Polemik Penambangan Emas Ilegal di Kuansing Tak Kunjung Usai, Kenapa Ya?
SABANGMERAUKE NEWS, Riau - Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kabupaten Kuantan Singingi sampai kini masih terjadi. DPRD Riau sebut eksistensi penambang ilegal itu dibekingi oknum aparat.
Anggota DPRD Riau daerah pemilihan (Dapil) Inhu-Kuansing Sugeng Pranoto mengatakan, mendapat laporan dari masyarakat bahwa aktivitas PETI diduga dilindungi oknum aparat penegak hukum (APH).
"Kita memperoleh laporan dari masyarakat kalau aktivitas PETI itu dibekingi. Jadi mereka itu kan kerja secara berkelompok, dan kata masyarakat alat itu yang punya adalah oknum aparat," kata Sugeng, Senin (18/9/2023).
Kata Sugeng, jika memang betul aktivitas PETI itu dibekingi oknum APH, maka penegakkan hukum dalam memberantas aktivitas PETI akan lemah. Ia tidak menampik beberapa aktivitas dihentikan aparat dan alat-alat disita.
"Jadi mereka itu kerja, yang punya alatnya aparat. Nanti kalau ada penangkapan, yang nangkap aparat, setelah alatnya disita yang membebaskan aparat pula, jadi kan tak ada kekuatan hukum," kata Sugeng.
Ia meminta Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau untuk membentuk tim khusus guna menyelidiki informasi yang beredar dan melakukan penindakan terhadap oknum yang melakukan penyimpangan tersebut. Sebab, aktivitas PETI ini sangat merusak lingkungan.
"Kita minta Pemprov untuk membentuk Timsus. Kalau memang terbukti akan hal itu, panggil pimpinan yang bersangkutan, lakukan penindakan sesuai hukum yang berlaku," kata dia.
Sebelumnya, Anggota DPRD Riau daerah pemilihan (Dapil) Inhu - Kuansing Mardianto Manan mengatakan, pemberantasan PETI ini hanya slogan saja. Tapi, faktanya sampai sekarang masih ada aktivitas dan juga sudah banyak memakan korban.
"Pemberantasan PETI ini hanya jadi ungkapan saja. Di polsek-polsek di Kuansing tu tertulis baliho yang menyatakan mereka komit memberantas, tapi fakta di lapangan PETI ini masih banyak menggurita. Artinya ini kan hanya retorika saja," kata Mardianto, Jumat (15/9/2023).
Mardianto Manan mengatakan, pada Nawacita Presiden Jokowi yang membunyikan negara harus hadir saat rakyat membutuhkan. Hal ini tentu beriringan dengan penertiban PETI, mengingat banyak hal yang merugikan dari aktifitas ilegal tersebut.
"Kita geram juga, karena kerusakan yang terjadi di Sungai Kuantan bukan saja berakibat pada sedimentasi dan pendangkalan, air sungai berubah warna, belum lagi zat merkuri yang berakibat fatal pada kehidupan selanjutnya," kata Mardianto.
Lanjut dia, di Kuansing, banyak kasus kegagalan pada tumbuh kembang anak yang diduga akibat racun merkuri yang tertelan oleh ibu atau si anak tersebut.
"Merkuri yang jatuh ke sungai termakan ikan, ikan dijual dan dimakan oleh manusia, akhirnya masuk ke dalam tubuh kita. Banyak kejadian di Kuansing itu anak lahir tanpa lubang anus, lambat berkembang, dan kegagalan-kegagalan pada bentuk organ tubuh," kata dia.
Legislator Fraksi PAN ini, yang sangat memprihatinkan ada kesan pembiaran terhadap aktivitas PETI ini. Banyak tindakan yang dilakukan aparat penegak hukum seperti menangkap pekerja, membakar rakit PETI dan lainnya.
"Kuat dugaan metode yang diterapkan tidak efektif. Pasalnya selama ini, pemilik modal tidak pernah ditangkap, mereka bebas berkeliaran dan membuka usaha lagi. Penangkapan sebagian besar justru menyasar pekerja. Lucunya lagi, pemodal yang sudah DPO, kini bebas berkeliaran. Seolah-olah diberi kebebasan," paparnya.
Memakan Korban
Diwartakan sebelumnya, seorang pekerja tambang emas ilegal yang tertimbun longsor di Desa Munsalo, Kecamatan Kuantan Tengah, Kuantan Singingi ditemukan, Kamis (14/9/2023). Sempat hilang pada Rabu (13/9/2023) siang, petugas gabungan pagi tadi menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia.
"Informasinya saat ini pekerja tersebut sudah ditemukan. Korban sudah tidak bernyawa, tadi malam sempat hilang tertimbun longsor," kata Kapolres Kuansing AKBP Pangucap Priyo Soegito, Kamis pagi.
AKBP Pangucap menjelaskan, awalnya korban tertimbun pada Rabu (13/)9/2023) sekitar pukul 5 sore kemarin. Upaya pencarian dilakukan hingga pukul dua dini hari.
Sebelumnya, tim Basarnas Pekanbaru juga telah mendapatkan laporan seorang penambang emas yang belum diketahui identitasnya tertimbun tanah longsor.
Kepala Basarnas Pekanbaru Budi Cahyadi mengatakan, korban berjenis kelamin laki-laki untuk saat ini identitas belum diketahui. Pihaknya juga masih berkoordinasi dengan unsur terkait di antaranya kepolisian dan BPBD Kuansing. (*)