Kondisi Udara di Provinsi Riau Makin Membaik, DLHK Himbau Masyarakat Tidak Panik
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Kondisi udara di Kota Pekanbaru dan wilayah Riau lainnya terus membaik pada Selasa (3/9/2023). Bahkan, pada pukul 12 siang tadi, kondisi udara sudah berada dalam level sangat baik, di mana angka konsentrasi Partikulet Matter (PM2.5) menunjukkan level 0 hingga 15 µm (mikrometer), berdasarkan data BMKG yang dipantau SabangMerauke News lewat situs bmkg.go.id.
Kondisi udara yang terus membaik itu diperkuat dari hasil pengukuran dilakukan pada alat di area Pertamina Hulu Rokan (PHR). Di mana pada pukul 15.00 sore tadi, indikator konsentrasi PM2.5, PM.10 dan Pollutant Standart Index (PSI) sudah membaik.
Secara lebih rinci, hasil pantauan berdasarkan alat di PHR menunjukkan kualitas udara di Kota Pekanbaru di level sedang, Kabupaten Kampar level baik, Minas level sedang, Libo level sedang, Duri Field level baik, serta Dumai dan Bangko, Rokan Hilir di level baik.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau, Mamun Murod menghimbau masyarakat agar tidak panik dalam merespon kabar tentang kualitas udara saat ini. Ia menjelaskan, berdasarkan alat pendeteksi kualitas udara (ISPU), kondisi udara di Pekanbaru sudah terus membaik.
Ia mengakui terjadi sedikit dinamika kondisi udara yang naik turun dari level baik dan sedang. Namun, secara keseluruhan berdasarkan pengukuran yang representatif dan mutahir, kualitas udara di Pekanbaru dan Riau secara umum dalam level baik dan sedang.
"Kami menghimbau agar warga tidak panik. Karena sistem pemantauan udara kita dapat bekerja efektif untuk mendeteksi perkembangan kondisi udara secara realtime," jelas Mamun Murod, Selasa sore.
Ia menerangkan, munculnya angka pada dua alat ISPU yang menunjukkan kondisi udara tidak sehat, disebabkan penempatan alat yang tidak representatif karena berada langsung di dekat aktivitas sumber asap dan pekerjaan konstruksi. Sehingga, diyakini hasil pengukurannya tidak reliable dan tidak menunjukkan kondisi sesungguhnya.
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan Kementerian LHK selaku pemberi alat untuk melakukan relokasi penempatan alat pengukur kualitas udara tersebut ke tempat yang representatif.
Sebaliknya, penempatan alat pemantau kualitas udara yang dimiliki PHR lebih representatif menjadi acuan pengukuran kualitas udara di wilayah Riau karena dipasang di tempat yang lebih terbuka dan jauh dari aktivitas publik yang menghasilkan polutan.
Mamun Murod menegaskan, tim DLHK Riau terus melakukan pemantauan kualitas udara di Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Menurutnya, paparan asap kebakaran hutan dan lahan ke Riau diperparah oleh kiriman asap dari Sumatera Selatan dan provinsi tetangga lain yang kondisinya saat masih cukup parah.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pukul 16.00 sore tadi, jumlah titik panas (hotspot) di Riau hanya 21 titik. Jumlah itu menempatkan Riau di rangking terakhir kedua paling sedikit jumlah hotspot setelah Bengkulu dengan 12 titik panas.
Provinsi yang paling parah yakni Sumatera Selatan 843 titik panas, Sumatera Barat 173 hotspot dan Lampung sebanyak 102 hotspot.
Murod menjelaskan, kebijakan Pemko Pekanbaru yang melakukan pembatasan aktivitas di luar ruangan adalah sebagai upaya antisipasi. Namun, secara umum kondisi udara di Pekanbaru sudah terus membaik.
"Tentu saja kita terus melakukan langkah-langkah mencegah kebakaran hutan lahan melalui tim terpadu. Karena memang faktor cuaca saat ini sedang kurang baik," kata Murod. (*)