Waduh! Ganjar Terang-terangan Sebut Pemerintah Koruptif, Lupa Masyarakat Usai Terpilih Pemilu
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Korupsi sebagai momok yang terus menghantui Indonesia hingga saat ini belum dapat diberantas secara masif dan tuntas padahal angka kerugiannya triliunan rupiah.
Pemberantasan korupsi menjadi salah satu fokus bagi ketiga pasangan calon (paslon) calon presiden (capres) dan cawapres 2024, salah satunya Ganjar Pranowo.
Capres nomor urut tiga ini mulanya terang-terangan mengatakan pemerintah sekarang koruptif. Hal itu disampaikan ketika berkunjung ke Kantor Dewan Pers, Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (30/11/2023) untuk berdialog dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Ganjar mengungkap dirinya mengadakan riset kecil kepada masyarakat ketika menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Ia khawatir praktik koruptif di internal pemerintah menjadi budaya dan dianggap wajar.
"Saya takut, wajar biasa, menjadi biasa, kemudian distempeli budaya. Loh kan bahaya ini. Bahaya ini. Budayawan protes, kita juga protes," kata Ganjar. "Nah pada saat itulah Bapak Ibu, apakah menurut Anda pemerintah ini koruptif? Jawabannya, iya," lanjut dia.
Ia kemudian menemukan dua masalah pemerintah. Itu didapat dari riset pribadi yang dilakukan kepada masyarakat Jateng. Pertama, kata Ganjar, pejabat lupa pada masyarakat usai terpilih di Pemilu.
Menurut dia, kondisi itu sudah menjadi penyakit umum. Bahkan, lanjut Ganjar, pemerintah juga mendadak sulit ditemui, sedangkan masyarakat terus menagih janji-janji mereka.
Masalah kedua, Ganjar menyinggung birokrasi rumit apabila tidak disertai uang. Ia mencontohkan ada seorang yang sulit menjadi PNS karena tidak memiliki orang dalam.
"Mau urus apa, amplopnya ada enggak. Maka adagium kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah itu menjadi kewajaran," ujar politikus PDI-P ini.
Tak sampai di situ, Ganjar bercerita ketika ia didatangi seseorang dan ditawari uang setelah memperingatkan agar tak ada lagi setoran.
Namun, Ganjar tak menjelaskan setoran yang dimaksud. Ia hanya menyampaikan menolak tawaran uang itu.
“Karena saya dikira berchandya. Diantarkan lah saya. 'Bapak, Anda saya kasih dua pilihan. Yang paling simpel minta maaf. Yang kedua, kasihkan duit ini kepada yang berhak," tutur Ganjar.
Seperti diketahui, Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat pada akhir 2022, Corruption Perception Index (CPI) Indonesia terjun bebas dari skor 38 menjadi 34 atau peringkat 110 dari 180 negara. Peringkat tersebut jauh di bawah negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Di awal era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), CPI Indonesia berada di angka 34 tepatnya pada 2014 dan pernah mencapai titik tertingginya yakni pada 2019 dengan skor 40.
Namun dengan penurunan yang drastis khususnya pada 2022, menyebabkan skor CPI Indonesia kembali ke posisi yang sama atau balik ke titik nol.
Berdasarkan catatan ICW 2022, terdapat 612 orang tersangka kasus korupsi dengan total potensi kerugian keuangan negara mencapai Rp33,6 triliun. (*)