Bukan Pasangan, Tapi Inilah Penyebab Stres Terbesar Kaum Hawa
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Stres bisa terjadi pada siapa saja. Apalagi, di tengah tuntutan hidup dan rutinitas yang begitu-begitu saja, kondisi ini tentu semakin banyak menyerang terutama pada masyarakat perkotaan.
Berita buruknya, wanita ternyata disebut memiliki risiko stres lebih tinggi dibandingkan pria. Hal ini lantaran wanita punya hubungan yang rumit dengan uang.
Hal ini mungkin berawal dari perasaan terhadap keuangan mereka. Meskipun laki-laki paling sering mengatakan bahwa mereka “memberikan harapan” pada perkara keuangan, bagi wanita keuangan bisa menyebabkan stres menurut survei Fidelity Investments pada tahun 223.
“Sumber stres nomor satu bagi wanita adalah uang,” kata CEO Ellevest, sebuah platform investasi online untuk wanita, Sallie Krawcheck, Senin (4/12/2023).
“Perempuan menghabiskan waktu seminggu lebih (setiap) tahun untuk mengkhawatirkan uang,” katanya.
Ada beberapa alasan mengapa permasalahan keuangan perempuan menjadi lebih parah.
Krawcheck mengatakan, tujuan utama perempuan adalah untuk menopang kekayaan yang mereka miliki, sementara prioritas kedua adalah mengurus keluarga. Sebaliknya, prioritas utama laki-laki adalah menabung untuk masa pensiun.
Perencana Keuangan Bersertifikat dan Direktur Layanan Perempuan dan Kekayaan di ACM Wealth, Cary Carbonaro mengatakan ada faktor-faktor lain yang menghambat perempuan secara finansial.
Apa yang disebut dengan “good daughter penalty” membuat perhatian terhadap seluruh keluarga seringkali menjadi tanggung jawabnya. Ketika tiba waktunya untuk pensiun, perempuan seringkali memiliki uang lebih sedikit dibandingkan laki-laki. Namun, memiliki harapan hidup lebih panjang dan biaya perawatan kesehatan lebih tinggi.
Cobalah cara ini supaya terbebas dari rasa stres karena memikirkan keuangan bagi perempuan.
Perempuan bisa saja mengubah emosinya untuk memajukan finansialnya. Survei Ellevest baru-baru ini menemukan bahwa 86% wanita mengatakan investasi membuat mereka merasa kuat.
Namun, mereka tidak mengambil peran proaktif dalam kehidupan finansialnya untuk menghadapi risiko yang lebih besar.
“Saya bekerja dengan sebagian besar perempuan, dan ketika mereka menemui saya, hal itu biasanya terjadi karena mereka berada dalam keadaan kritis seperti kematian, perceraian, atau kecacatan,” kata Carbonaro. (*)