Edy Natar Klaim akan Canangkan Gerakan Produksi Padi Daerah, Di Mana Lahannya?
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Riau, Edy Natar Nasution mengapungkan wacana upaya meningkatkan produksi padi di Provinsi Riau. Edy Natar mencanangkan Gerakan Daerah dalam rangka penyediaan pangan melalui program ekstra.
Hal ini disampaikannya di Kantor Gubernur Riau, Rabu (8/11/2023), setelah kembali dari Jakarta menghadap Menteri Dalam Negeri beberapa hari yang lalu.
“Karena ini merupakan gerakan daerah, maka kita meluncurkan program ekstra yang langsung kita mulai dari sekarang, dengan target sasaran dengan harapan mulai menampakkan hasil berupa peningkatan produksi padi pada tahun 2024 dan juga berkelanjutan pada tahun-tahun berikutnya,” tegasnya.
Dalam situasi saat ini, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, produksi beras di Riau sekitar 213 ribu ton, yang hanya mencukupi sekitar 25 persen dari kebutuhan beras sendiri.
Namun, target di akhir periode RPJMD tahun 2024 adalah mencapai 50 persen dari kebutuhan sendiri.
Meski menjadi tantangan besar, Edy Natar Nasution menyatakan, langkah-langkah cepat harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
"Dengan sisa waktu ini, memang sulit bagi kita mencapai target sasaran sebesar itu, namun demikian, justru kita harus bertindak cepat dengan melaksanakan program ekstra, terutama dalam bentuk gerakan daerah secara bersama-sama," sebutnya.
Dalam upaya ini, Edy Natar Nasution mengidentifikasi keterbatasan infrastruktur pertanian sebagai akar permasalahan. Salah satu kendala utama adalah kurangnya sistem irigasi yang memadai.
“Setelah kami cermati di lapangan dengan Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura, permasalahan dan kendala utama kita adalah keterbatasan infrastruktur pertanian, yaitu fungsi sistem irigasi yang belum memadai. Ketersediaan air merupakan faktor terpenting bagi para petani untuk menjaga produksi terutama melalui skenario teknis peningkatan Indeks Pertanaman (IP) Padi. Kita harus mampu menanam minimal dua kali setahun, sehingga ketersediaan air adalah kuncinya, sementara, saat ini fungsi jaringan irigasi di Provinsi Riau masih belum optimal, bahkan hanya tiga puluh persen yang berfungsi dengan baik dan mungkin malah di bawah itu,” katanya.
Menurut Edy Natar Nasution, ia akan memfokuskan penanganan permasalahan tersebut bersama-sama dengan kabupaten/ kota di Provinsi Riau terutama yang merupakan sentra atau klaster produksi padi.
“Riau memiliki luas baku sawah sekitar 62 ribu hektar dengan puluhan klaster atau sentra. Paling luas sawah kita ada di Kabupaten Indragiri Hilir, kemudian Rokan Hilir, Pelalawan, Siak dan diikuti kabupaten/ kota lainnya. Petani akan menanam padi jika air tersedia sepanjang tahun. Maka, kita harus melakukan terobosan," tegasnya.
"Karakteristik sawah di Provinsi Riau memang agak berbeda dengan provinsi lain. Banyak yang tersebar dengan berbagai luasan tertentu. Maka penanganan irigasinya tentu juga spesifik dan berbeda jika dibandingkan dengan kawasan dalam bentuk hamparan sentra yang luas," tuturnya.
"Kita akan menggarap dan menerapkan pembangunan sumber air tanah dalam melalui irigasi perpompaan dan juga irigasi permukaan di berbagai klaster padi termasuk sistem irigasi perpipaan di beberapa tempat, tergantung kebutuhan pada sawah tersebut," bebernya.
Edy Natar juga telah menginstruksikan Sekdaprov Riau dan unit-unit terkait untuk mempersiapkan langkah-langkah pengembangan model irigasi ini dan mengalokasikan anggaran yang diperlukan mulai tahun 2024.
Selain itu, ia menegaskan bahwa program ekstra ini akan melibatkan kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, TNI-Polri. Korem 031/WB juga akan turut membantu dalam Gerakan Daerah ini.
Selain fokus pada irigasi, Provinsi Riau akan menggarap potensi padi ladang atau padi gogo untuk memperkuat program ini.
“Urusan pangan merupakan urusan yang tidak main-main karena merupakan hajat hidup orang banyak. Kita harus mengurangi ketergantungan pasokan beras dari provinsi lain. Supaya dapat segera mandiri pangan fokus dan bergerak bersama-sama. Kami memprioritaskan pembangunan pertanian guna mencapai target produksi tersebut," tegasnya.
Wacana yang akan dilakukan oleh Edy Natar tersebut tampaknya akan berbenturan dengan tingginya laju alih fungsi lahan persawahan menjadi kebun kelapa sawit. Meski hingga saat ini belum ada data lengkap, namun tiap tahunnya luasan sawah di Riau mengalami degradasi karena masyarakat lebih tertarik bercocok tanam kelapa sawit. (*)