Serangan Kutu Busuk di Singapura Meningkat, RI Ikut Waspada!
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kutu busuk yang semula sempat membuat geger warga Prancis imbas peningkatan kasus yang signifikan, kini dikhawatirkan warga Singapura. Negara tersebut ikut mencatat kasus serangan kutu busuk dalam beberapa waktu terakhir.
Salah satu perusahaan pengendalian serangan hama di Singapura, Aardwolf Pestkare, melaporkan kasus kutu busuk di negara itu meningkat sekitar 40 persen. Bahkan, manajer penjualan Aardwolf Pierce Chan memperkirakan kasusnya meningkat sebesar 20-30 persen di kuartal pertama 2024.
Hal senada juga disampaikan perusahaan lain, Pestbusters, pihaknya mencatat ada peningkatan kasus kutu busuk sebesar 10-15 persen selama enam bulan terakhir. Joachim Lee selaku ahli entomologi di perusahaan tersebut menduga bahwa kasusnya meningkat saat musim liburan.
"Jumlahnya terus meningkat dan saya menduga jumlahnya mungkin masih sedikit meningkat, karena musim liburan sudah dekat," jelas Lee yang dikutip dari Channel News Asia, Kamis (16/11/2023).
Namun, Lee mengingatkan ada hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kutu busuk. Terutama di lingkungan anak-anak, orang dengan kulit sensitif, dan lansia tidak disarankan menggunakan pembasmi dengan bahan kimia.
"Untuk mereka yang memiliki anggota keluarga lansia, anak kecil atau bayi atau orang dengan imunodefisiensi atau kulit sensitif di lingkungannya, kami secara tidak akan menggunakan bahan kimia untuk membasmi kutu busuk," kata Lee.
"Itu dapat menimbulkan dampak buruk di kemudian hari. Jadi, kami akan memberikan pembasmian dengan metode panas," sambungnya.
Apa Itu Kutu Busuk?
Kutu busuk merupakan serangga parasit, di Indonesia dikenal dengan nama 'tumbila' atau 'bangsat'. Serangga ini hidup dengan cara meminum darah manusia dan hewan berdarah panas lainnya.
Hama dengan nama lain Cimex lectularius ini berbentuk pipih, berwarna coklat kemerahan, tidak bersayap, dan dapat hidup beberapa bulan tanpa makan darah. Dikutip dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), kutu busuk tidak menyebarkan penyakit, keberadaannya 'hanya' dapat menyebabkan gatal yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, termasuk saat tidur.
Ahli parasitologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK UGM) Prof Tri Baskoro Tunggul Satoto, MSc, PhD, menjelaskan penyebaran kasus kutu busuk cenderung bersifat sporadis atau tidak merata.
Ia menjelaskan lokasi yang berisiko memiliki kasus kutu busuk adalah tempat tinggal dengan kebersihan kurang baik. Selain itu, hama ini juga bisa menetap di wilayah yang padat, seperti asrama dan hotel.
Meski begitu, Prof Tri menyebut kutu busuk tidak berbahaya pada kesehatan manusia. Namun, itu akan mengganggu dan meninggalkan bekas pada kulit.
"Gigitannya sangat mengganggu karena dapat menimbulkan reaksi alergi berupa ruam kemerahan pada kulit. Hingga saat ini, belum ada laporan bahwa kutu busuk dapat menularkan penyakit tertentu," jelas Prof Tri.
Prof Tri mengatakan kutu busuk dapat masuk dengan mudah ke dalam rumah melalui tas, koper, pakaian, atau barang lainnya yang berasal dari luar. Nantinya, itu bisa hidup di celah-celah perabotan di dalam rumah, sprei kasur, tirai jendela, karpet, atau permukaan lainnya.
Untuk mengetahui keberadaan kutu busuk, bisa dengan melihat adanya telur, kotoran, kutu busuk dewasa, dan gigitannya.
"Kutu busuk ini juga tinggal di area tempat tinggal (rumah), karena kebutuhannya untuk mengkonsumsi darah," kata Prof Tri.
"Namun, untuk mengatasi kutu busuk ini adalah upaya yang sangat menantang," tuturnya.
Wanti-wanti Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI juga menyorot kasus serangan kutu busuk di Singapura yang meningkat dari biasanya. Pihaknya memastikan akan memperketat pengawasan di pintu masuk, terutama pemantauan di sejumlah wilayah negara tersebut.
"Pasti kami selalu melakukan kewaspadaan dini terutama daerah-daerah yang dekat di Singapura, kami perkuat surveilans seperti di Kepulauan Riau," beber Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Maxi Rein Rondonuwu,Kamis (16/11).
dr Maxi juga mengimbau masyarakat agar selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Terutama bagi mereka yang baru saja melakukan perjalanan ke Singapura.
Ia menyarankan untuk melakukan desinfeksi barang-barang yang dibawa. Sebab, mungkin saja itu menjadi tempat bersarangnya kutu busuk.
"Harapan kami kalau kembali dari Singapura, PHBS ditingkatkan sebaiknya mandi pakai sabun sampai kepala, barang-barang bawaan dibersihkan, termasuk koper-koper baju sebisa mungkin di-desinfeksi," tuturnya. (*)