Orang Tua Mahasiswa Unri Resah Praktik Pelonco Masih Terjadi, Kirim Pesan Tuntutan ke Rektor, Ini Isinya
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Perwakilan orang tua/wali mahasiswa Universitas Riau (UNRI) mengirimkan aduan berbentuk tulisan kepada rektor perihal kasus perpeloncoan berkelanjutan yang diduga kuat masih terjadi.
Di dalam pesan berantai tersebut, perwakilan dari orang tua/wali mahasiswa baru (Maba) merasa kecewa dan geram terhadap tingkah laku senioritas di Unrim
Setidaknya ada 18 alasan mengapa para orang tua/wali melayangkan tuntutan. Mereka juga menyayangkan sikap dosen yang tidak tahu menahu soal kasus perpeloncoan ini.
Para orang tua/wali berharap Rektor UNRI Prof Sri Indarti agar segera menyelesaikan permasalah senioritas dan alur pengkaderan mahasiswa ini.
Kabar terbaru, pada 19 November 2023 lalu, seluruh pimpinan Dekanat Fakultas telah dikumpulkan untuk membahas perihal masalah ini.
Berikut 18 perbuatan senioritas kepada mahasiswa baru dan adik tingkat yang diduga terjadi di Universitas Riau:
1. Kating (Kakak Tingkat) selalu menyuruh turun (squat jumps dan push up) setiap pertemuan kader yg mengakibatkan MABA kesehatannya drop, demam, persendian kram dan sakit. Pernah disuruh merentangkan tangan dalam waktu yang sangat lama. Sampai maba gemetar dan ada yang pingsan dilarikan ke IGD. Ini terjadi berulang kali, hal ini dilakukan Angkatan 2021.
2. Saat kader berkomunikasi tidak sopan, membentak, marah-marah tanpa sebab dan yang menyakitkan hati, maba tidak salah tapi dicari-cari kesalahannya.
3. Kegiatan kader ini biasanya berlangsung di gedung mangkrak Fakultas Hukum, gedung gasing dan di taman buah.
4. Maba disuruh mencari tanda tangan kating setiap hari nya dan diberikan target, jika tidak sesuai target buku tersebut dikoyak dan dibakar. Padahal untuk mendapatkan 1 tanda tangan kakak tingkat sangatlah susah. Bayangkan betapa hancurnya hati maba.
Kating sangat sulit dicari dengan kondisi mana juga kuliah, praktek dan buat tugas. Jika bertemupun dengan kating di pelonco semena-mena dalam waktu yang lama dan harus mengikuti kemauan kating dengan beragam karakter manusia.
Hanya sedikit kating yang baik. Setelah kenalan, tidak lama ngobrol tanda tangan dikasih dan tidak dipelonco. Kebanyakan kating zalim, maba harus mengemis dalam berkomunikasi, harus ngobrol berjam-jam sampai maba kesulitan sholat ashar dan maghrib karena jika ditinggal sholat, langsung tidak bisa dapat tanda tangan lagi padahal sudah ngobrol berjam-jam.
Parahnya kating banyak yang tidak sholat. Ini mahasiswa apa buk? mahasiswa tidak ada aqidah, meninggalkan sholat hanya kaderisasi. Ajaran yang sangat buruk untuk maba.
5. Saat proses meminta tanda tangan, para maba sering sekali dipersulit seperti harus mengobrol berjam jam, dan setelah berjam-jam tanda tangan pun tidak dikasih. Beberala buku tanda tangan maba dikoyak, dicoret bahkan dibakar karena jumlah tanda tangan yang tidak sesuai target.
Logika saja, tidak mungkin maba bisa mendapatkan tanda tangan kating dalam waktu seminggu hingga dua minggu sebanyak 20-40 kating perangkatan.
Jika buku dibakar, maba harus buat baru lagi, mengemis tanda tangan kating. Dan maba pulang selalu sudah malam. Sampai kostan/rumah sudah capek dan tekanan mental harus lanjut buat tugas makalah atau laporan praktek tulis tangan.
6. Proses mencari tanda tangan ini sangat membuang waktu sehingga proses belajar mengajar tidak efektif lagi, sering kali para maba pulang malam hanya untuk mencari tanda tangan. Terkadang kegiatan ini mengganggu jam masuk kelas karena para maba takut meminta izin untuk memutuskan obrolan.
7. Saat kaderisasi, maba selalu dibentak/dihardik dan diancam atas hal sepele. Ancamannya seperti tidak pulang, merobek membakar buku tanda tangan, dikucilkan kakak dan abang di kampus dll.
8. Maba laki-laki sering kali dikumpulkan oleh abang-abangnya pada waktu malam dan tidak dibolehkan pulang sampai tengah malam dikarenakan hal sepele seperti tidak potong rambut, tidak datang menonton futsal dan hal sepele lainnya.
9. Kating sering sekali menyuruh maba untuk menggeser waktu pembelajaran hanya agar dapat “berkumpul” dengan angkatan mereka, dalam kegiatan “berkumpul” ini biasanya maba disuruh turun dan dievaluasi “kesalahannya” yang dimana kesalahan-kesalahan ini sebenarnya suatu hal yang tidak penting, bahkan sering sekali maba sebenarnya tidak melakukan masalah hanya saja, mereka sengaja mencari cari masalah maba agar bisa menganiaya maba.
10. Kating selalu bilang maba tidak sopan kepada kating padahal maba selalu menyapa sambil menunduk ketika melihat kating tersebut.
11. Maba disuruh untuk membuat ecobrick sebagai hukuman namun ketika ecobrick itu dikumpulkan banyak sekali revisi yang kating berikan sehingga maba disuruh buat ulang 2 kali lipat, dimana membuat ecobrick ini sangat menyita waktu sedangkan laporan praktikum dan tugas-tugas dari dosen sangat banyak.
Ecobrick tidak boleh dibeli, jika dibeli dihukum dengan menambah jumlah untuk dikumpulkan. Sehingga maba harus mencari-cari sampah plastik dan dimasukkan ke botol aqua yg menyita waktu.
Karena maba takut dihukum lagi, akibatnya tugas dari dosen dan laporan praktek tidak bisa dikerjakan/tidak selesai. Jika tidak selesai tugas, kating yang asisten dosen mengancam nilai.
Kok bisa ya buk, mahasiswa UNRI se-zalim ini, sedangkan Ibuk sekalu Rektor tidak tahu. Wakil Rektor bagian kemahasiswaan juga tidak mengontrol proses kegiatan mahasiswa. Dekan dan wakil dekan bagian kemahasiswaan tidak mengajarkan moral yang baik pada mahasiswa-mahasiswa UNRI? Beberapa dari kami orangtua/wali/saudara juga banyak yang sarjana buk, tp kami belum pernah menemukan kejadian seperti ini saat kami kuliah dulu.
12. Salah satu asisten dosen mengancam nilai para maba jika tidak datang “berkumpul” bersama angkatannya dan para maba tidak diizinkan sakit saat mata kuliah tersebut.
13. Para maba tidak dapat bergerak bebas di kampus karena para kating selalu melihat dan mengomentari apa pun yang maba lakukan.
14. Para maba tidak boleh melakukan salah sama sekali, jika 1 orang maba melakukan kesalah menurut kating, maka semua maba disiksa (Push up, squat jump dan merentangkan tangan dalam waktu yang lama). Sungguh sudah tidak manusiawi dan zalim, melebihi sekolah polisi kuliah di UNRI.
15. Kating selalu bilang bahwa maba itu selalu salah, sehingga maba tidak melakukan kesalahan pun tetap dihukum.
16. Terdapat satu alur kader yaitu PMB, pada pelaksanaan PMB ini terjadi perpeloncoan terhadap maba. Para maba melakukan hiking di hutan dibelakang FH mangkrak dan saat hiking ini lah perpeloncoan terjadi di dalam hutan.
Dari awal perjalanan maba disuruh menyanyikan yel yel tanpa henti, jika berhenti sebentar saja maka akan diteriaki dan dimarahi oleh koordinator lapangan (Korlap). Saat didalam hutan ini maba juga disuruh jalan jongkok, merangkak, melata, disiram saat berbicara bahkan banyak sekali maba yang menangis karena sangat tertekan, ada juga yang sampai pingsan dan sesak napas. Pada saat hal ini berlangsung para kating hanya tertawa melihat penderitaan kami.
17. Segala kegiatan kaderisasi dan senioritas ini sangat merugikan pendidikan dan pencapaian mahasiswa, banyak sekali maba yang akhirnya tidak bisa aktif mengikuti kegiatan bermanfaat diluar akibat kaderisasi (peloncoan).
18. Kating mengancam maba supaya tidak melaporkan peloncoan ini ke orang tua. Maba disuruh berbohong ke orang tua jika di suruh datang ke kampus untuk Kaderisasi. (KB-09)