Ritual Laut Tengah Malam Berujung Kematian 11 Orang Digulung Ombak, Apa Aliran Kelompok Tunggal Jati Nusantara?
SabangMerauke News, Jember - Kelompok Tunggal Jati Nusantara melakukan ritual yang berujung maut di Pantai Payangan Jember, Jawa Timur, Minggu (13/2/2021). Sebanyak 11 orang tewas terseret ombak dalam ritual tersebut.
Kades Dukuh Mencek Nanda Setiawan mengatakan, kelompok tunggal jati nusantara berada di Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi, Jember.
Pemimpin kelompok selamat
Kelompok ini dipimpin oleh Hasan. Dia selamat dalam peristiwa kecelakaan di pantai selatan itu.
“Kalau saya katakan padepokan, itu bukan padepokan,” kata Nanda pada Kompas.com via telpon Senin (14/2/2022). Sebab, menurut Nanda, tempat yang digunakan berkegiatan yakni di ruang tamu rumah Hasan.
Pada malam Jumat, kelompok tersebut menggelar kegiatan di rumah Hasan.
Kegiatan yang dilakukan bukan hal yang aneh, yakni membaca Al Qur'an, dzikir hingga selawat.
“Itu dilakukan sekitar dua bulan sekali,” ujar dia.
Pihak desa mulanya tak curiga
Pihak desa tidak curiga dengan kegiatan tersebut karena kegiatan dirasa cukup positif.
Bahkan, kegiatan itu sudah berlangsung sekitar dua tahun, yakni sejak pandemi Covid-19 melanda.
“Awalnya seperti itu, tapi kok lama-lama ada seperti ini, itu saya kurang tahu,” tambah dia.
Dia mengatakan Hasan sendiri bukan kiai atau ustaz. Pendiri tunggal jati nusantara itu sempat merantau ke Malaysia.
Lalu pada tahun 2014 dia kembali ke Desa Dukuh Mencek.
“Cukup lama dia di Malaysia, sekitar 2014 datang,” tutur dia.
Ketika kembali itu, pekerjaan Hasan cukup beragam, seperti menjadi MC. Bahkan sekarang juga sering berjualan online.
“Kerjanya kadang-kadang MC dangdut, sementara ini jual online, kayak tisu,” terang dia.
Didatangi warga dengan berbagai keluhan
Nanda mengaku, para anggota kelompok tunggal jati nusantara itu ada yang datang untuk berobat, punya masalah ekonomi, maupun masalah keluarga.
“Kayaknya orang yang datang ke sana itu yang susah, mungkin sakit atau kesulitan ekonomi dan masalah keluarga,” papar dia.
Dia menilai warga yang datang untuk ikut kegiatan itu berasal dari luar desa.
Kemungkinan mereka melakukan ritual guna menyelesaikan masalah yang dialami.
Dia mengaku baru mendengar bila ada kegiatan ritual di Pantai Payangan.
Namun setelah ditelusuri, ternyata sudah beberapa kali menggelar ritual ke pantai, tapi anggotanya tidak sebanyak sekarang.
“Orangnya tidak sebanyak sekarang,” ucap dia.
Nanda juga tidak mengetahui betul arti nama Tunggal Sejati Nusantara itu.
Nama itu tercetak seperti tulisan kaligrafi di rumah Hasan. “Rumah yang dipakai itu ruang tamu biasa, tidak ada padepokan atau aulanya,” tutur dia.
Sebelumnya diberitakan sebanyak 23 orang terseret ombak di Pantai Payangan, di Dusun Watu Ulo, Desa Sumberejo Kecamatan Ambulu sekitar pukul 00.25 WIB.
Mereka berangkat dari titik berkumpul di Desa Dukuhmencek Kecamatan Sukorambi menuju Pantai Payangan pada Sabtu malam pukul 23.00 WIB.
Para warga tersebut berasal dari Kecamatan Panti, Patrang, Sukorambi, Sumbersari, Ajung dan Jenggawah.
Tiba disana, petugas pantai sudah mengingatkan agar tidak ke laut karena ombak besar. Namun mereka tetap menggelar ritual hingga akhirnya terseret ombak. (*)