Saham Emiten Pesawat Merana, Produsen Migas dan Senjata Malah Bergembira Buntut Perang Israel-Hamas
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Harga-harga minyak di pasar dunia terus merangkak naik pasca-meletusnya perang Hamas-Israel. Sementara itu, pada saat bersamaan saham emiten pesawat dan sektor penerbangan malah terpantau merana.
Kekhawatiran bahwa perang Israel-Hamas akan meluas di Timur Tengah yang pada akhirnya berpotensi membatasi pasokan minyak, membuat harga energi naik.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan global untuk minyak, telah naik 4,2%. West Texas Intermediate naik 4,3% menjadi $86,38 per barel.
Sementara itu, saham kontraktor pertahanan juga melonjak seiring dengan eskalasi baru krisis di Timur Tengah.
Saham produsen senjata untuk angkatan udara, Lockheed Martin naik 8,9% dan anak usahanya, Northrop Grumman naik 11%. Perusahaan pertahanan Eropa, termasuk BAE Systems dari Inggris dan Dassault Aviation Prancis, juga ikut menguat signifikan.
Selain itu, investor juga mulai gencar meraup aset-aset safe haven dalam rangka melakukan lindung nilai. Emas, yang sering dicari oleh investor selama masa konflik geopolitik, tercatat mengalami kenaikan 1,1%.
Kemarin (9/10), indeks saham utama AS mengawali perdagangan di zona merah namun akhirnya mampu balik menguat pada pjelang penutupan atau bertepatan dengan waaktu militer Israel merebut kembali beberapa kota dari kendali Hamas.
S&P 500 berakhir menguat 0,6%, sedangkan Nasdaq Composite yang padat teknologi naik 0,4% dan indeks blue chip Dow Jones Industrial Average terapresiasi 0,6%.
"Upaya diplomasi global untuk mengatasi konflik sejauh ini berhasil," kata Quincy Krosby, kepala strategi global LPL Financial kepada Wall Street Journal, dikutip Selasa (10/10/2023).
Ia mengatakan upaya tersebut telah membantu mendukung perubahan pasar.
Krosby menjabat sebagai diplomat AS sebelum bergabung dengan Wall Street, termasuk sebagai atase energi di Kedutaan Besar AS di London. Dia mengatakan eskalasi ini diredam oleh para pejabat Iran yang menyangkal bahwa mereka membantu Hamas merencanakan invasi.
Adapun dampak perang terhadap Wall Street paling signifikan dirasakan oleh saham-saham perusahaan pertahanan, perusahaan energi, dan maskapai penerbangan, namun pasar saham yang lebih luas tetap tidak terkena dampaknya.
Saham-saham energi mendapat keuntungan dari kenaikan harga minyak, dengan sektor energi S&P 500 menguat 3,5% dalam hari terbaiknya sejak April. Saham Chevron dan Exxon Mobil masing-masing bertambah lebih dari 2,5%. Marathon Oil dan Occidental Petroleum keduanya naik lebih dari 4,5%.
Sementara itu, saham perusahaan penerbangan anjlok karena pembatalan penerbangan ke Israel. Di antaranya, American Airlines, Delta Air Lines, dan United Airlines semuanya tergelincir lebih dari 4%. Kemudian ETF Global Jets AS turun 2,6%. (*)