan keprihatinan atas peristiwa ini.
Banjir bandang tersebut telah menyebabkan satu orang meninggal dunia, empat orang hilang, dan kerusakan rumah dan infrastruktur, serta kerugian materiil yang tidak sedikit.
“Banjir bandang di Samosir merupakan peristiwa yang tidak terlepas dari faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam yang menjadi penyebab banjir bandang adalah curah hujan yang tinggi. Namun, faktor manusia juga turut berkontribusi terhadap terjadinya banjir bandang, yaitu penggundulan hutan dan pengelolaan lahan yang tidak berkelanjutan,” ujar Ranto Pasaribu, Ketua Bidang Aksi dan Pelayanan Pengurus Pusat GMKI.
Ranto menjelaskan, penggundulan hutan merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan banjir bandang di Samosir. Hal ini karena pohon-pohon berperan penting dalam menyerap air hujan dan mencegah erosi. Penggundulan hutan telah menyebabkan berkurangnya daya serap air hujan oleh tanah, sehingga air hujan yang turun langsung mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir bandang.
GMKI mendesak pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi permasalahan banjir bandang di Samosir. Langkah-langkah tersebut harus berfokus pada pemulihan pascabencana, pencegahan terjadinya banjir bandang di masa depan, dan penegakan hukum terhadap pelaku perusakan lingkungan.
“Pemerintah harus segera memberikan bantuan kepada para korban banjir bandang. Selain itu, pemerintah juga harus segera melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi infrastruktur yang rusak. Pemerintah juga harus segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah terjadinya banjir bandang di masa depan,” kata Ranto.
GMKI menyoroti andil PT Toba Pulp Lestari (TPL) dalam terjadinya banjir bandang di Samosir. Diketahui, TPL telah melakukan penebangan hutan secara besar-besaran di sepanjang hutan lindung Tele sampai wilayah Humbang Hasundutan dan menggantinya dengan menanam eukaliptus di hutan tersebut. Penebangan hutan terus-menerus telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan berkurangnya daya dukung lahan.
PP GMKI mendesak PT Toba Pulp Lestari (TPL) untuk menghentikan segala aktivitas eksploitasi hutan di sekitaran danau Toba.
“Pemerintah pusat harus segera menghentikan aktivitas dan menutup TPL. GMKI akan mengkonsolidasikan seluruh cabang GMKI di Sumatera Utara untuk menyuarakan tuntutan penutupan PT Toba Pulp Lestari,” tegas Ranto.
GMKI menegaskan bahwa peristiwa banjir bandang di Samosir harus menjadi pelajaran bagi kita semua.
"Kita harus menjaga lingkungan dan mengelola lahan secara berkelanjutan untuk mencegah terjadinya bencana alam di masa depan," kata Ranto. (*)