Fenomena Supermoon Akan Muncul Minggu Ini, Catat Tanggalnya
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Langit belahan bumi utara disorot. Pasalnya, bulan purnama yang dikenal sebagai Harvest Moon akan menjadi pusat perhatian di langit malam minggu ini. Saking indah dan terangnya, sehingga mendapat label supermoon.
Ini adalah kesempatan untuk mengagumi kemegahannya saat terbit di sore hari, mencapai 100% penuh di akhir pekan ini. Keselarasan langit ini menawarkan peluang ideal untuk membersihkan debu dari teleskop dan menikmati pengamatan bintang.
Kapan Supermoon Muncul?
Pada hari Kamis (28/09/2023), belahan bumi utara akan menghadapi pemandangan langit yang dikenal sebagai "Harvest Moon".
Meskipun secara teknis bulan mencapai fase purnama pada hari berikutnya, namun pada malam inilah bulan menghiasi ufuk timur tepat setelah matahari terbenam, sehingga menawarkan kesempatan pengamatan terbaik.
Berwarna Oranye
Bulan purnama ini dijuluki sebagai "supermoon" karena bertepatan dengan titik terdekat bulan dengan Bumi, yang dikenal sebagai perigee, dalam orbitnya yang berbentuk elips. Untuk menyaksikan "Harvest Supermoon" yang muncul di ufuk timur, bersiaplah untuk pemandangan yang mungkin memikat para pengamat bintang dengan rona oranyenya.
Warna berbeda ini disebabkan oleh hamburan Rayleigh, sebuah fenomena di mana cahaya dibelokkan oleh molekul nitrogen dan oksigen di atmosfer bumi.
Meskipun cahaya biru dan hijau dengan panjang gelombang lebih pendek tersebar, cahaya merah dan oranye dengan panjang gelombang lebih panjang cenderung lebih mudah melewati atmosfer dan mencapai mata.
Fisika mendasar yang menghasilkan tampilan bulan yang memukau ini mirip dengan apa yang terjadi saat bulan terbenam, terbit, dan terbenam, di mana interaksi cahaya dan atmosfer bumi menciptakan tontonan visual yang menakjubkan seperti dilansie dari Science Times, Selasa (26/9/2023).
Mengapa Bulan Tampak Lebih Besar?
Istilah "Supermoon" bukanlah klasifikasi astronomi resmi tetapi diciptakan oleh astrolog Richard Nolle pada tahun 1979. Nolle mendefinisikannya sebagai Bulan Baru atau Bulan Purnama yang terjadi ketika Bulan berada pada atau mendekati titik terdekatnya dengan Bumi dalam orbitnya, dengan jarak 90°. % titik batas yang masih belum jelas asal usulnya.
Tidak ada kriteria yang disepakati secara universal mengenai apa yang memenuhi syarat sebagai Supermoon atau Micro Moon, sehingga menyebabkan definisi yang berbeda antar sumber. Secara sederhana didefinisikan sebagai Bulan Purnama atau Bulan Baru ketika pusat Bulan berjarak kurang dari 360.000 kilometer (kira-kira 223.694 mil) dari pusat Bumi.
Sebaliknya, Micromoon terjadi ketika pusat Bulan berada lebih jauh dari 405.000 kilometer (sekitar 251.655 mil) dari pusat Bumi. Bulan Purnama Super tampak 12,5% hingga 14,1% lebih besar dari Bulan Purnama Mikro dan 5,9% hingga 6,9% lebih besar dari rata-rata Bulan Purnama dalam tahun 1550-2650.
Secara teknis, ia disebut sebagai "perigee-syzygy" dalam sistem Bumi-Bulan-Matahari, dengan "syzygy" yang menunjukkan konfigurasi garis lurus dari tiga benda langit.
Ketika Bulan sejajar dengan simpul bulannya selama syzygy, hal ini dapat menyebabkan gerhana matahari atau bulan total. Supermoon tampak sekitar 16% lebih terang dibandingkan rata-rata Bulan Purnama karena kedekatannya dengan Bumi. (*)