Produktivitas Sawit Timpang, Dirjen Perkebunan Kementan Ngomong Begini di Riau
SABANGMERAUKE NEWS, Jakarta - Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Andi Nur Alamsyah, mengatakan bahwa produktivitas sawit nasional masih rendah, yakni dikisaran 3-4 ton per hektare. Apabila tidak dilakukan terobosan, maka masa depan industri kelapa sawit Indonesia akan terancam.
“Produktivitas sawit nasional baru mencapai 3-4 ton per hektar setara CPO. Jika tidak ada terobosan dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit maka masa depan industri kelapa sawit Indonesia akan terancam.” kata Andi Nur Alamsyah saat menyampaikan sambutannya dalam acara kick off tanam perdana percepatan PSR jalur kemitraan binaan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, Selasa (19/9/2023).
Menurutnya, meskipun Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar di dunia, namun industri ini masih memiliki produktivitas yang cukup rendah.
Saat ini, petani kelapa sawit Indonesia yang menguasai 42 persen komposisi pelaku industri kelapa sawit nasional, memiliki ketimpangan produktivitas yang sangat tajam dibandingkan dengan perusahaan kelapa sawit.
Oleh karena itu, program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) terutama jalur kemitraan menjadi salah satu kunci agar industri yang menopang perekonomian Indonesia ini dapat memberikan kontribusi yang maksimum bagi kesejahteraan bangsa.
Andi menjelaskan, Lahirnya Peraturan Presiden Republik Indonesia atau Perpres nomor tiga tahun 2022 yang mengakomodir PSR melalui jalur kemitraan di samping jalur dinas merupakan bukti langkah serius pemerintah dalam upaya meningkatkan produktivitas sawit nasional.
"Saya berharap, perusahaan-perusahaan kelapa sawit ini bisa memberikan transfer teknologi, pengetahuan budidaya, akses pasar dan pemetaan kepada para petani binaannya," ujar Andi.
Dana PSR Rp 8,8 Triliun
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Eddy Abdurrachman mengatakan, bahwa program PSR yang telah bergulir sejak tahun 2016 telah memberikan peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit petani, namun belum berjalan dengan optimal.
Untuk itu terlibatnya peran perusahaan sebagai bapak asuh diharapkan dapat menyukseskan target PSR yakni 500 ribu hektar per tiga tahun atau sekitar 1800 hektar per tahun.
Tercatat sejak 2016 hingga Agustus tahun ini, BPDPKS telah menyalurkan dana PSR sebesar Rp 8,8 triliun dan tahun ini telah melakukan PSR lebih dari 1700 ribu hektar yang terdiri dari tujuh proposal PSR kemitraan.
“Saat ini ada 17 proposal PSR kemitraan yang sedang kami kaji dan dengan capaian implementasi PSR hingga kuartal III ini, maka kami yakin dapat memenuhi target 500 ribu hektare," kata Eddy.
Komitmen GAPKI
Sepakat dengan pemerintah, Ketua Umum GAPKI Eddy Martono menyatakan pentingnya tata kelola berkelanjutan serta program PSR oleh petani.
Menurut Eddy Martono, peningkatan produksi kelapa sawit nasional sangatlah urgent mengingat dalam lama tahun terakhir produksi sawit nasional mengalami stagnansi sedangkan permintaan atau konsumsi terus meningkat.
“Kami sangat serius dengan program PSR jalur kemitraan ini, seluruh anggota GAPKI berkomitmen untuk menjalankan program. Program ini selain untuk meremajakan tanaman petani yang sudah tua, juga membantu para petani untuk dapat melakukan tata kelola perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sehingga sebagai hasil akhirnya adalah peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit ya.” pungkas Eddy. (*)