2023 Tahun Terpanas, Tingkat Karbon Dioksida Melejit
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Proyeksi mengenai kondisi iklim tahun ini akan dirilis dua bulan lagi. Sayangnya, proyeksi iklim Bumi tampaknya akan sangat suram.
Tahun ini diperkirakan akan menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat, melebihi 1,5°C di atas suhu rata-rata global pada masa pra-industri. Dan tingkat polusi karbon dioksida diperkirakan akan meningkat antara 0,5% hingga 1,5%.
Di tahun lalu saja, emisi meningkat sebesar 0,9%, dengan total 36,8 gigaton karbon dioksida yang dikeluarkan.
Pertumbuhan emisi tidak konsisten di seluruh sektor dan wilayah global, namun kisah-kisah yang paling penuh harapan pun menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengatasi emisi di berbagai bidang masih belum memadai.
"Sangat kecil kemungkinannya terjadi penurunan emisi pada tahun 2023," kata Glen Peters, direktur penelitian di lembaga penelitian iklim CICERO di Norwegia, dikutip dari AFP.
Perjanjian Iklim Paris tahun 2015 menetapkan rencana ketat untuk membatasi peningkatan suhu rata-rata global. Tujuannya adalah untuk menjaga tren di bawah 1,5°C di atas rata-rata pra-industri, atau setidaknya tidak melebihi 2°C. Sejauh ini, para pencemar terburuk tidak berupaya keras untuk mewujudkan hal tersebut.
"Emisi CO₂ fosil global perlu diturunkan >5 persen/tahun. Ini tidak terjadi." Peters melalui Twitter menyampaikan poin penting tersebut. "Setiap tahun emisi yang terus meningkat membuat pencapaian target Paris semakin sulit dan membuat dunia semakin terkena dampak iklim," ujarnya.
Data yang dijadikan dasar prediksi berasal dari Badan Energi Internasional (IEA). Laporan dari organisasi tersebut memberikan dampak positif dan negatif yang beragam pada tahun ini.
Dengan meningkatnya energi terbarukan, bahan bakar fosil mungkin akan mencapai puncaknya pada dekade ini. Itu sangat baik. Namun pemerintah masih belum berbuat banyak untuk mendukung transisi energi ramah lingkungan.
"Pemerintah perlu meningkatkan belanja dan mengambil tindakan kebijakan dengan cepat untuk memenuhi komitmen yang mereka buat di Paris pada tahun 2015, termasuk penyediaan pembiayaan penting oleh negara-negara maju ke negara maju," kata Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol dalam siaran persnya pada tahun 2021.
"Tetapi mereka kemudian harus melangkah lebih jauh dengan memimpin investasi dan penerapan energi ramah lingkungan ke tingkat yang lebih tinggi setelah masa pemulihan untuk membawa dunia menuju jalur emisi nol bersih pada tahun 2050, sebuah hal yang sempit namun masih dapat dicapai, jika kita bertindak sekarang juga," paparnya.
Laporan 'Global Carbon Budget' akan diterbitkan pada Desember. Di bulan yang sama juga, akan ada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP 28) tahun 2023 yang akan berlangsung di Dubai. (*)