Produksi Minyak Nasional Jeblok Jauh di Bawah Target 2023, Blok Rokan Gak Ngefek?
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengakui tidak mudah untuk mencapai target produksi minyak mentah sebesar 660.000 barel per hari (bph) pada 2023 ini. Pasalnya, produksi minyak mentah terpantau terus menurun.
Ketua Komite investasi Aspermigas Moshe Rizal menilai turunnya produksi migas nasional perlu menjadi perhatian bersama.
Oleh sebab itu, ia pun mendorong Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) selaku regulator di sektor hulu, untuk dapat mempermudah proses-proses yang perlu dilalui Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Khususnya dalam menjalankan aktivitasnya di Indonesia.
“Perlu untuk SKK Migas mengambil kembali perannya sebagai pemegang hak kuasa tambang, yaitu bertanggung jawab dalam pengurusan perizinan dan pembebasan lahan, KKKS sesuai namanya hanyalah kontraktor pemerintah yang bertanggung jawab segala hal-hal teknis dan juga pendanaannya," kata Moshe, Senin (6/11/2023).
Terpisah, Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai peran SKK Migas lebih kepada pengawasan. Terutama terhadap aspek manajemen dan operasional dari wilayah kerja atau lapangan minyak yang ada, serta bagaimana memperlancar jalannya kegiatan operasional hulu migas.
"Jadi ya kembali lagi tergantung kepada lapangan tipe apa yang dikelola. Kalau lapangan mature ya pasti hanya akan bisa sebatas menahan laju penurunan produksi," ujar Pri.
Lebih lanjut, Pri Agung menjelaskan penurunan produksi minyak nasional yang saat ini terus terjadi disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya karena produksi migas RI yang masih mengandalkan lapangan-lapangan berumur tua.
Oleh sebab itu, kenaikan harga minyak mentah di kancah global tidak akan berpengaruh signifikan dalam kenaikan produksi. Hanya saja, kenaikan harga minyak akan membantu dari sisi keekonomian.
“Yang akan membuat produksi naik adalah kalau sudah ada investasi dan produksi dari lapangan-lapangan baru yang skalanya besar seperti sekelas Blok Cepu atau Rokan misalnya. Harus berhasil dulu eksplorasinya atau upaya EOR nya di lapangan besar sekelas itu, baru akan bisa naik produksi," kata Pri.
Produksi minyak nasional hingga kini masih belum menunjukkan tren kenaikan yang positif. Padahal pergantian tahun dari 2023 menuju 2024 semakin dekat.
Mengutip data Kementerian ESDM, rata-rata produksi minyak per 4 November baru mencapai 571.280 barel per hari (bph). Sementara pemerintah memasang target produksi lifting minyak dalam APBN 2023 di level 660 ribu bph.
Pada Agustus lalu, PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengklaim tengah berada di puncak produksi minyak dan gas (migas) di Indonesia. Adapun produksi minyak Blok Rokan disebut berada di level 172.000 barel per hari (bph). Belum diketahui berapa produksi rata-rata PHR per November saat ini.
"Alhamdulillah, hari ini PHR menjadi momen bersejarah bagi PHR di mana bertepatan dengan 2 tahun alih kelola Blok Rokan dan HUT Riau, produksi PHR di Blok Rokan mencapai angka 172.710 bph. Ini merupakan angka tertinggi sejak alih kelola dan juga insya Allah menjadi angka produksi migas tertinggi di Indonesia saat ini," kata Edwil berdasarkan keterangan tertulis kepada media, Rabu (9/8/2023) silam.
EOR Masih Dikaji
PT Pertamina pada Juni lalu menyebut sedang mempersiapkan eksplorasi minyak dan gas bumi (migas) di Wilayah Kerja (WK) Rokan dengan metode Chemical Enhanced Oil Recovery (EOR). Rencananya, Pertamina akan merealisasikan pilot project ini dalam satu tahun hingga dua tahun mendatang.
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebelumnya menargetkan chemical EOR tahap I di Lapangan Minas akan dilakukan pada akhir 2025.
Senior Vice President Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza menjelaskan Chemical EOR di Rokan saat ini sedang dilakukan kajian lebih lanjut.
“Sebagai fungsi laboratorium, riset dan pengembangan kami akan full support,” jelasnya beberapa waktu lalu.
Oki mengungkapkan saat ini pihaknya menyiapkan kimia yang akan diinjeksikan.
“Mudah-mudahan pilot bisa diselesaikan dalam setahun hingga dua tahun ke depan,” tandasnya.
Injeksi kimia EOR dilakukan dengan menambahkan zat-zat kimia ke dalam air injeksi untuk mengerek perolehan minyak sehingga akan menaikkan efisiensi penyapuan dan menurunkan saturasi minyak dalam reservoir.
Melansir Jurnal Energi Baru dan terbarukan 2021 bertajuk “Mengenal Enhanced Oil Recovery (EOR) Sebagai Solusi Meningkatkan Produksi Minyak Indonesia”, EOR menggunakan tiga macam zat kimia yang biasa digunakan dalam injeksi, yaitu: polimer, surfaktan (zat aktif permukaan), dan alkalin (kaustik).
Pelaksanaan chemical EOR tahap I yang akan dilakukan di Lapangan Minas di Blok Rokan menggunakan surfaktan. Senyawa kimia ini akan dialirkan ke dalam sumur minyak untuk melepaskan sisa-sisa minyak yang terperangkap dalam pori-pori batuan di reservoir. Surfaktan diklaim bekerja menurunkan tegangan antar muka antara minyak bumi dengan air sehingga dapat meningkatkan perolehan minyak bumi.
Chemical EOR tahap I di Lapangan Minas rencananya mencakup 37 sumur termasuk sumur produksi, injector, observasi, dan disposal dengan menerapkan konfigurasi sumur berpola 7 spot inverted irregular. (*)