Waduh! Survei Ini Ungkap Ganjar Pranowo Makin Lemah di Provinsi 'Kandang Banteng', Ini Penyebabnya
SABANGMERAUKE NEWS - Elektabilitas bakal calon presiden jagoan PDI Perjuangan Ganjar Pranowo dilaporkan cenderung menurun menurut survei yang dirilis Indo Riset. Ironisnya, di provinsi yang selama ini merupakan 'kandang banteng' yakni Jawa Tengah, tren penurunan elektabilitas Ganjar pun terjadi.
"Suara Ganjar turun di basis politiknya seperti di Jawa Tengah dan Bali," kata peneliti Indo Riset, Roki Arbi di kawasan Melawai, Jakarta Selatan, Senin (25/9/2023).
Indo Riset mencatat elektabilitas Ganjar di Jawa Tengah dan DIY turun dari 70,0 persen pada Agustus 2023 menjadi 65,6 persen pada September 2023.
Penurunan juga terjadi di Jawa Timur, dari 46,1 persen menjadi 43,9 persen. Kemudian, elektabilitas Ganjar di Bali dan Nusa Tenggara turun dari 51,7 persen menjadi 48,9 persen.
Kendati demikian, elektabilitas Ganjar mengalami kenaikan di Jakarta-Banten, Jawa Barat, dan Maluku-Papua.
Elektabilitas Ganjar di Jakarta dan Banten naik dari 16,0 persen menjadi 21,0 persen. Sementara di Jawa Barat naik dari 18,1 persen menjadi 22,3 persen dan naik dari 27,5 persen menjadi 37,5 persen di Maluku dan Papua.
"Stagnasi suara Ganjar dapat dianalisis dari kesulitan PDIP mencari cawapres," ucap Roki.
Hasil survei Indo Riset menyatakan elektabilitas Ganjar mengalami stagnasi dari 34,3 persen pada Agustus 2023 menjadi 34,4 persen pada September 2023.
Sementara Anies Baswedan mengalami kenaikan dari 22 persen menjadi 25,2 persen dan Prabowo Subianto turun dari 38,3 persen menjadi 34,8 persen.
Indo Riset melibatkan 1.200 orang responden dalam survei yang digelar 11-18 September 2023. Indo Riset menyampaikan survei ini memiliki margin of error survei +/-2,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sementara, survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 3-9 Agustus 2023 mengungkap Ganjar menduduki posisi puncak dengan elektabilitas 37 persen.
Prabowo berada di posisi kedua dengan 35,3 persen. Sementara itu, Anies menjadi kandidat satu-satunya yang mengalami penurunan elektabilitas dari 28,2 persen menjadi 22,2 persen. (*)