Jenderal Bintang 4 Eks Menteri Jokowi Mengaku Dicopot Gara-gara Tolak Bubarkan FPI, Begini Penuturannya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Mantan Menteri Agama Jenderal (Purn) Fachrul Razi mengaku memiliki perbedaan yang tajam soal pembubaran Front Pembela Islam (FPI). Ia mengaku tak setuju FPI dibubarkan dan cenderung memilih untuk dilakukan pembinaan.
Beda sikap pembubaran FPI itu yang diduga membuatnya terdepak dari anggota kabinet. Ia hanya menjabat selama 14 bulan sebagai Menteri Agama (Menag).
Fachrul mengakui ada perbedaan yang mencolok antara dirinya dengan presiden dan wakil presiden terkait masalah FPI. Ia bahkan dua kali dipanggil Presiden Jokowi dan sekali dipanggil Wapres Maruf Amin untuk secara khusus membahas hal itu.
"Saya tidak bergaul dengan Front Pembela Islam, ketemu Pak Habib Rizieq pun tak pernah kecuali sekali, pada saat menikahkan anak saya datang, saya diundang, saya datang, dan bertemu beliau pun di antara ratusan undangan," kata Fachrul Razi dikutip dalam podcast Eddy Wijaya 'EdShareOn', Minggu (3/11/2023)
Mantan Kasum ABRI itu berpendapat untuk membubarkan sebuah organisasi besar, apalagi ormas Islam, tidak mudah butuh kajian komprehensif. Lagipula menurutnya, tidak ada ancaman serius yang perlu ditakuti.
"Sehingga saya selalu katakan ke Pak Presiden dan Pak Wapres. Saya dipanggil Bapak Presiden dua kali terkait ini, Pak Wapres sekali. Saya bersikap bahwa 'Pak ndak perlu dibubarkan cukup dibina dan ndak masalah bukan ancaman menurut saya'," ujarnya.
Sebelum di-reshuffle, pada Senin (16/11/2020), Jokowi menggelar rapat kabinet terbatas. Berdasarkan undangan, agenda rapat kabinet tersebut pembubaran FPI.
Fachrul Razi, salah satu yang diundang. Sebelum berangkat ke Istana, mantan Kepala Staf Umum (KASUM) ABRI 1998-1999 itu sempat memperlihatkan undangan kepada istrinya.
"Sebelum berangkat saya bilang ke istri saya. 'Mam, ini ada sidang kabinet terbatas topiknya hebat banget. Pembubaran FPI. Ada saran nggak Mam?' kata saya ke istri saya," tutur Fachrul Razi.
"Istri saya bilang, 'Pah, kalau Papa tetap bertahan tidak membubarkan FPI, tapi hanya membelanya atau membinanya, papa pasti 100 persen di-reshuffle. Tapi menurut saya, itu pilihan terbaik. Kalau nggak, Papa malu sama umat Islam. Malu sama orang Aceh. Orang organisasi Islam besar dibina saja cukup, kenapa harus dibubarkan," sambungnya.
Tak sampai di situ, istrinya melanjutkan, keluarga bangga Fachrul Razi jadi Menteri Agama. Tapi, jauh lebih bangga suaminya itu jadi jenderal bintang empat yang merupakan jenderal penuh.
Alasannya, untuk menjadi menteri, orang-orang yang dekat presiden berpeluang diangkat. Namun, untuk menjadi jenderal, berkarier 32 tahun di TNI, tidak semua orang bisa mencapai level itu.
Itu sebabnya, langkah Fachrul Razi menuju Istana saat itu menjadi lebih ringan. Dia sudah siap dengan segala konsekuensinya. Termasuk diganti dari Menteri Agama walau baru menjabat setahun lebih sedikit.
Dalam rapat kabinet itu, hadir sejumlah menteri dan kepala badan. Ternyata semua bulat berpendapat FPI harus dibubarkan.
Fachrul Razi bertahan sendirian. Dia mengemukakan sejumlah alasan menolak membubarkan FPI. Dia menganggap FPI tidak berbahaya. Tidak perlu dibubarkan, cukup dibina.
Mantan Gubernur Akademi Militer itu juga menepis anggapan FPI radikal. Kalaupun ada, dia mengaku tidak sulit melakukan pembinaan.
"Seminggu kemudian saya direshuffle tapi kita sudah tahu itu, ya kita ketawa-ketawa aja. Kemudian tiga hari lagi FPI dibubarkan. Dan saya senang pada saat FPI dibubarkan pada saat saya tidak jadi Menteri Agama lagi," tegasnya.
Selepas lengser jadi Menag, Ia mengaku sempat ditawari Presiden Jokowi untuk diangkat menjadi duta besar, namun mantan wakil panglima TNI 1999-2000 menolak. (*)