Lagi Heboh 'Fake Buyer' Strategi Marketing Online, Begini Cara Kerjanya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - TikTok Shop saat ini memang sudah dilarang oleh pemerintah. Namun cerita di baliknya masih kerap dibahas oleh para pelaku usaha maupun pengamat, tak terkecuali fenomena Fake Buyer.
Tidak sedikit content creator TikTok yang membahas perihal fake buyer. Ditambah dengan postingan para owner produk yang membagikan pengalaman mereka mendapat penghasilan milayaran rupiah hanya dalam sekali live.
Selain itu, jangka waktu live yang tergolong singkat, tetapi berhasil mendapat penghasilan fantastis membuat pertanyaan bagi segelintir warganet. Hal ini karena dianggap tidak wajar dan aneh dengan adanya batasan tertentu.
Pada era digital yang semakin berkembang ini, bisnis online shop tampaknya sudah menjadi tren yang mendominasi pasar e-commerce. Meskipun banyak online shop yang jujur dan berkualitas, tetapi ada beberapa yang memanfaatkan strategi marketing licik, salah satunya adalah fake buyer.
Pelaku fake buyer ini memberikan penawaran tunai pada produk yang mereka tahu tidak dapat dibeli dan kemudian menghilang tanpa jejak dalam banyak kasus.
Diketahui, Fake buyer merupakan istilah dari bahasa gaul yang merujuk kepada praktik palsu di dunia online shop. Bila dikaji secara bahasa, fake buyer berasal dari dua kata, yaitu fake yang berarti 'palsu' dan buyer yang bermakna 'pembeli'. Jadi, secara bahasa istilah fake buyer bermakna pembeli palsu.
Fake buyer bertugas menciptakan kesan bahwa ada banyak pembeli yang puas dengan produk atau layanan suatu perusahaan, padahal sebenarnya ulasan dan testimoni yang diberikan adalah palsu atau dibuat oleh akun palsu.
Tentunya, tujuan dari adanya fake buyer ini untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan suatu perusahaan.
Melihat sisi gelap online shop, salah satu warganet membahas perihal fake buyer di akun twitternya, yaitu @ardianpancaa.
Menurutnya, busuknya jualan di toko daring itu terjadi karena algoritma dari e-commerce memang hanya berkutik pada barang-barang laku untuk tampilan depan atau halaman utama.
"Banyak banget online shop yang gagal sampe barangnya numpuk enggak jelas. Jangan dikira online shop itu laku terus, banyak perihnya. Omset milyaran atau ratusan juta itu ngeluarin duitnya gila-gilaan. Kenapa bikin fake order? Karna emang dipaksa begitu sama algoritmanya," dikutip dari akun twitter @ardianpancaa.
Pelaku usaha atau seller yang menggunakan iklan dan mengabiskan sepuluh juta rupiah pun bila barangnya tidak laku, iklan itu akan tetap turun dan akan kalah dengan yang menggunakan iklan sehari satu juta rupiah atau tidak iklan sama sekali.
Dalam videonya, ia menceritakan tentang penghasilan fantasis yang bisa diperoleh oleh para seller dalam waktu yang singkat hanya melalui live di e-commerce tertentu.
Pada videonya tersebut, ia juga menceritakan pengalaman temannya sebagai fake buyer yang berhasil mendapatkan sekitar satu setengah juta rupiah dalam satu bulan. Berikut rangkuman cara kerja fake buyer dalam dunia bisnis online.
Pertama, fake buyer akan bergabung dalam sebuah grup freelance yang fokus pada aplikasi obrolan. Dalam grup tersebut, setiap fake buyer harus beraksi ketika live di e-commerce tertentu.
Kedua, fake buyer harus melakukan check out pada sepuluh akun berbeda dalam satu hari. Kemudian, mereka akan dibayar dengan jumlah yang lumayan kecil, yaitu sekitar lima ribu rupiah untuk setiap transaksi check out.
Ketiga, barang yang di check out oleh fake buyer tetap dikirim sebagai barang utuh, bukan sampah seperti dugaan terhadap yang sedang viral saat ini. Kemudian, fake buyer wajib memberikan rating dan testimoni yang baik untuk meningkatkan kepercayaan calon konsumen.
Keempat, pembayaran untuk para fake buyer ini dilakukan dengan sistem COD (Cash on Delivery). Seller dan ekspedisi akan berkolaborasi untuk mengirimkan produk kepada fake buyer. (*)