Kondisi Udara Pekanbaru Tak Kunjung Membaik, Pagi Ini Masih di Level Tak Sehat
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Ancaman terhadap kesehatan masyarakat Kota Pekanbaru akibat udara tak sehat masih terus menghantui. Hingga Senin (2/10/2023) pagi ini, kondisi udara di Kota Pekanbaru masih dalam level tidak sehat.
Berdasarkan pengukuran BMKG yang dipantau SabangMerauke News, pagi ini konsentrasi Partikulet Matter (PM2.5) berada di angka 70,7 µm (mikrometer). Memang terjadi penurunan angka konsentrasi PM dibanding malam kemarin yang tercatat sebesar 105,4 µm. Meski demikian, kondisi udara masih tetap berada di level tidak sehat (kuning).
Sebelumnya diwartakan, kondisi udara Kota Pekanbaru hingga Minggu (1/10/2023) malam ini berada dalam kategori tidak sehat. Hal ini diduga kuat karena terjadinya pencemaran udara akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Sumatera, termasuk Provinsi Riau.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada pukul 19.00 malam ini, konsentrasi Partikulet Matter (PM2.5) berada di angka 105,4 µm (mikrometer). Namun, pada pukul 20.00, konsentrasi partikulet menurun di angka 72,20.
Sementara itu, pada pukul 16.00 sore kemarin, jumlah titik panas (hotspot) di wilayah Riau terjadi peningkatan menjadi 14 titik. Padahal, sebelumnya pagi tadi, di Riau hanya terdapat sebanyak 7 hotspot.
Penyebaran 14 titik panas tersebut berada di Bengkalis 1 titik, Kuantan Singingi 1 titik, Rokan Hilir 8 titik, Rokan Hulu 3 titik serta Siak 1 titik.
Sementara itu, jarak pandang pada malam hari ini di wilayah Kota Pekanbaru mencapai 5 kilometer (smoke).
Secara kumulatif, total titik panas di Pulau Sumatera mencapai 574 hotspot. Tersebar di Bengkulu 1 titik, Jambi 15 titik, Lampung 54 titik, Sumatera Selatan 459 titik dan Bangka Belitung sebanyak 31 titik.
PM2.5 adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari atau sama dengan 2.5 µm.
Pengukuran konsentrasi PM2.5 menggunakan metode penyinaran sinar Beta (Beta Attenuation Monitoring) dengan satuan mikrogram per meter kubik (µm/m3). (*)