Pensiun Dini 2 PLTU Batu Bara Mulai Tahun Ini, Bagaimana Skema Pembiayaannya?
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengotak-atik pendanaan program transisi energi termasuk untuk memensiunkan dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara di Indonesia.
Pensiun dini PLTU lewat program Just Energy Transition Partnership (JETP) ini bakal dimulai akhir tahun ini.
Kepala Sekretariat JETP Indonesia, Edo Mahendra, mengatakan bahwa JETP akan merealisasikan program Investment Focus Area 2, yaitu pemensiunan dini PLTU pada akhir tahun ini dengan skema Energy Transition Mechanism (ETM).
“(PLTU yang disasar) Antara Cirebon (PLTU Pelabuhan Cirebon-1) atau (PLTU) Pelabuhan Ratu,” ujar Edo, Minggu (5/11/2023).
Kendati demikian, hal ini tidak berarti bahwa PLTU yang disasar akan berhenti beroperasi saat itu juga.
“Bukan ditutup end of this year ya, di-exercise," tegas Edo.
Seperti diketahui sampai saat ini memang pendanaan untuk pemensiunan dini PLTU batu bara kurang menarik di mata investor.
Dengan begitu pemerintah memutar otak untuk bisa mendapatkan pendanaan investor asing mengingat biaya yang perlu dikerahkan untuk mempensiunkan dini PLTU batu bara tidak mudah.
Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan pemerintah membuka kemungkinan opsi pendanaan pensiun dini PLTU batu bara bisa menggunakan dana negara yakni Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Namun juga tentunya, kata Arifin, pihaknya terus membuka peluang bagi investor asing untuk bisa turut kontribusi untuk mendanai pensiun dini PLTU di Indonesia. Contohnya pada pendanaan yang dijanjikan oleh berbagai negara maju seperti Amerika Serikat dalam Just Energy Transition Partnership (JETP).
Kemitraan JETP sendiri merupakan inisiatif pendanaan transisi energi senilai US$ 20 miliar atau sekitar Rp 300 triliun yang disepakati antara Indonesia dan negara-negara maju yang tergabung dalam International Partners Group (IPG).
PLTU Pelabuhan Ratu berkapasitas 969 MW menyalurkan listrik untuk sistem Jawa-Madura-Bali. Pembangkit ini seharusnya dapat beroperasi hingga 2042, namun dengan dipensiunkan dini, umur pembangkit ini dipangkas 5 tahun sehingga hanya beroperasi sampai 2037. Estimasi investasi pemensiunan dini PLTU Pelabuhan Ratu senilai US$ 870 juta.
Sementara itu, PLTU Cirebon-1 berkapasitas 660 MW juga melistriki sistem Jawa-Madura-Bali seharusnya dapat beroperasi sampai 2045.
Namun dengan dipangkas umurnya 8 tahun, pembangkit ini hanya akan beroperasi sampai 2037. Estimasi investasi proyek ini sekitar US$ 300 juta. (*)